-Room 8 : There Is No Winners

6.1K 1K 383
                                    

Tangis masih membungkus Jeongin disela tapakan kaki telanjangnya berjalan menyusuri kota mati. Sesekali ia menghindar dari reruntuhan yang hendak menimpa, sungguh jeongin rasanya ingin pasrah. Biarlah hyunjin yang sekarat dipunggungnya menjadi pemenang. Rasa ingin hidup tak lagi ada dalam dirinya, jeongin tak tahu harus kemana kakinya akan melangkah.

"Je-jeongin, se-seungmin...." Hyunjin bergumam disela bibirnya yang bergetar. Bahkan rasa dingin yang dihantarkan tubuh hyunjin pada punggungnya tak lagi dapat ia rasakan. Tubuhnya benar-benar mati rasa.

"Je-jeongin, Se-seungmin...." Hyunjin kembali bergumam. Jeongin mati-matian menggigit bibirnya yang bergetar, menyembunyikan isak tangisnya. Yang hyunjin tahu, jeongin pantang untuk menitik air mata, apa jadinya jika hyunjin tahu ia tengah menangis tersedu? Yang lebih parah, apa jadinya jika hyunjin akhirnya mengetahui jikalau satu temannya lagi sudah tiada? Tunggu...! Bukankah harusnya hyunjin sudah tahu? Entahlah, Jeongin hanya mampu terdiam membisu, menikmati angin kotor yang berhembus lagi gersang adalah pilihannya saat ini.

"Je-jeongin...? Se-seungmin....?" Hyunjin kembali berguman untuk yang ketiga kalinya.

Cukup...! Jeongin menghentikan langkahnya, ia memejamkan matanya erat membiarkan tetesan bening berlomba untuk keluar.

"Ke-kenapa...? Ad-ada yang sa-sakit...?" Suaranya terdengar serak, dirasa pada punggungnya hyunjin hanya mengangguk pelan. Lantas, matanya menyusuri sekitar. Ada tebing tinggi di kejauhan sana. Ia fikir, tidak masalah membawa hyunjin sebentar lagi untuk beberapa langkah kemudian.

"Sabar ya, di ujung sana ada tebing. Lo bisa istirahat disana..." tuturnya kembali melangkah.

"Je-jeongin....?" Hyunjin kembali bergumam.

"Ya?"

"Se-seungmin, dimana se-seungmin....?" Tanyanya dengan mata yang masih terpejam.

Jeongin kembali menghentikan langkahnya, dahinya mengerut kemudian. Bukankah saat seungmin tertimpa puing hyunjin sudah dalam keadaan sadar...? Ia juga sempat berteriak keras dan menangis. Mustahil jika hyunjin tak mendengar sekalipun kedua matanya tertutup rapat.

"Mustahil lo gak tau...." balasnya kemudian. Lantas, jeongin kembali melangkah. Dirasa hyunjin hanya terdiam tanpa lagi bersua membalas ucapannya, getaran ditubuhnya yang menggigil masih ia rasakan. Jeongin berfikir, ia akan membantu hyunjin untuk selamat dari sini. Biarlah ia yang jadi korban terakhir, ada banyak kesalahan-kesalahan yang ia lakukan pada teman-teamannya atas ucapannya yang tidak seharusnya ia lontarkan. Terutama pada changbin, untuk pertama kali dalam seumur hidupnya jeongin benar-benar menyesal ia dilahirkan kedunia. Biarkan ia menebus dosanya dengan ini.

Setelah sampai, diturunkan hyunjin dari punggungnya dengan hati-hati lalu disandarkannya pada tebing. Gmeretak gigi hyunjin masih terdengar jelas, suhu tubuhnya gak kunjung menurun. Padahal cuaca panas bukan main.

Lantas, ia pun ikut duduk dan bersandar disebelah hyunjin dengan kepala ia tangahkan pada mentari yang bersinar. Silau menteruak memenuhi pupilnya yang kian mengecil, masa bodoh dengan saraf matanya yang akan rusak. Toh, ia tak lagi perduli.

"Jeongin...." hyunjin kembali memanggil. Ia pun menoleh, hyunjin perlahan membuka matanya yang sayu perlahan. Jelas sekali pemuda hwang itu mati-matian berusaha membuka kelopak matanya.

"A-ada yang ma-mau gue ce-ceritain...." katanya padanya. Jeongin menyatukan alisnya kendati hyunjin sudah membuka jelas kedua matanya. Meski masih terlihat sayu, ia masih dapat jelas melihat raut ketakutan yang terpancar.

"Lo takut mati hyunjin....?" Tanya jeongin memastikan.

"Gue bisa relain gue yang jadi korban terakhir kalo lo mau hidup" lanjutnya.

The Escape Room- StrayKids ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang