Part 2

23.2K 1.9K 27
                                    

"Ini semua gara-gara perempuan gila itu, anakku jadi begini!" keluh Nyonya Hutama merasa tidak terima anaknya mengalami kecelakaan seperti ini.

"Menurut Mama siapa?" tanya Tisa tidak suka.

Mama, dimatanya adalah wanita yang paling keras kepala. Terlalu dominan, terutama pada adiknya Adyan. Pernikahan pertama anak laki-laki kesayangannya harus gagal gara-gara mamanya terlalu banyak ikut campur. Pernikahan keduanya dengan Ardina si perempuan matrealistis malah di selingkuhi. Dan Tisa cukup terkejut ketika tadi dia melihat mantan adik ipar yang selalu di rendahkan mamanyanya telah menjadi dokter, spesialis lagi.

Tiga belas tahun tidak bertemu, Aqeella sudah terlihat matang. Dia anggun dan terlihat smart. Tapi sangat dingin, pendiam dan terkesan menghindar dari kelurganya. Tisa cukup paham dengan perasaan Aqella yang sudah mengalami banyak kehilangan dan terluka.

"Si Ardina wanita gila itu!" dengus Mamanya tidak suka.

"Oww..." Tisa pura-pura terkejut dengan membelalakan mata hazelnya.

"Kenapa kamu terkejut seperti itu?" Mamanya gemas dengan reaksi putrinya.

"Ckk... dia itu menantu kesayangan Mama kalau Mama tidak lupa. Wanita itu yang berhasil mendepak gadis sebaik Aqella. Dan dia yang dulu selalu Mama banggain di arisan sosialita. Ini lho menantu kesayanganku....ini lho menantu...."

"Itu dulu. Sebelum dia berselingkuh dan menguras uang keluarga kita!" potong nyonya Hutama.

"Mama, Tisa belum selesai bicara. Tolong jangan di potong dulu," Ujar Tisa tidak suka. "Mama marah pada Ardina, lantas bagaimana dengan Adyan yang harus mengorbankan perasaannya untuk Mama? Papa, aku, Mas Farhan. Bukankah dari dulu sudah memperingatkan siapa Ardina? Tapi, demi rasa persahabatan Mama pada keluarga culas itu, Mama memaksakan kehendak sendiri. Tanpa berkompromi dengan perasaan Adyan. Sukakah dia, bahagiakah dia? Ini yang tidak pernah Mama pikirkan. Karena Mama orang tua paling egois di muka bumi, yang mengukur segalanya dengan standar materi."

"Perempuan sebaik Aqella, Mama buang. Hanya karena menurut Mama tidak ada kepantasan. Jadi sekarang tidak usah menyalahkan orang lain, seburuk apapun Ardina dia adalah menantu yang pernah Mama pilih dan dibanggakan pada semua orang. Jadi, terimalah konskuensinya. Jika harus ada yang disalahkan, itu tidak lain adalah keegoisan Mama sendiri." ujar Tisa merasa lega sudah mengeluarkan semua unek-uneknya yang sudah lama mengganjal di hatinya.

"Kamu...!" Nyonya Hutama tidak terima dengan perkataan anaknya. Matanya melotot galak.

"Maaf jika omongan Tisa menyinggung Mama. Tapi ini semua benarkan, Ma. Tisa peduli sama Adyan yang tidak pernah bahagia selama tiga belas tahun ini. Dia pura-pura bahagia, tapi sebenarnya sakit. Semoga nasib buruk Adyan tidak terjadi pada Adzwar," ujar Tisa sambil bangkit bwrdiri, lalu tanpa pamit meninggalkan Mamanya.

Tisa tidak peduli kalau mama akan kecewa dengan kata-katanya barusan, karena jujur dia lebih banyak kecewa dengan sikap Mamanya yang tidak berubah. Dia hanya peduli kehormatan, koleksi berlian dan jumlah sahamnya ketimbang perasaan anak-anaknya.

"Dek..." Suara Mas Farhan menghentikan langkah Tisa.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Mas Farhan.

Tisa melirik jam tangannya. Sebenarnya dia hari ini ada janji dengan seseorang.

Tisa mengangguk. "Tapi sebentar ya, Mas?"

Farhan mengangguk. Dan mengajak adiknya ke kantin rumah sakit. Setelah memesan minuman ia mengajak adiknya bicara.

"Kamu kenapa seemosional itu pada Mama? Bukan karena melihat Aqella kan?"

Tisa menarik nafas jengah. Kakaknya ini adalah orang yang terlalu perhatian pada mamanya, meskipun statusnya hanya sebagai anak tiri.

"Aku hanya ingin mama sadar dengan sikapnya yang egois, itu saja Mas. Apakah aku salah?"

"Tapi mama sedang bersedih?"

"Mas, sudahlah jangan membela mama terus. Aku lelah. Mas juga jangan naif, kalau mama itu nggak pernah sayang sama kamu, tapi kenapa sih Mas masih belain dia? Yang terluka itu kita, Mas. Kamu, aku dan Adyan. Pernikahanku juga bermasalah dengan Rangga, itu semua gara-gara mama yang banyak ikut campur. Begitupun dengan Adyan."

"Mas tahu itu, meskipun mama bukan ibu kandung, tapi berkat dia Mas merasa punya keluarga. Setidaknya dia masih membuat Mas, bisa merasakan keutuhan keluarga, tidak menjauhkan Mas dengan ayah dan juga kalian bertiga, adik-adik Mas. Soal harta itu tidak jadi masalah buat Mas. Tidak menjadi pewaris Hutama Crop bukan hal yang harus di persoalkan."

Tisa tersenyum miris. Entah dia harus berbahagia atau bersedih. Sesimpel inikah Mas Farhan memandang masalah pelik keluarganya. Dengan jelas ia melihat ketimpangan perlakuan mama pada kakak seayahnya ini. Tapi tetap, dia menjadi kakak yang sayang pada ketiga adiknya. Memperlakukan mamanya dengan santun. Tidak pernah menjadikan perlakuan tidak adil mama, menjadi masalah atau beban.

"Aku ingin memiliki hati yang luas sepertimu Mas, tapi sangat sulit."

"Maka belajarlah untuk mengikhlaskan. Seburuk apapun mama, dia tetap orang yang berjasa pada kita. Yang jasanya tidak sebanding dengan keburukan-keburukannya."

Tisa memandang kakaknya dalam diam. Mas Farhan ini luar biasa baik, pasti ibunya dulu orang baik. Wanita yang sudah pergi kehariban-Nya saat Mas Farhan kelas 4 SD, begitu cerita dari Papa. Dan Mbak Laras juga istri yang sangat baik menurut Tisa. Pantas serumit apapun masalah yang di hadapi, dia selalu tenang dan berhati lapang.

"Jika kamu memang memiliki banyak beban, cerita pada Mas. Kita ini adalah saudara yang harus saling melindungi dan menguatkan."

Tisa ingin saja menangis. Jujur dia merasa terenyuh mendengar kata-kata dari Mas Farhan. Sosok kakak yang sangat mencintai adiknya. Yang berada di dekatnya selalu merasa aman dan terlindungi. Tapi itu dulu, ketika masa anak-anak dan remaja. Sekarang rasanya sangat segan mengadukan segala masalah pada kakaknya ini.

"Terima kasih Mas, maaf Tisa harus segera pergi. Kasih tau Tisa kalau Adyan sudah sadar."

"Ok, hati-hati Dek." ujar Mas Farhan lembut.

Tisa membalas dengan mengangguk dan pergi meninggalkan pelataran rumah sakit. []

Jadi Dokter Setelah Dipaksa BerceraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang