"Woo, gue mau ngomong."
"Penting!!"
"Lo harus dengerin!!"
Sentakan Sooyoung tiba-tiba yang membuat Wonwoo cuma melirik sekilas.
"Memang dari tadi ngapain? Masak?" tanyanya.
Jelas yang dilakukan Sooyoung sejak tadi mengoceh perihal nikahan Daniel.
Kalau biasanya Sooyoung akan ngamuk-ngamuk, kali ini nggak. Ia memilih mengabaikan perkataan Wonwoo. Terlihat dari rautnya yang serius karena ia ingin benar-benar didengar.
"Gue beneran udah move on dari Taehyung. Gue udah nggak ada urusan sama dia, dan gue nggak mau disangkutpautkan sama dia lagi. Gue serius mau nikah sama lo."
Lega sekali ketika Sooyoung berhasil mengatakannya.
Namun reaksi Wonwoo hanya diam dengan alis yang nyaris bertaut pertanda bingung.
"Dan gue nggak pernah macem-macem sama Taehyung, nggak pernah ngapa-ngapain," imbuh Sooyoung.
Diikuti dengan alasan kenapa ia mengatakan ini.
"Biasanya orang-orang suka penasaran pacarnya pernah ngapain aja sama mantannya dulu. Tapi kalau nanya langsung kayaknya nggak sopan. Karena gue baik jadi gue bilang sendiri," lanjutnya.
Wonwoo langsung tertawa. Ada kelegaan yang berusaha ia tutupi.
"Gue nggak nanya, tapi terimakasih udah ngasih tau," katanya.
Sooyoung jadi mengerucutkan bibirnya kesal.
"Lo pasti ngira gue belum move on dari Taehyung kan?" tuduhnya.
"Dikit."
Wonwoo memberi takaran sedikit dengan isyarat tangannya.
"Lima tahun itu lama, Woo. Masa gue belum move on."
"Kalian pacaran juga lima tahun."
Dan seperti kata Sooyoung, lima tahun itu lama. Wajar kalau Wonwoo sedikit risau. Menghapus kenangan selama lima tahun itu pasti nggak mudah. Ia tau jatuh bangunnya Sooyoung melupakan Taehyung. Ia tau lelah dan penatnya Sooyoung menata kembali kepingan hatinya. Karena ia ada di sana, disetiap prosesnya, ia ada untuk Sooyoung.
"Nanti gue sama lo nggak cuma lima tahun, lima belas tahun, dua puluh lima tahun, lima puluh lima tahun," gumam Sooyoung mulai berhitung.
"Doain aja gue panjang umur," tutupnya.
Wonwoo cuma mengangguk-angguk. Sebenarnya ia bukan tipe orang yang harus memperjelas semuanya. Tapi ketika Sooyoung yang memulai, ia akan dengan senang hati melakukannya.
"Woo, gue mau ngaku sesuatu. Mungkin ini akan terdengar malu-maluin."
Agak ragu-ragu Sooyoung mengatakannya.
"Kayaknya gue baper sama lo," ucapnya cepat.
Bahkan Wonwoo belum menjawab apa-apa. Sooyoung udah ricuh sendiri.
"Nggak usah ketawa, nggak usah ngeledek," cegatnya.
Sebelum ia menutup muka dengan kedua tangan. Harga dirinya seperti anjlok ke dasar bumi.
"Masa lo nggak baper ke gue?" tanyanya.
Park Sooyoung yang sejak SMA ditaksir banyak cowok masa mengemis cinta pada Jeon Wonwoo yang dulunya pendiem, jarang bergaul, dan temannya itu-itu saja.
"Masa lo nggak ada sedikit aja perasaan buat gue?" tanyanya lagi.
Wonwoo lekas menggeleng.
"Nggak ada sedikit tapi banyak."
Mematahkan raut kecewa yang sempat terlihat di wajah Sooyoung.
"Banyak," ulang Wonwoo.
"Mungkin karena udah numpuk kelamaan makanya jadi banyak," sambungnya.
Sementara Sooyoung masih berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan Wonwoo.
"Daniel pernah nanya apa gue udah suka sama lo dari lama, jawabnya iya. Kalau ditanya dari kapan, nggak tau gue lupa. Kalau ditanya apa gue mau nikahin lo cuma karena kasian, nggak. Kalau ditanya apa gue baper sama lo, lebih dari itu."
Dan Sooyoung masih menganga nggak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
"Udah kan? Ada lagi?" tanya Wonwoo karena Sooyoung cuma bengong.
"Udah, cukup," angguk Sooyoung dengan senyum yang terus terukir di bibirnya.
Harusnya ia tau sejak awal, memang inilah Wonwoo. Yang diputusin mantannya nerima gitu aja, yang ipknya gede cuma diem hingga bikin teman-temannya iri dan dengki, yang jatuh cinta pun nggak akan diungkapkan.
"Sekarang gantian gue. Nggak pernah ngapa-ngapain sama mantan itu maksudnya?"
Pertanyaan Wonwoo yang bikin Sooyoung terlonjak. Ia yang masih terhanyut dengan perasaan senangnya jadi kaget karena Wonwoo tiba-tiba kembali ke pembicaraan awal.
"Iya nggak pernah pacaran diluar batas lah."
Masa Wonwoo gitu aja nggak tau. Kan ia juga punya mantan meski nggak ada yang kuat sama sikap dinginnya.
"Pacaran wajar paling cuma pegangan tangan. Pelukan pernah tapi nggak sering. Sama.....,"
Sooyoung jadi ragu melanjutkan kalimatnya.
"Ciuman," imbuhnya pelan.
Ia dan Wonwoo udah cukup dewasa untuk membahas ini. Dan ia rasa Wonwoo ngerti dan nggak akan marah.
"Di mana?"
"Apanya?" bingung Sooyoung.
Wonwoo nanya apa ia beneran nggak paham.
"Ciumannya."
Oh, Sooyoung baru ngerti. Tapi kenapa Wonwoo harus menanyakannya.
"Di........"
Sooyoung jadi menggigit bibirnya ragu. Haruskah ia ceritakan ke Wonwoo sedetail-detailnya.
Padahal Wonwoo cukup paham.
"Gue hapus," katanya.
Maksudnya hapus? Sooyoung sama sekali nggak paham sampai Wonwoo perlahan mendekat dan tiba-tiba mencium bibirnya. Pelan dan lembut sekali.
Dan Sooyoung seperti membeku. Ia beneran nggak nyangka Wonwoo berani melakukannya. Wonwoo yang dingin bisa memberinya ciuman hangat. Yang membuat jantungnya berdetak tak berirama. Rasa yang sudah lama sekali tak ia rasakan.
Jadi ini yang namanya jatuh cinta lagi?
"Berarti kita jadi nikah kan, Woo?"
"Nggak, kita main rumah-rumahan."
~Selesai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married ✔
Fanfiction"Kalau gue nggak laku-laku, gue nikah sama lo aja."