Part 5

22.7K 1.9K 41
                                    

Pagi, masih menyisakan gerimis. Aqella sedang libur kerja. Sebenarnya ia ingin bergelung dalam selimut. Karena lelah secara fisik dan pikiran. Bertemu kembali dengan bagian dari masalalu cukup menguras energinya. Dan kini, ia akan menjemput seseorang, yang membuat hidupnya selalu bersemangat. Jadi, Aqella harus segera merapikan apartemen dan menyiapkan makanan yang enak kesukaan dia. Aqella sudah tidak sabar ingin bertemu dengan belahan jiwanya. 

Akhirnya, setelah shalat subuh dan membaca Al-Qur'an dua halaman, Aqella menutup mushaf dan merapikan apartemen. Setelah itu di lanjutkan menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. 

Bara, Aqella sangat merindukan dia. Kesibukannya di rumah sakit membuat ia tak punya waktu untuk mengunjunginya. Bara adalah penyemangat hidup Aqella. Dan alasan  kuat untuk bertahan dan bangkit dari kubangan luka. Bahwa dibalik air mata akan ada tawa pengobat lara.

Bara sangat suka dengan sop iga buatan Aqella. Maka wanita itu, segera mengeluarkan bahan-bahan yang ada di kulkas. Perkedel daging, tempe goreng dan sambal tomat menjadi pelengkap lauk-pauknya. 

Selesai masak Aqella segera mandi dan bersiap untuk ke Bandara menjemput Bara. Dia melakukan penerbangan dari Singapura jam enam pagi. Ia tidak boleh telat menjemput, kalau tidak ingin melihat Bara merajuk.

Aqella mengenakan kulot hitam dan tunik berwarna biru cerah. Dan memasangkan pasmina untuk menutupi rambut ikalnya. Lalu meraih tas selempang kecil. Setelah dirasa tidak ada yang kurang dari penampilannya, ia segera keluar apartemen. Semoga perjalan dari rumah menuju bandara tidak macet. 

Perjalanan dari apartemen ke Bandara Alhamdulillah cukup lancar. Masih ada beberapa menit untuk menunggu kedatangan Bara. Aqella lebih suka menunggu ketimbang datang telat. Jadi, ia bisa bersantai sebentar dan mengisi waktu dengan membuka akun medsos. Dan membaca berita politik yang ter-update hari ini. 

Ketika sebuah panggilan masuk Aqella segera mengangkatnya.

"Bunda dimana? Aku sudah nyampe."

"Bentar Nak, kamu tetap tunggu di situ ya, Bunda yang ke sana." Rasanya teramat lega jika orang yang ditunggu telah datang. Dialah ElBara, anak Aqella yang memilih tinggal dengan Mas Rasyd, kakak angkatnya yang memilih tinggal di Singapura. 

"Bunda, Bara kangen ...." anak lelaki itu langsung menghambur kepelukan ibunya, ketika melihat Aqella bersiap menyambutnya. Dia memeluk Aqella dengan erat.

"Sama Bunda juga kangen, kau makin tinggi aja Nak, hampir menyusul tinggi Bunda," ujar Aqella sambil memandang tubuh anaknya yang bongsor. Usianya baru dua belas tahun, tapi pertumbuhannya melebihi anak seusianya. Dia juga sangat ganteng.

"Kalau Bunda kangen, kenapa sebulan ini nggak ke Singapura?" protes Bara dengan wajah dipasang cemberut.

"Maafin Bunda, sebulan ini tugas Bunda di rumah sakit padat banget. Maukan maafin Bunda?"

"Ok, tapi gantinya Bunda harus ajakin aku jalan-jalan selama liburan disini."

"Bunda janji, tapi pas lagi nggak sibuk kerja."

Bara mengangguk antusias. Anak itu selalu berusaha mengerti kondisi Ibunya. Dia sangat jarang merepotkan. Pikirannya sangat dewasa dari anak seusianya. Di usianya kini, dia pergi sendiri dari Singapura dengan dititipkan oleh Mas Rasyd pada pramugari. Mas Rasyd banyak pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan dan Mbak Ranti tidak bisa mengantarnya karena repot dengan triple kembar yang memasuki masa aktif. 

Jadi Dokter Setelah Dipaksa BerceraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang