10. Bencana

559 97 12
                                    

Jungkook berulang kali mengangkat ponselnya ke arah telinga demi menelpon seseorang.

Jieun kekasihnya. Tidak! calon tunangannya tak bisa di hubungi. Parahnya, sudah 2 hari.

Jungkook bingung, tidak tahu harus bagaimana lagi karena Jieun masih tak mau bertemu dengannya.

Dua hari yang lalu setelah melihat ia berciuman dengan Sakura, Jieun mengamuk bahkan hingga hilang kontrol akan kata-katanya yang kelewat kasar pada Sakura dan refleks...Jungkook menamparnya.

Sungguh Jungkook menyesal jika tahu akan seperti ini jadinya. Memang tidak seharusnya ia menampar wajah kekasihnya sendiri di depan wanita lain yang notabene pernah mengisi hatinya. Apalagi saat melihat tatapan kecewa milik Jieun yang gadis itu layangkan waktu itu, hati Jungkook seolah hancur begitu saja.

Jungkook menghela nafas berat. Dulu ia sangat risih saat Jieun selalu menempelinya tak tahu waktu tapi sekarang, ia sungguh merindukan saat-saat seperti itu. Mendadak rindu pada sikap Jieun yang possesif.

Menghela nafas kasar. Jungkook menatap layar ponselnya dengan sendu...

"Maafkan aku, Jieun. Ku mohon beri aku kesempatan"

Hatinya seperti kosong seketika semenjak Jieun memutuskan pergi meninggalkannya dengan berurai air mata, namun memanas kembali saat ingat Kim Taehyung sempat mencuri kesempatan dengan memeluk tubuh gadisnya dan berlalu pergi.

"Jungkook! Pertandingan akan dimulai!!!"

Lamunan Jungkook buyar saat suara Mingyu bergema di koridor luar lapangan basket. Tepat hari ini. Pertandingan persahabatan antara 2 sekolah berbeda negara akan di laksanakan dan Jungkook, sejujurnya sangat berharap ada Jieun yang bisa memberikannya semangat.

Sekilas pandangannya tertuju ke arah bangku pendukung tim SMA Jepang, sempat tersenyum manis melihat Sakura mengepalkan tangan ke atas sambil berteriak "Semangat Jungkook!" tidak peduli meski gadis itu mendapat lirikan tak suka teman-temannya sendiri karena sikapnya.

Jungkook menatap lawan mainnya yang telah memasang tampang menyeringai.

"Hai, Jeon. Kita bertemu lagi!"

Jungkook hanya diam. Tak berniat sedikitpun untuk membalas sapaan yang sedikitpun tak ada kesan ramah di dalamnya.

"Senang bisa melihatmu lagi setelah sekian lama. Ah, tidak juga baru beberapa bulan. Kau sepertinya bahagia di sini! Apa di sini tidak ada yang memukulimu seperti dulu?"

Telak. Jungkook menatap tajam lawan bicaranya tetapi masih belum mau membalasnya.

Si lawan bicaranya terkekeh pelan.

"Aku dan Sakura sudah menjadi sepasang kekasih, dan..."

Tubuh Jungkook menegang saat lawan bicaranya mendekat lalu berbisik penuh penekanan.

"....aku melihatmu berciman dengannya. Maka, bersiaplah aku akan menghabisimu sekarang juga!"

.

.

.

Jieun terduduk di lantai, memeluk kedua lututnya di sisi ranjang tempat tidurnya.

Hari ini pertandingan basket di sekolahnya sedang di laksanakan. Mendadak, batinnya resah karena ingat Jungkook masuk ke dalam tim utama. Seharusnya ia berada di sana untuk memberikan Jungkook semangat di pinggir lapangan namun ingatannya masih mengarah pada kejadian 2 hari yang lalu.

Ia ingat dengan jelas bagaimana Jungkook mendorong bahkan menamparnya di depan wanita yang telah membuatnya cemburu setengah mati. Lagipula siapa yang tidak akan marah melihat kekasihmu berciuman dengan gadis lain? Justru aneh rasanya jika Jieun harus diam saja.

Kepalanya menoleh pada ponselnya yang tergeletak di atas ranjang. Sudah ratusan kali berdering sejak 2 hari yang lalu tetapi Jieun sama sekali tak berniat mengangkatnya karena ia tahu, itu adalah Jungkook. Tidak. Jieun tidak akan semudah itu memberinya kesempatan untuk meminta maaf. Jungkook sangat keterlaluan. Biarkan saja pemuda itu bersusah payah demi menjangkaunya kembali karena Jieun juga lelah jika hanya dirinya seorang yang selalu bersikap aktif.

Jieun menyandarkan kepalanya ke sisi ranjang, menghela nafas sambil memejamkan kedua matanya.

"Untuk sekarang, biarkan dia merasakan sendiri penyesalannya. Jangan berikan ampunan dulu  Ji!"

Ucapnya pada dirinya sendiri namun lelehan air matanya kembali keluar beserta isakan tertahan.

"Aku merindukanmu, Jungkook"

.

.

.

Pertandingan berlangsung sengit dari kedua tim. Laga persahabatan justru tak tampak bersahabat sedikitpun karena keduanya tampak sangat bernafsu untuk meraih kemenangan. Beberapa kali terjadi pelanggaran, dari mulai menyikut, menjegal dan terkadang terjadi keributan kecil.

Suzi, Jenni dan Irene memandang dengan harap-harap cemas.

"Jieun belum bisa di hubungi?" Suzi bertanya cemas pada Irene yang masih menempelkan ponsel ke telinganya. Gelengan kepalanya membuat kedua temannya yang lain menghela nafas.

"Astaga, dia sebenarnya kenapa? Mendadak hilang di saat seperti ini?"

Suzi memandang lurus ke arah Jungkook yang sedang kepayahan di tengah lapangan.

"Entahlah, tapi sepertinya mereka sedang bertengkar" gumamnya. Pandangannya beralih ke sudut lain dan sempat memikirkan untuk menghubungi Minho kakak Jieun. Namun belum sempat ia meraih ponsel tiba-tiba ia di kejutkan dengan teriakan kencang dari semua orang.

"JUNGKOOK!!!"

Suzi lantas tersadar dan menatap kembali ke arah lapangan. Kedua matanya membola melihat Jungkook sedang berbaring di lantai memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan.

.

.

.

"Aaaarghhh!!!"

Jungkook merasakan kepalanya berdenyut seperti ingin pecah. Pandangannya mengabur bahkan berputar dengan cepat membuatnya mual.

Kepalanya terbentur lantai dengan keras saat dirinya hendak memasukan bola ke dalam jaring. Ia di langgar dengan keras oleh lawannya yang tadi sempat mengancamnya.

Jungkook memejamkan kedua matanya namun dalam gelap matanya ia melihat selintas memori dibenaknya.

Seorang wanita cantik tersenyum hangat kemudian di sisinya Wajah tampan seorang lelaki menoleh juga tersenyum hangat ke arahnya.

"Jungkookie kita sudah besar! Kau ingin hadiah apa di ulang tahunmu kali ini?"

"Kookie, ayo katakan! hyung akan berikan apapun yang kau minta!" kemudian sebuah suara datang dari sisi tubuhnya. Merangkulnya hangat. Senyum pemuda remaja tanggung itu tersungging persis seperti 2 orang lainnya. Jungkook menatap sekeliling, ia sedang berada di dalam mobil.

Belum sempat ada kata yang keluar dari mulutnya suara dentuman keras menghujani pendengaran.

"LINDUNGI JUNGKOOK!!!"

Maka seketika gelap dan hanya dekapan hangat dari hyungnya yang ia rasakan.

Jungkook membuka matanya setengah sadar bergumam lirih sebelum kesadarannya menghilang meninggalkan dirinya.

"Appa...Eomma....hyung....bawa aku juga..."

Suga terbengong. Secepat kilat menggendong tubuh adik sepupunya setelah mendengat lirihan terakhir Jungkook. Suga cemas setengah mati.

"Ku mohon, jangan biarkan traumamu kembali"

.

.

.

TBC

Semoga semua baik-baik saja.

You And Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang