Galaksi |45| Titik Akhir

26.7K 866 109
                                    

Kepada orang yang terlalu aku cintai. Untuk benang merah yang terlalu menjerat. Aku tidak bisa menggapaimu, maka aku akan berjalan di jalur berbeda.
Untuk alasan itulah aku mengucapkan selamat tinggal.

-BTS, Let Go

.
.
.

🍒Happy reading🍒
.
.

"Sekarang lo tahu dimana Ana?" Kai bertanya tidak sabaran, tubuhnya bergetar menahan semua emosi, berusaha menahan diri agar tidak meledak dan masih tetap waras setelah semua kebenaran yang diakatan Viki.

"Gue nggak tahu dimana dia"

"Jangan macem-macem lo!" Kai menggebrak meja, menarik kasar kerah baju Viki, ia ingin sekali menghantamkan kepalan tangannya pada wajah Viki.

"Gue seriusan nggak tahu dimana dia" Viki berkata dengan tenang, melepaskan cengkraman Kai pada kerah bajunya.

Seluruh tubuh Kai bergetar hebat, hidungnya gatal dan matanya memanas ingin menangis. Dadanya sesak seolah terhimpit batu besar.

"Vik, gue mohon. Kasih tahu gue dimana Ana sekarang" Kai berkata lirih, kepalanya tertunduk. Ia tidak sanggup, benar-benar tidak sanggup menerima semua kebenaran yang diungkapkan Viki.

"Gue seriusan nggak tahu dimana dia. Sejak 2 hari yang lalu nomornya nggak aktif"

Kai berpikir keras, mencoba menemukan cara agar ia bisa bertemu dengan Ana.

Ana. Jadi selama ini, apa selama ini gadis itu mendekatinya dan tidak peduli saat ia menyakitinya, Ana mendekatinya untuk mejelaskan semua ini. Semua kebenaran ini?

Ya Tuhan. Jika benar, Kai adalah orang terbodoh nomor satu di dunia. Bisa-bisanya dia menyakiti gadis yang tidak tahu untuk kebenciannya yang tak berdasar, padahal gadis itu berusaha keras memberi tahunya.

Suara dering ponsel milik Viki membuyarkan lamunan Kai, Kai fokus menatap Viki yang sedang mengangkat telepon. Ia yakin, Viki mengetahui sesuatu soal Ana.

"Hallo. Kenapa Ra?" Kai mempertajam pendengarannya saat Viki mulai berbicara dengan seseorang di seberang telepon.

Viki sendiri terdiam mendengarkan sura diseberang telepon, lalu memandang kearah Kai.

"Iya, gue lagi sama Kai. Kenapa?" Kai mengernyitkan dahi, kebingungan saat Viki tiba-tiba menyebut namanya.

"Oke, gue kesana sekarang" Viki menutup telepon, lantas menghela napas panjang.

"Siapa?" Kai bertanya cepat saat Viki sudah selesai menerima telepon

"Dari Naura"

"Naura temennya Ana kan? Apa yang dia bilang?" Kai bertanya tidak sabaran.

"Ana.. Ana lagi ada di bandara sekarang" Kai membulatkan matanya terkejut sekaligus shok.

"Bandara lo bilang?! Ngapain Ana kesana hah?!"

"Harusnya gue yang nanya sama lo! Apa yang udah lo lakuin ke Ana selama ini sampe dia mutusin buat pergi dari Bandung!" Viki menggebrak meja, tidak terima jika dirinya menjadi bahan pelampiasan amarah Kai.

"Ana... Pergi?" Kai seperti orang linglung, otaknya mendadak tidak bisa bekerja dengan cepat.

"Denger, gue nggak mau debat sama lo sekarang. Kalo lo emang beneran sayang sama Ana, lo susul dia sekarang. Bandara Husein sastranegara" Untungnya, otak Kai masih bisa memproses kalimat Viki dan ia langsung menyanbar kunci mobil Viki yang ada di meja dan berlari keluar Kafe.

Galaksi [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang