13 || PAMAN ARYA!

8K 362 5
                                    

" Harus banget gitu bajunya di angkat? " Ibnu yang tengah bersidekap dada seraya bersandar pada kepala ranjang memutar bola matanya jengah tanda tak suka ketika Arya- Paman dari pihak Papanya itu sedikit menaikkan baju pada bagian perut Nadin. 

" Saya cuma mau periksa keadaan pasien saya, Ibnu " Arya kembali menatap Ibnu dengan tatapan tak bersahabatnya. Keponakannya yang satu itu benar-benar mengesalkan.

" Yaudah cepetan! " Arya memberikan tatapan membunuh pada Ibnu ketika pemuda itu malah mendesaknya setelah memperlambat pekerjaan Arya tadinya. 

Sementara anggota keluarga yang lain hanya menjadi penonton belaka atas perdebatan yang tengah terjadi antara Arya dan Ibnu ini. Bukan hal baru lagi ketika Arya dipertemukan dengan Ibnu pastilah keramian dan kebisingan akan menghampiri mereka. 

Arya- Lelaki yang memiliki perbedaan hampir 7 tahun lebih dengan Ibnu itu memang seakan-akan sudah menjadi musuh atau saingan Ibnu semenjak Ibnu balita. Mereka semua berkumpul di dalam kamar yang kini tengah Ibnu dan Nadin tempati setelah hampir satu jam yang lalu Ibnu sempat panik ketika mendapati Nadin yang pingsan. 

Tanpa ingin menolak ataupun berdebat Ibnu pasrah ketika Arjun menelepon Arya-adiknya yang kebetulan berprofesi sebagai dokter umum di salah satu rumah sakit di Jakarta itu. 

" Dia punya Alergi? " setelah memeriksa Nadin, Arya menyuarakan pertanyaan pada Mayang, Susan dan Arjun yang berdiri di hadapanya itu. Mereka bertiga saling pandang lalu mengangkat bahu sebagai tanda tidak tahu. Arya menghela napas dalam, lalu beralih pada Ibnu yang duduk di sampingnya, tepat berada di sebelah kepala Nadin. 

" Nadin alergi Udang " sebelum Arya mengeluarkan pertanyaan yang sama terhadap dirinya, Ibnu sudah terlebih dahulu memberikan jawaban.

" Benar tebakanku " Arya bergumam setelah mendengar penuturan Ibnu barusan. 

" Apa yang terjadi? " Ibnu menatap penasaran pada Arya. 

" Nadin punya alergi kronis. Dia akan mengalami pusing, mual bahkan muntah-muntah setelah mengkonsumsi Udang. Lihat- " Arya sedikit memberikan penjelasan pada mereka semua yang ada di sana, lalu berhenti saat menunjukan tanda merah yang ada di leher hingga dada gadis itu, juga ada di beberapa bagain tangannya juga. 

" Ini tanda ruam karena efek alergi itu. Karena aku rasa kau tidak begitu handal dalam membuat kissmark sebanyak ini, Ibnu " Arya memandang remeh pada Ibnu seraya mengeluarkan dengusan pada akhir katanya. Sementara Ibnu sudah menatap nyalang pada Arya. 

" Ini resep obat yang harus ditebus ke apotik " Arya menyerahkan selembar kertas yang sudah ia bubuhi dengan catatan bertinta hitam itu. 

" Biar Papa aja Nu. Ayo Ma! " Ibnu mengangguk lalu menyerahkan kertas itu pada Arjun. Mayang mengikuti Arjun meninggalkan kamar milik Ibnu dan Nadin itu.

" Oma mau bikin minum dulu, kalian jangan berantem di sini! " setelah mengeluarkan ultimatumnya terhadap anak lelaki paling bungsu serta cucu laki-laki satu-satunya itu, Susan pun berlalu meninggalkan Ibnu dan Arya serta Nadin yang masih belum siuman dikamar besar itu. 

Mereka terdiam cukup lama, tidak ada lagi yang saling berdebat atau bahkan menyalahkan. Arya tengah mengemasi alat-alat medisnya, sementara Ibnu ia malah asik dengan dunianya sendiri menyingkirkan anak rambut Nadin lalu menatap lama seraya mengusap-usap wajah berisi itu. Lalu entah setan dari mana Ibnu menunduk lalu menempelkan bibirnya pada bibur ranum milik Nadin yang masih belum sadarkan diri itu. Ia bahkan tidak ambil pusing dengan keberadaan makhluk lain di dalam kamar ini. 

" Bibirnya juga agak bengkak. Saya ragu ingin mengatakannya kalau itu juga bagian dari efek alergi, ketika melihat perlakuan kamu barusan " Arya tersenyum mengangkat sebelah bibirnya, senyuman ejekan yang membuat Ibnu selalu memutar bola mata jengah pada Pamannya itu. 

" Dia istriku! " Ibnu seakan-akan ingin menunjukan kepemilikan Nadin atasnya pada Arya. 

" Aku tahu! "-

" Makanya menikah, supaya kau tidak iri lagi denganku! " suara Ibnu itu kembali membuat Arya harus memberikan tatapan tak suka itu pada Ibnu. 

" Jika perutnya masih sakit, berikan usapan ringan sebagai pertolongan " setelah mengucapkan hal demikian Arya mengangkat tas hitam yang berisi peralat medisnya itu.

" Paman! " Ibnu menghentikan niat Arya yang akan melangkah meninggalkan dirinya dan Nadin.

" Sudah berapa bulan kandungannya? " Arya mencernya setiap kata yang baru saja Ibnu lontarkan, dahi lelaki 26 tahu itu mengkerut, otaknya tak cukup pintar untuk menangkap maksud dan tujuan dari pertanyaan Ibnu barusan. 

" Ck. Nadin hamilkan? " Arya menatap datar pada Ibnu, pemuda itu selalu saja bisa membuat Arya seperti dokter bodoh ketika berada di sekitar Ibnu. 

" Aku tidak menemukan tanda-tanda kehamilan. Memangnya kapan kalian terakhir berhubungan? " kali ini Arya berkata dengan sesungguhnya, ia tak melihat ada tanda-tanda berkembangnya nyawa lain dalam perut Nadin ketika memeriksa gadis itu tadi. 

Ibnu mengangkat alis kirinya seraya mengherdikan bahu sebagai jawaban atas pertanyaan yang Arya lontarkan.

" Saat kejadian kau di tangkap basah dan dipaksa menikah itu? " Arya bahkan masih belum paham hingga saat ini, ia harus marah atau malah terkikik geli ketika menemukan keponakannya tengah tidur bersama seorang perempuan dan sama-sama tak berbusana.

Arya dan Mamanya- Susan, saat pagi yang mungkin terjadi 6 bulan lalu itu mendatangi kediaman kakaknya - Arjun ini. Arjun dan Mayang yang saat itu tengah berada di luar kota memintanya untuk mengawasi Ibnu. 

Ketika membuka pintu kamar yang saat ini masih menjadi kamar Ibnu itu, mereka di kejutkan dengan pakaian yang berserakan di lantai, serta sepasang manusia yang masih bergelung dalam selimut putih tebal itu. Mamanya- Susan, sempat tidak sadarkan diri untuk beberapa saat setelah melihat kelakuan cucu laki-laki satu-satunya itu.

 Setelah itu mereka berdua dipaksa menikah, Ibnu yang katanya paling benci dengan komitmen apalagi komitmen hiduo bersama selamanya itu tentu saja mengeluarkan bantahan dan penolakan tapi ketika Susan dan Arjun papanya bersuara ia tak bisa apa-apa lagi. 

Sementara Nadin saat itu hanya menundukkan kepala serta terus memilin-milin jari jemarinya, Arya paham betul, psikis gadis itu pasti terguncang. 

" Mungkin " Ibnu mencoba mengingat-ingat kembali setiap waktu yang ia lalui selama ini bersama Nadin. 

" Itu berarti, benihmu tidak unggul! Ini sudah bulan keenam dan tidak terjadi apa-apa. Bodoh! " Ibnu menatap sengit pada Arya yang barusan mengatainya bodoh. 

" Dibandingkan dirimu yang tidak laku-laku. Dasar bujang lapuk! " mereka saling melempaskan cacian dan hinaan, mereka tidak sadar suara bising yang mereka ciptakan mengusik sesorang.

🍡🍡🍡
Padang, 9 September 2019.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang