28

615 59 8
                                    

Author pov

Hari silih berganti sejak kejadian dirumah kakek nenek jiyeon, sudah dua minggu ini yoongi ingin menemui jennie tetapi selalu ditolak oleh jennie.

Yoongi semakin frustrasi dengan kisah asmaranya, hatinya sungguh sakit mengingat kenyataan jennie akan segera menjadi milik orang lain.

"kau baik-baik saja?" ucap jiyeon khawatir setelah mendengar suara geraman yoongi

"Jiyeon-ah bagaimana ini? Aku sungguh mencintainya" jawab yoongi dengan wajah merah dan air mata yang siap jatuh di pipinya

Jiyeon hanya diam mematung, niat awal ingin menenangkan yoongi namun terhalang karena jiyeon juga harus menenangkan dirinya dari sakit hatinya.

"apa... Apa kau sangat mencintainya?" tanya Jiyeon ragu-ragu

Hanya terdengar suara yoongi menarik nafas kuat. Jiyeon mencoba menguatkan hatinya bersiap-siap mendengar jawaban yoongi.

"aku sangat mencintainya ji, bahkan aku rela melakukan apapun untuk mendapatkannya lagi" jawab yoongi

"jika nantinya aku akan kehilangannya maka aku tak tau apa aku masih bisa sembuh dari sakit yang tak tersembuhkan itu" lirih yoongi lalu memejamkan matanya berusaha menghalangi air mata yang akan segera jatuh itu

Tanpa yoongi sadari jiyeon sudah menjatuhkan air matanya, entah karena hatinya yang sakit atau karena prihatin dengan kondisi yoongi.

Malam haripun tiba, yoongi dengan tergesa-gesa melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumah mereka.

"kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Jiyeon yang sedang mengejar langkah yoongi

"aku harus menemuinya ji" ucap yoongi yang sudah bersiap membuka pintu itu

"tapi.... Ehmm bagaimana jika dia tetap menolak menemui mu?" tanya Jiyeon dengan maksud menahan suaminya agar tak menemui wanita yang sangat dicintainya

"aku rela ji, bahkan jika aku harus mati karena menunggunya" ucap yoongi lalu membuka pintu itu

"tapi kau akan mati sia-sia!" bentak jiyeon dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya

Yoongi tersentak karena bentakan dan isakan jiyeon, dengan cepat dia memeluk tubuh mungil jiyeon erat.

"jangan menangis ji, sungguh aku tak apa. Bagiku tak ada yang sia-sia jika itu berhubungan dengan jennie" ucap yoongi mencoba menghilangkan kekhawatiran jiyeon

"jangan pergi" lirih jiyeon masih dalam pelukan yoongi

"ji aku harus pergi menemuinya, kau tau kan besok hari pertunangannya. Aku harus mengungkapkan semua kepada jennie" jawab yoongi lalu melepaskan pelukannya

"kubilang jangan pergi hiks" ucap jiyeon masih berusaha menyatukan pelukan mereka

"jebal..... Ji" ucap yoongi memohon

Jiyeon menggelengkan kepalanya menandakan tak mau dengan pelukan yang semakin erat kepada yoongi.

"aku istrimu yoongi hiks aku berhak melarang mu untuk menemui wanita lain" lirih jiyeon semakin mengeratkan pelukan yang hampir membuat yoongi susah bernafas

Belum sempat yoongi menjawab, handphone yoongi sudah mengeluarkan suara panggilan dengan nama jennie yang menelfon.

"hallo jennie.... Kau dimana hiks" ucap yoongi yang sudah menangis setelah mengangkat panggilan itu

"oppa kita harus bertemu sekarang di Cafe QM ada yang ingin ku bicarakan" jawab jennie dengan suara khas orang menangis

"baiklah aku sekarang brangkat" jawab yoongi

"saranghae oppa" lirih jennie

"nado saranghae" jawab yoongi tersenyum lalu mematikan panggilan itu

Yoongi dengan memaksa dan sedikit kasar melepaskan pelukan jiyeon.

"ji kumohon mengerti keadaan ku" ucap yoongi sedikit menyesal sudah kasar dengan jiyeon

"baiklah, pergi saja kau hiks jangan harap kau bisa menemui ku lagi setelahnya!!!" bentak jiyeon dengan wajah yang kacau

"kau ini kenapa ji!!!!! Kenapa kau menyulitkan ku" jawab yoongi dengan emosi

"aku tak mau kau pergi!!! Jangan tinggalkan aku" lirih jiyeon frustrasi

Yoongi yang tak ingin semakin emosi kepada jiyeon memutuskan untuk segera melangkah menjauhi rumahnya dan jiyeon.

"min Yoongi!!!!!" teriak jiyeon mencoba menahan yoongi untuk terakhir kalinya

"cepat putuskan! Kau memilih tetap menemuinya atau memilih tetap dengan ku disini hiks" teriak jiyeon lagi yang membuat langkah yoongi terhenti dan membalikkan tubuh untuk menatap istrinya

"ji kau sudah tau jawabannya kan tanpa perlu kujawab, kau tak memiliki alasan untuk menahan ku dengan mu sementara aku memiliki alasan kenapa aku harus tetap menemui jennie" jawab yoongi sedikit berteriak karena posisinya yang sudah jauh dengan jiyeon

"aku memiliki alasan yoongi!!! Aku mencintaimu!!!!" teriak jiyeon

Yoongi tertegun dengan pernyataan jiyeon, sementara jiyeon sudah berlari mendekat kearahnya.
Jiyeon mencium kasar bibir yoongi, jiyeon berharap ciumannya dapat menyalurkan perasaannya.

"aku mencintaimu yoongi dari tujuh tahun lalu, aku tak ingin kembali berpisah dengan mu" lirih jiyeon setelah melepaskan ciumannya

"lelucon apa ini ji? Bukankah kau mencintai pria lain?" jawab yoongi tak mempercayai ucapan jiyeon

"sudahlah berhenti kekanak-kanakan, aku harus pergi. Aku tak mau jennie menunggu lama" ucap yoongi dengan ketus dan kesal

"jika kau melewati pagar itu maka kita berakhir yoongi" lirih jiyeon yang masih terdengar oleh yoongi

Yoongi menganggap ancaman jiyeon hanya omongan sehingga dengan beraninya dia tetap melangkahkan kakinya melewati pagar rumah itu dan berjalan semakin jauh dari pandangan jiyeon.

"maaf ji aku harus tetap pergi, aku janji setelah ini aku akan lebih baik kepadamu" myg

"apa ini sudah berakhir?" pjy

only you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang