-Room 4 : Overflow

7.3K 1.1K 636
                                    

Warn : This section is very long :v

.
.
.

"Ehhhh tunggu-tunggu....! Kok kita ada di sini...?!" Seru seungmin terkejut kala menatap ke sekeliling. Begitupun dengan lainnya ikut terbelalak ketika netranya mendapati ada ditengah-tengah gurun luas.

Debu berterbaran terbawa angin berhembus cukup kencang membuat pandangan mereka terganggu. Lantas chan dan jeongin membantu hyunjin bangkit dari duduknya.

"Seinget gue pas tadi keluar dari ruangan konyol itu gak di gurun" woojin masih memperhatikan keadaan sekitar.

"Lohh lubangnya masa ilang...!" Seru felix yang menunjuk pada bawah kakinya. Jantungnya berdegup kencang, seingatnya ia berdiri tepat disamping lubang jalan mereka keluar dari ruangan itu. Bahkan kini lubang itu sudah lenyap tak berbekas, hanya ada pasir tandus yang mereka pijaki.

"Gue ngerasa ada yang ganjal..." seungmin bergumam. Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri, yang nampaknya terdapat bukit-bukit berpasir dimana-mana, sebagian butirannya terhembus angin membentuk gumpalan halus di udara.

"Haruskah kita terus berjalan...?" Felix melontarkan pertanyaan pada teman-temannya. Lagi dan lagi pertanyaan itu terbuai dan tak ada jawaban dari mereka, karna mereka sama bingungnya dengan felix.

"Kalau kita terus jalan apa bakalan ada jalan keluar...?" Hyunjin bersua, pertanyaan keraguan yang terdengar putus asa. Luka ditubuhnya semakin terasa perih, hal yang dilakukan jeongin sama sekali tidak berpangaruh pada lukanya. Malah bertambah perih kala luka itu bergesekan dengan kain kusam yang kotor. Ia ingin cepat-cepat keluar namun, jauh dalam relung hati seperti menolak akan harapan terbesarnya, setidaknya untuk saat ini. 

"Lo kuat...?" Kini chan bertanya memandang hyunjin. Wajahnya sudah lebih memerah menahan nyeri. Chan tidak tega melihatnya. Tak ia pungkiri betapa sakit yang diderita hyunjin. Bagaimana tidak, kulitnya banyak yang terkelupas. Hyunjin terdiam tak membalas, sejujurnya ia juga ragu kuat atau tidak berjalan ditengah gurun luas tanpa pasokan air barang setetespun.

"Kita gabisa diem terus kaya gini. Gimanapun kita harus keluar dari sini" jeongin mulai berjalan pelan, tak lama kemudian ia terdiam memperhatikan keadaan disekitar, usang debu yang bertebaran membuat pernafasan terasa tercekat lantaran gersang menerpa.

"Tapi hyunjin kayanya gak kuat" chan menatap seluruh teman-temannya saat tak kunjung mendapat jawaban dari pemuda hwang itu. Reaksi pada wajahnya telah menjelaskan jikalau hyunjin tengah menahan rasa yang teramat nyeri pada sekujur tubuhnya.

Tatapan penuh harapan pengertian ia layangkan pada yang lain, berharap satu diantara mereka dapat memberikan solusi agar hyunjin dapat ditolong. Acap kali ia mengedip memandang satu persatu netra itu, sendu selalu terpancar seolah mengatakan 'kita juga gak tahu harus apa' Chan terdiam memandang kakinya yang sudah tak berbalut apapun. Menahan tangis menyeruak serta merta merutuki kesalahan terbesar yang ia buat selama hidupnya.

'Harusnya gue denger kata woojin dari awal'  cakapnya pada dirinya sendiri.

"Bantu gue jalan ajah..." hyunjin menglurkan tangannya. Pasrah. Ya, hyunjin sudah pasrah pada apapun yang terjadi untuk kedepannya. Baru hendak chan dan woojin ingin membantu tapi tangan woojin disingkirkan oleh changbin.

"Biar gue ajah" jawabnya tanpa berekspresi. Woojin hanya mengangguk tanpa menjawab apapun, begitupun dengan chan yang layu.

"Gue tau lo itu sebenernya perduli, cuman gengsi" bisik woojin disaat satu tangan changbin hendak menggapai tubuh hyunjin.

Tak membalas ucapan yang lebih tua, changbin diliput pertanyaan yang berterbaran dikepalanya. Gengsi...? Apa selama ini ia bersikap gengsi...? Tanpa mengambil pusing dengan satu kata yang baginya tak bermutu, changbin lebih memilih memapah hyunjin dan membantunya berjalan.

The Escape Room- StrayKids ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang