"Lo sebenarnya terpaksa kan, Woo?"
Pertanyaan yang Sooyoung ulang berkali-kali begitu sadar bahwa Wonwoo dengan gampang menyetujui ide gilanya.
"Kalau lo mau berubah pikiran, sekarang aja. Anggap aja gue nggak ngomong apa-apa kemarin."
Mumpung Sooyoung ngerasa otaknya masih waras. Karena sebenarnya ia juga ragu.
"Kenapa?" bingung Wonwoo.
Kemarin Sooyoung menggebu-gebu kenapa sekarang jadi kayak gini.
"Setelah gue pikir-pikir lagi, itu cuma pikiran sesaat gue yang datang tiba-tiba. Gue nggak mikirin gimana nantinya, gue nggak mikirin gimana ke depannya. Gue mau hubungan serius dan nggak mau main-main soal pacaran, tapi gue malah main-main soal nikah yang sakral. Apa mungkin gue kena karma karena dulu nolak ajakan nikah Taehyung berkali-kali?"
"Karma itu nggak ada," potong Wonwoo cepat.
"Ada, buktinya gue nggak laku-laku setelah nolak lamaran Taehyung."
"Lo bukan barang dagangan yang harus cepet laku."
Semua tau gimana usaha Sooyoung untuk bisa melupakan Taehyung. Ia sibuk dengan karirnya dan selalu menutup diri hingga nggak terasa tahun demi tahun berlalu.
"Terus gue harus gimana?"
Sooyoung jadi terdengar frustasi dengan rengekannya.
"Katanya mau nikah sama gue, jadi nggak?"
Wonwoo yang nanya dengan entengnya jadi bikin Sooyoung makin bimbang.
"Ini ngomongin nikah kayak ngomongin beli nasi kucing," katanya.
Dan Wonwoo cuma senyum, ngantuk, ia yang baru bangun harus meladeni kelabilan Sooyoung.
Padahal sudah biasa Sooyoung tiba-tiba berubah pikiran, tiba-tiba ragu, meski dalam hal lain. Tapi ini soal nikah, bahasannya berat.
"Lo serius mau nikahin gue?"
Sooyoung sadar dari kemarin kesannya ia yang maksa-maksa Wonwoo minta dinikahin.
"Atas dasar apa?"
Aneh kalau Wonwoo menuruti semua maunya begitu saja
"Lo suka sama gue?"
Dan pertanyaan terakhir Sooyoung itu hanya bisa membuat Wonwoo menyunggingkan senyum.
"Lo ngarep gue suka sama lo?" balasnya.
"Nggak!"
Tentu saja Sooyoung menyangkal.
"Kemarin lo bilang mau bikin gue jatuh cinta."
Iya Sooyoung memang bilang begitu, tapi ia sendiri nggak ngerti apa maksudnya. Mungkin itu serius, mungkin juga bercanda.
"Lupain aja, Woo."
Lalu Sooyoung yang bergidik sendiri. Tiba-tiba ia merinding mengingat perkataannya.
Membuat Wonwoo menghela nafas yang terdengar sedikit berat.
"Gue males omongan lo berubah-ubah. Kalau lo serius minta gue nikahin, ayo kita nikah. Kalau lo berubah pikiran, ya udah sana cari cowok lain. Mulai dari awal, pdkt, jadian, kenali sifat-sifatnya, kenali keluarganya, cocok atau nggak. Kalau beruntung, tiga atau empat tahun lagi lo pasti bisa nikah."
Dan Wonwoo sekalinya ngomong nyerocos nggak berhenti. Lebih terdengar seperti ancaman.
"Kok lo nakutin gue?"
Sama aja Wonwoo ngedoain Sooyoung nikah empat tahun lagi. Keburu teman-teman seusianya punya anak dua.
"Makanya jangan plinplan."
"Kok lo jadi marah?"
Sooyoung nggak tau Wonwoo marah atau nggak, tapi Wonwoo memang kadang galak.
"Benernya gue takut, takut kena karma karena main-main soal nikah."
Akhirnya perasaan dari lubuk hati Sooyoung terungkap.
"Kita nggak main-main, kita nikah beneran. Atau niat lo memang cuma pura-pura?"
Sooyoung langsung menggeleng, ia nggak mau Wonwoo salah sangka. Nggak pernah sekalipun ia berniat pura-pura.
"Kalau pas kita udah nikah nanti, salah satu dari kita jatuh cinta sama orang lain, gimana?" tanyanya tetap bergelut bimbang.
Kemungkinan itu ada saat pernikahan terjadi tanpa cinta.
"Lo sendiri?"
Wonwoo justru membalikkan pertanyaannya.
"Nggak tau," geleng Sooyoung ragu.
Dan memang pikirannya belum sampai sana. Ada banyak pertanyaan yang belum ia rangkai jawabannya. Seolah-olah ia siap memulai tapi belum siap dengan akhirnya.
Sampai Wonwoo yang bergumam pelan.
"Gue cuma mau nikah sekali seumur hidup."
Pelan sekali tapi masih cukup jelas untuk Sooyoung dengar.
Untuk sesaat Sooyoung masih diam menatap Wonwoo penuh tanya. Sesaat kemudian mulai mengerjap dengan mengalihkan pandangan. Sampai ia kembali menatap Wonwoo lalu tiba-tiba menjadi kikuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married ✔
Fanfiction"Kalau gue nggak laku-laku, gue nikah sama lo aja."