Chapter 3 : Serpihan potongan masa lalu. Siapa dia?
Taehyung menghela napas sekali lagi. Netranya menerawang ketika menatap gedung-gedung pencakar langit dari dalam jendela mobil yang berjalan di jalur utama ibukota. Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari, dan Taehyung belum sempat terpejam dalam jangka waktu lama. Ia hanya bisa tertidur kurang lebih tiga jam itupun ketika masih berada di pesawat yang akan membawanya dari Osaka menuju Seoul.
Gila memang. Pemuda itu telah melakukan perjalanan dari kota ke kota lainㅡyang jaraknya pun tak bisa di bilang dekat, pun ia tidak sempat beristirahat. Dan sekarang ia kembali mengambil perjalanan antar negara dalam waktu sehari. Hebat!
Manik coklat Taehyung melirik pada presensi seorang lelaki yang duduk di sebelahnya. Ia tersenyum kecil ketika melihat Jimin yang sesekali terantuk demi menahan kantuknya. Meski pada akhirnya lelaki itu jatuh tertidur dengan kepala menggantung. Niat membangunkan pun Taehyung tak tega. Ia tahu, Jimin pasti kelelahan, berbeda dengan dia yang masih terjaga hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti sebentar di depan pagar yang menjulang tinggi.
Mobil hitam itu memasuki pekarangan rumah bak istana yang begitu luas. Berhenti tepat di dekat pilar tinggi, lalu sang sopir lebih dahulu keluar untuk membukakan pintu dan mempersilakan Taehyung keluar.
“Bangunkan Jimin hyung. Suruh dia beristirahat di kamar. Oh ya, katakan juga padanya, aku sedang tidak ingin diganggu.” pesan Taehyung pada sang sopir sebelum melangkah menjauh.
Lampu rumah megah itu masih menyala terang, namun terasa begitu hening. Mungkin orangtuanya sudah tidur, lagi pula siapa yang ingin begadang sampai pukul dua dini hari? Oh ada, dia adalah Kim Taehyung.
Pemuda itu berjalan lebih dulu memasuki rumahnya. Rumah yang jarang ia datangi setelah ia mulai berkecimpung pada dunia gelap. Taehyung sesekali harus pergi bolak-balik dari Seoul menuju Tokyo dan menyelesaikan beberapa masalah. Dan terkadang ia akan pulang ke Apartemennya di banding pulang ke rumah. Lebih untuk menenangkan diri, katanya.
Kamarnya terletak di lantai atas. Lorong berwarna emas pun putih tulang mendominasi jalan yang ia lewati agar bisa mencapai kamarnya. Namun, seketika langkahnya berhenti tepat di depan pintu berwarna putih. Entah kenapa manik matanya terus menatap pahatan yang tertulis di pintu itu.
Kim Jisoo
Seulas senyum Taehyung terukir, memorinya kembali berputar ketika hari dimana sang kakak yang berlari dengan kencang ketika ia terjatuh dari sepeda kayuh. Itu adalah hari dimana Taehyung kecil pertama kali menaiki sepeda, dan Jisoo ada disana untuk menemani adik kecilnya itu.
Jisoo tampak begitu khawatir meski Taehyung tetap memasang wajah biasa ketika melihat lututnya yang baru mengeluarkan darah segar.
Taehyung ingat dengan jelas, itu pertama kalinya ia melihat Jisoo tampak begitu ketakutan. Gadis berusia delapan tahun itu menangis, ia kebingungan, tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membantu adiknya yang terduduk di atas aspal.
“Ah, Tae-ya... K-kau naik di punggung, noona, Eoh? Aku akan mengobatimu.” ucapnya seraya menyeka tangis.
Taehyung hanya mengangguk dan mendaratkan tubuhnya pada punggung sang kakak dan mengalungkan tangannya pada leher Jisoo dengan erat.
“Noona... ”bisik Taehyung lirih.
Jisoo menoleh, mendapati manik coklat Taehyung lantas tersenyum. “Ada apa?”
“Jangan beri tahu Appa jika aku terjatuh, ya? Aku tidak ingin terlihat seperti pecundang hanya karena tidak bisa menaiki sepeda dengan baik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Mission
AkčníKehidupan SMA Kim Taehyung berubah ketika ia harus mengambil alih tanggung jawab menjadi seorang CEO dalam sebuah perusahaan milik keluarganya. Teman-temannya tidak ada yang tahu jika Taehyung-pun memiliki kekuasaan dalam dunia gelap, dunia mafia y...