Part 8

18.9K 1.6K 24
                                    

Setelah Bara dan Mbak Tisa pergi, hening di antara mereka. Ardina berusaha tetap diam tidak ingin memulai pembicaraan lebih dulu. Namun dia sudah bisa  menebak, hal apa yang ingin dibicarakan Adyan.

Berita perselingkuhannya sudah menjadi konsumsi publik satu Indonesia, mungkin juga dunia, dan dia berusaha bersikap masa bodoh. Rasanya sangat melelahkan untuk membuat konferensi pers, menghadapi kejaran wartawan.

Jadi bersikap masa bodoh, rasanya lebih baik. Toh, dirinya tidak sedang mencoba menaikan popularitasnya. Karena dengan seiring berjalannya waktu gosip itu akan mereda dan orang akan mulai melupakan apa yang sudah di perbuatnya. Orang lain bebas menilai hidupnya, karena mereka adalah manusia di muka bumi yang paling suci.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Adyan memulai pembicaraan.

"Baik." jawab Ardina singkat. Dia sudah merasa lelah berbasa-basi, sudah lelah diabaikan. 

Menikah tanpa dicintai itu menyakitakan. Dan Ardina tau, Adyan pun tidak sedang baik-baik saja. Dipaksa berpisah dengan orang yang sangat dia cintai, pasti meninggalkan jejak luka. Karena jika cinta terlalu dalam, pasti akan menimbulkan kehilangan yang sangat besar. Sekian tahun berpisah dengan kekasih hati, tak membuat cinta laki-laki itu beranjak pergi bahkan semakin kuat mengakar. 

Dalam keheningan malam, Ardina sering memergoki suaminya sedang memandangi foto mantan istrinya yang tersimpan rapi dalam dompetnya. Bahkan lelaki itu sampai menangis. Ketidakberdayaan sebagai seorang anak akibat dominasi ibunya, membuat laki-laki sebaik Adyan harus merasakan banyak kehilangan. Dan Ardina harus mengalah, tersisihkan.

"Aku mau minta maaf sama kamu .…" Adyan memandang Ardina lama.

"Untuk .…?" 

"Karena aku tidak bisa menjadi suami yang baik untuk kamu. Sering mengabaikanmu, dan aku belum bisa mencintaimu sampai detik ini."

Ardina menggigit bibir perih. Tujuh tahun cukup meredam luka sendirian. Dia sangat paham seiring berjalannya waktu, mencoba untuk mengerti jika cinta tidak bisa dipaksakan. Dulu, dirinya merasa sangat yakin bisa memiliki hati Adyan. Tetapi yang terjadi adalah cinta sendirian.

"Kamu boleh menyerah dengan pernikahan ini, Adyan. Silakan tinggalkan aku. Karena kamu berhak untuk mengejar cinta kamu yang hilang. Kejarlah Aqella, semoga dia masih sendiri. Karena bertahan dalam pernikan ini, hanya membuat luka bersama. Dan orang akan semakim bebas menghujat kita semaunya, tanpa mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di rumah tangga kita. Aku dengan Haris tidak ada hubungan apapun. Kesalahan terbesarku adalah sering jalan bareng, dan itu sangat salah di mata siapapun, sebab aku wanita yang sudah menikah. Terlebih aku seorang publik figur, maka orang akan semakin menghujatku ketika wartawan memergoki jalan bareng dengan lelaki yang bukan suaminya."

"Terus kamu diam saja ketika gosip kamu berselingkuh terus menyudutkanmu?"

"Ya.  Aku sengaja melakukan ini, agar lebih mudah kamu melepasku. Karena tanpa jalan ini, ibumu akan terus merecokimu, agar terus bertahan denganku. Sedangkan kita sudah merasa lelah dengan rumah tangga yang terkesan sangat dipaksakan. Kamu tenang saja, aku akan tetap baik-baik saja meski imejku di mata keluargamu, keluarga besarku dan masyarakat cukup buruk." 

"Terimakasih atas pengertianmu, meski aku tahu kamu menanggung luka atas sikap pengabaianku selama tujuh tahun pernikahan kita."

Ardina menarika napas berat. Sebenarnya dia harus berperang antara logika dan hatinya, ketika  memutuskan akan mundur dari pernikahannya ini. Jika dirinya tidak mengorbankan diri, maka akan terus-menerus bertahan dalam pernikahan yang dingin. 
Adyan tidak mampu melawan sikap ibunya, dan ibunya sangat bangga punya menantu seperti dirinya, yang bisa di pamerkan dalam segala kegiatan sosialitanya. Tapi lama-lama Ardina merasa hanya dimanfaatkan, agar citra mertuanya tetap baik. Namun, anaknya terluka sendirian.

Jadi Dokter Setelah Dipaksa BerceraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang