4419
Written by Hopestd.***
Rumah itu cukup sederhana, malah bisa dibilang terlalu sederhana dan kecil tapi mempunyai aura hangat yang menyambut. Kafka mengetuk pintu dua kali sebelum memasukan kunci dan membuka pintu.
Kafka melihat sekeliling, masih serapih seperti dia tinggalkan beberapa jam yang lalu. Meletakkan tasnya, Kafka beranjak mencari kotak P3K untuk membersihkan luka di wajah agar besok tidak tambah parah.
"Kau tawuran lagi?"
Kafka tidak terkejut mendengar suara yang sudah familiar baginya itu, hanya mengangkat bahu acuh.
"Kau minggat dari rumah?"
Orang itu menunjuk ke arah tas yang dibawa Kafka tadi, "Mulai bulan depan aku akan selamanya di sini."
"Heh enak saja, aku tidak menerima pengangguran."
"Aku akan bayar, Res."
"Berapa?"
Kafka menghela napas, "Aku punya cukup banyak uang untuk kita berdua selama beberapa bulan sebelum aku mencari pekerjaan lain."
"Yaya, seperti kau akan mendapat pekerjaan lain saja."
"Ares!" Geram Kafka, "Ini bukan rumahmu."
Ares kemudian diam menatap Kafka melanjutkan kegiatannya, mengobati luka di wajah.
"Kau dipukuli lagi kan?"
Ares tidak menjawab.
"Res?"
"Bukan urusanmu."
Ares berbalik menuju dapur meninggalkan Kafka yang melihat punggungnya menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kafka tau Ares sama seperti dirinya. Tidak pernah diinginkan oleh siapapun. Bedanya, Ares menerima kenyataan itu dengan lebih menyakitkan. Buktinya ada di seluruh tubuh Ares.
Ares adalah korban penyiksaan kedua orang tuanya. Mereka berdua lari dari rumah dan menemukan tempat ini. Dengan sebuah surat yang berisi: 'Datang ke alamat ini jika kau ingin selamat.'
Ares kembali dari dapur dan tidak mendapati keberadaan Kafka, tapi dia tidak peduli mungkin Kafka ada di kamarnya. Menggantikan Kafka, Ares pun mulai mengobati luka luka disekujur tubuhnya yang sedari tadi tertutupi pakaian.
Ares tidak pernah menduga jika pukul tiga pagi seseorang membuka pintu rumah itu dari luar dengan sebuah kunci. Ares berdiri tegap, bersiaga jika seseorang datang mengancam. Ares memfokuskan matanya saat mendapati seseorang dengan pakaian yang berantakan berbalik menatap dirinya bingung.
"O-oh, permisi."
Ares mengumpat, bisa bisa nya orang ini dengan santai masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan keberadaan dirinya.
"Hei kau! Bagaimana kau bisa mendapatkan kunci rumah ini?"
Orang itu terdiam cukup lama, memandangi Ares dari atas sampai bawah seakan menilai dalam diam.
"Kau ada di sini, jadi kau tau bagaimana. Aku harus mandi setelah itu baru kau bisa bertanya."
Orang itu berjalan seakan sudah kenal betul letak ruangan di rumah kecil ini, dia tidak bertanya dimana letak kemar mandi membuat Ares bingung.
Terduduk, mencoba menyadarkan diri dari keterkejutannya. Ares bertanya tanya siapakah orang tadi? Apakah dia pemilik rumah ini? Ataukah dia juga seperti dirinya dan Kafka?
Ares kemudian menyadari sesuatu, bagaimana penampilan orang tadi yang begitu berantakan. Dan pakaiannya yang ternodai darah.
Darah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop; Oneshots 🌻
Short Story"Do you know what 'Magic Shop' is?" "I have no clue. Lets go and see what it is." Kumpulan cerita oneshot dengan berbagai genre dari ide yang numpang lewat :) ©Hopestd