5 || CARI KERJA!

10.2K 439 5
                                    

' Huh '

Nadin menghempaskan napasnya dengan kasar, baru saja ia mendapatkan kabar dari adiknya kalau sang Bunda kembali jatuh sakit. Ia ingin rasanya pulang ke Padang lalu bertemu dengan Bundanya. Tapi apa boleh buat, ongkos untuk naik pesawat Jakarta-Padang itu bukan semurah naik angkot ke blok M.

Jangankan untuk pulang ke Padang, uang untuk mengganti hutangnya pada Ibnu yang ia pinjam kemarin saja sudah membuatnya pusing. Walau hanya 200 ribu, itu lumayan besar untuk ukuran Nadin. Apalagi sekarang Ayah dan Bundanya sudah menyetop kiriman uang bulanan untuk Nadin, itu semua atas permintaan Omanya Ibnu juga.

Katanya, 'sekarang sudah ada Ibnu, minta pada Ibnu saja!'. Tapi, biar bagaimana pun Nadin tidak ingin lebih jauh berhutang budi pada keluarga ini, sudah di izinkan tinggal di Apartemen Ibnu tanpa uang sewa ini saja Nadin sudah sangat bersyukur. Kalau ia harus sewa kos-kosan kan lumayan juga uang yang harus ia keluarkan.

Setelah hari sabtu lalu, rapor semester satu kelas tiga di bagikan. Nadin cukup merasa lega ketika melihat nilai-nilainya, walupun sampai saat ini masih bermusuhan dengan fisika dan matematika. Dan, sekarang Nadin mencoba mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luangnya selama libur semester ini. Hitung-hitung bisa membayar hutangnya pada Ibnu, dan syukur-syukur nanti bisa berlebih dan bisa ia kirimkan untuk keluarganya di kampung.

Nadin sadar betul, mencari pekerjaan bukan seperti mencari sabun cuci di supermarket. Buktinya, sudah sedari pagi Nadin berkeliling hingga sekarang ketika mataharipun sudah akan pulang ke peraduannya. Toko kue ini adalah tempat bekerja paruh waktu kesekian yang Nadin datangi, setelah di tanyai beberapa hal, kini Nadin masih harap-harap cemas akan keputusan pemilik toko ini, semoga saja Nadin bisa diterima bekerja. Ya, walaupun hanya untuk beberapa bulan saja.

" Oke, saya terima kamu kerja di sini sampai Tina pulih " Tina merupakan pegawai tetap yang saat ini tengah ambil cuti melahirkan, begitu informasi singkat yang Nadin peroleh. Setelah mengucapkan terima kasih yang teramat banyak, Nadia si pemilik toko kue itu meminta Nadin untuk kembali datang besok pagi untuk hari pertama pekerjaannya.

Nadin melangkahkan kakinya keluar dari lift yang mengantarnya dari lobi ke unit apartement milik Ibnu yang kini mereka tempati berdua.

" Dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? " langkah Nadin terhenti ketika suara khas yang sudah Nadin hafal itu menggema di dalam ruangan yang lumayan luas ini. Nadin memutar tubuhnya, mengalihkan pandangan pada Ibnu yang sudah bersidekap dada di hadapannya.

" Tadi aku ada keperluan sebentar " setelah terdiam cukup lama, akhirnya Nadin bersuara.

" Keperluan apa? " Nadin pikir Ibnu akan langsung puas dengan jawaban pertamanya, karena seperti yang selama ini Nadin ketahui, Ibnu bukanlah tipikal manusia yang suka banyak bicara apalagi bertanya.

" Maaf " Ibnu mengangkat alis mata sebelah kirinya ketika Nadin mengucapkan kata maaf lalu memandang ke arah Ibnu.

" Setelah ini berkabar jika akan terlambat pulang! " setelah berucap demikian, Ibnu langsung melenggang pergi dari hadapan Nadin, banyak hal yang kini tengah menjadi prasangka-prasangka dan terjadi adu perdebatan di dalam hati dan pikiran Nadin, salah satunya ' Apakah Ibnu khawatir dengannya? '

Tepat pukul setengah 7 pagi ketika Ibnu melenggang menuju meja makan, ia tak menemukan Nadin di sana. Hanya ada beberapa hidangan makanan untuk sarapan yang sudah tertata rapi di meja makan.

Mungkin Nadin ada di kamarnya, begitu pikir Ibnu. Namun, setelah hampir setengah jam menunggu, Nadin tak kunjung menampakan batang hidungnya.

" Nadin! " Ibnu masih menatap pintu kamar bercatkan coklat yang berada di sebelah pintu kamarnya yang di cat dengan warna senada itu.

Ibnu melangkahkan kakinya menuju kamar Nadin, mengetuk dengan menyerukan nama Nadin hampir sebanyak tiga kali, namun nihil tak ada jawaban dari dalam sana. Ibnu memutar knop pintu yang ternyata tidak di kunci itu, perlahan melangkahkan kaki memasuki ruangan yang dimana seluruh permukaan dinding-dindingnya hampir memiliki cat berwarna putih, senada dengan cat pada dinding yang ada di kamarnya.

Nadin tidak ada di sana, hanya ada kamar yang bersih, tempat tidur yang sudah rapi, lalu dimana gadis itu? Ibnu kembali melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, kembali memutar knop pintu yang lagi-lagi tak di kunci, sama halnya dengan kamar tidur milik Nadin, kamar mandinya pun kosong melompong tak ada kehidupan manusia di sana.

Setelah mencari keberadaan Nadin di kamarnya namun tak ia temukan, Ibnu pun kembali menuju meja makan untuk menyantap sarapan miliknya. Ibnu juga ada keperluan penting pukul 10 nanti, mungkin saja Nadin hanya pergi ke pasar atau ke supermarket depan.

Ibnu mengetikan sandi pada unit apartemen miliknya itu, ketika membuka pintu hanya kegelapanlah yang ia temukan. Apa Nadin belum pulang? Yang benar saja! Ini sudah hampir pukul 9 malam dan sepertinya Nadin juga tidak memberi kabar apapun pada Ibnu satu harian ini. Ibnu memilih melangkahkan kakinya menuju kamar untuk membersihkan diri serta sedikit menenangkan pikirannya.

Setelah hampir setengah jam kepulangan Ibnu barulah terdengar pintu terbuka kembali, siapa lagi kalau bukan Nadin yang baru saja memasuki apartemen.

Nadin langsung melangkahkan kakinya menuju dapur untuk sekedar meneguk segelas air untuk melepaskan dahaganya. Ternyata mencari uang tak semudah yang ia bayangkan, ternyata bekerja tak sesepele yang ia khayalkan.

" Darimana saja? "

' Uhuk-uhuk ' Nadin bahkan hampir tersedak oleh air yang sedang ia minum ketika suara baritone dengan nada penuh penekanan itu mengalun indah memasuki gendang telinganya. Nadin membalikan badan, benar saja Ibnu sudah berdiri dengan tegapnya menatap lekat ke arah manik mata hitam milik Nadin.

" Kamu diperbolehkan tinggal di sini untuk keluyuran? " Nadin menggeleng pelan sambil menundukkan kepalanya, serta menggenggam gelas bekas minumnya tadi dengan erat, menyalurkan ketakutannya di sana.

" Pukul berapa sekarang? Saya bahkan belum makan malam karena kamu yang terlalu asik keluyuran! " terdengar dengan jelas akan setiap penekannan di dalam setiap perkataan yang Ibnu lontarkan, terlebih dengan penggunaan kata ' saya ' yang sudah ia gunakan untuk mengganti ' aku ' dalam setiap kata yang biasa ia gunakan.

Nadin paham betul Ibnu tengah menahan-nahan emosinya saat ini. Nadin juga tidak menyangka akan pulang semalam ini, hari ini toko kue tempat Nadin bekerja itu sangat-sangat ramai pengunjung, bahkan Nadin yang baru mulai bekerja sangat dibuat keteteran dan kewalahan olehnya. Tapi, Nadin tidak mungkin mengatakan hal demikian pada Ibnu.

" Jawab Nadin! " Nadin menutup matanya rapat-rapat ketika tangan kanan Ibnu mencengkeram pipi Nadin.

Lumayan sakit, tapi jika Nadin protes saat ini bisa saja Ibnu akan melakukan hal lebih kasar lagi melebihi ini. Ibnu melepaskan cengkeramannya dengan kasar, pipi Nadin cukup memerah karena perlakuan Ibnu tadi.

" Maaf " hanya cicitan kata maaf yang terlontar dari mulit Nadin.

" Maaf-maaf! Harusnya kamu tau diri Nadin, bagaimana status kamu sekarang, jangan selalu mengundang kemarahan saya Nadin! " Nadin akui ia yang salah kali ini.

Nadin tak mampu menjawab atas segala ucapan yang baru saja Ibnu lontarkan, hingga Ibnu beranjak dari hadapannya pun Nadin tetap mematung pada posisi awal. Setelah ini Nadin harus meminta maaf lagi pada Ibnu.

Ibnu benar, ia harus tau diri, ia menumpang tinggal dengan Ibnu, menyusahkan lelaki itu dan kini Nadin malah tak melayaninya, Nadin kira dengan bekerja ia bisa membayar hutangnya pada Ibnu secepat mungkin dan membuat lelaki itu tak lagi marah padanya, namun bukan seperti yang ia rencanakan, kemarahan Ibnu lah yang ia dapatkan di hari pertama ia bekerja.

#Bersambung...

Padamg, 27 July 2019.

Nurul Fazira.

Silahkan berkunjung ke websiteku dengan link yang sudah tertera di bioku atau langsung saja ke www.nurulfazira.com, ya kawan-kawan semua. Sampai berjumpa di sana kawan-kawan. Aku menyayangi kalian semua. Heheh

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang