Chapter 11

38 14 9
                                    

Chapter 11 : Mencari celah di Bebatuan

"Apa jadwalku setelah ini, Hyung?" Tae merapikan pakaiannya dan dasi hitamnya di mobil mewahnya.

Hari yang melelahkan, Tae harus bolak-balik ke kantor satu dengan yang lainnya mengurus perusahaan besarnya. Terlebih, masalahnya dengan Naf-Momo juga belum selesai. Hatinya terasa teriris, ia harus melakukan sesuatu agar dia ingat.

"Ada rapat dengan Izzuna Compeny satu jam lagi," jawaban yang mampu membuat seorang Tae tersenyum. Stresnya menghilang mendengar hal itu. Akhirnya ia bisa bertemu dengannya walau di hari libur.

Perjalanannya pun terasa amat singkat. Tae melangkahkan kaki ke gedung pencakar langit itu. Menuju tempat yang telah dijanjikan.

"Oh, selamat datang, Tae-sama," Im Sana menyambutnya ramah di depan pintu.

"Baiklah, kita bisa memulai rapat hari ini,"

Tae mengerutkan kening. Apa maksudnya? Ia tak melihat Momo disana. "Momoku kemana?"

"Momo?" Kini, Im sana yang mengerutkan kening. (Awas jadi tua).

"...dan tiba-tiba Taehyung memanggilku dengan nama Momo," sekilas memorinya memutar percakapannya dengan Nafa. "Oh, Nafa-chan? Maafkan aku, tapi ia sedang melalukan hal penting yang lain,"

"Hal penting?" Sudah berkerut, kini alis kiri Tae yang terangkat.

"Benar. Jadi, bisa kita melanjutkan rapat?" Ajak Im Sana menolak menjelaskan perihal Nafa.

=_=

Disepanjang jalan kenangan- menuju ke apartemennya, Tae memikirkan banyak hal. Entah berapa cabang pikirannya, tidak ada yang tahu. Seokjin yang di sebelahnya hanya terdiam dan memikirkan hal yang lain.

"Aku lupa menaruh vitaminku. Sial," gerutunya dalam hati. Otak dokternya terus memutar setiap detail kejadian seharian ini. Namun nihil, ia tak mengingat apapun.

Begitulah keseharian seorang Taehyung menghabiskan hari libur. Dengan piknik luar negri mengurus masalah saham, berkemah ria di kegelapan, atau menghabiskan waktu di jalanan seperti ini.

Kalau kebahagiaan orang itu berbeda-beda, sama sepertinya. Taehyung memiliki cara sendiri untuk bahagia. Walau bukan dengan bermain game online di gadget, ia bisa bermain saham dan menjatuhkan ekonomi sebuah negara di sekali sentuhan jempolnya.

=_=

"Hmm, jadi mereka mati, ya?" Ucap Yoon Gi yang datar mendengar salah satu pesuruhnya yang disikat oleh Taehyung. Bagi dunia mafia, kematian satu atau beratus anak buah adalah hal yang biasa. Bahkan dimata Yoon Gi yang terkenal dingin dan kejam. Ia bahkan tak peduli bila seluruh anak buahnya mati, tinggal cari yang lain, pikirnya.

Tanpa berpikir panjang, ia menarik garis senyum kemenangan di wajahnya. "Ya sudah. Kita lanjut rencana berikutnya," ucapnya pada Jimin yang kini berdiri di sampingnya.

" Dia datang, kan?" Lanjutnya yang diiyakan oleh Jimin dengan singkat. Karna yang dibicarakan, telah muncul di depan pintu.

"Ah, akhirnya kau datang juga, Yuta," sambut Yoon Gi pada pria itu.

Pria yang rambut yang disemir cream, berkulit putih, dan berjas lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam,  langsung menebar pesona dengan senyumannya. Walau ia tahu, tidak ada wanita yang bakal teriak kegirangan disana.

"Ah, aku baru saja menyusun dinnerku. Kau memang suka merusak rencana orang," keluhnya melonggarkan dasi yang melilit lehernya itu.

"Kau punya kerjaan. Kau memilih uang atau wanita?" Tanya Yoon Gi sinis. Ia tak begitu suka basa-basi.

The Hidden Mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang