"Nak, kamu mau ikut Bunda ke rumah sakit, atau di rumah sama Mbok Jum? Bunda sudah sediakan buku-buku biar kamu nggak jenuh," ujar Aqella setelah selesai melaksanakan salat Subuh dan membantu Bara mendengarkan hafalan Al-Qur'annya.
"Kalau ikut, nggak apa-apa kan, Bun?" tanyanya sambil merapikan sarung bekas dia pakai untuk salat.
"Ya ngak apa-apa. Nanti Bara bisa nunggu di ruangan Bunda atau jalan-jalan di sekitaran rumah sakit biar nggak jenuh. Nanti Bunda suruh Pak Satpam menemani. Bagaimana?"
"Ok, Bara ikut aja. Tetapi nanti sepulang Bunda kerja kita jalan-jalan ya, Bun?" pintanya penuh harap.
Aqella mengangguk mengiyakan. Sekarang kamu siap-siap mandi ya, Nak? Bunda mau buat sarapan dulu." Aqella segera bersiap untuk turun ke dapur.
"Ok, Bunda." ujar Bara patuh.
Dalam waktu dua puluh menit, akhirnya nasi goreng sapi lada hitam sudah terhidang di meja. Bertepatan dengan Bara yang muncul rapi dengan Jeans dan kaos oblong putih yang dilapisi jaket. Untuk sesaat Aqellaa terpana melihat anaknya yang ganteng luar biasa. Dia benar-benar pahatan sempurna Maha karya Tuhan. Satu lesung di pipitnya membuat dia terlihat semakin menarik. Pasti saat dewasa nanti akan banyak kaum hawa yang menyukainya.
"Bara jelek ya, Bun?" suara Bara membuyarkan keterpanaan Aqella.
"Eng ... nggak ... siapa yang bilang begitu?" Aqella merasa tidak rela. Jika anaknya yang gantengnya kebangetan dibilang jelek.
"Habis Bunda natapnya gitu banget, sih?"
Aqella jadi gelagapan. "Bunda cuma khawatir kamu cepet gede, Nak?"
"Emang kenapa, Bun?"
"Yah ... Bunda belum rela aja melepas kamu dewasa. Nanti kamu akan sungkan kalau Bunda peluk atau cium kamu. Kamunya juga pasti bakal risih."
"Aku mau kok, Bunda peluk atau cium kalau sudah dewasa. Kan tugas anak laki-laki adalah memuliakan ibunya. Bunda tau tentang Uwais Al-Qorni?" tanyanya.
"Siapa itu, Nak?" Aqella merasa penasaran.
"Dia adalah lelaki saleh yang sangat ingin sekali bertemu Nabi, namun ibunya sudah sangat sepuh dan buta sehingga Uwais tidak tega meninggalkan ibunya seorang diri di Yaman. Suatu hari ibunya mengijinkan Uwais datang ke kota Madinah dengan pesan tidak boleh berlama-lama. Sayangnya, Uwais tidak bisa bertemu Rasulullah, karena saat itu Rasulullah sedang berperang. Uwais pun pulang tanpa sempat bertemu dengan Rasullah. Dan Uwais kembali ke kampungnya, kembali merawat ibunya dengan penuh cinta.
Dikisahkan dalam sebuah shiroh, Uwais adalah laki-laki yang tidak terkenal di bumi, tapi sangat terkenal di langit, kecintaannya pada ibunya. Ketika telah tiba ajalnya datang, ribuan Malaikat turut memandikan, menyalatkan dan mengantarkan jenazah ke pemakamannya. Aku ingin seperti kisah Uwais yang sangat cinta pada ibunya, sehingga aku dihadapan Allah kelak bisa jadi lelaki terbaik. Kata Ayah Rasyid dan Mama Ranti juga, aku harus selalu sayang sama Bunda" jelasnya bikin Aqella speechless, dia langsung memeluk putranya dengan sayang.
Kedewasaan Bara dalam berpikir, membuat dada Aqella dirambati rasa sesak. Anak seusia Bara dengan pikirannya yang dewasa bikin Aqella bangga. Mas Rasyid dan Mbak Ranti sangat religius, sehingga hasil didikan yang ditularkan pada Bara, hasilnya pun sangat baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Dokter Setelah Dipaksa Bercerai
ChickLitSudah Terbit Tiga belas tahun sudah berlalu, dan kini Aqella harus di pertemukan kembali dengan mantan suaminya. Adyan Hutama harus menjadi pasiennya, akibat kecelakaan yang sudah di alaminya. Dan membuat semua luka masa lalu yang sudah mengering k...