Hari libur musim dingin telah usai, semua murid sekolah kembali pada rutinitasnya. Termasuk aku, siswi pecicilan yang terkenal seantero sekolah.
Si Pecicilan? Tidak.
Aku tidak sepercaya diri itu untuk melabeli diriku sendiri, itu kata para siswi lain yang menganggap aku itu seorang siswi yang sangat tak tahu malu karena mengganggu seorang pria.
Bagaimana tidak centil? Yang aku goda adalah Oh Sehun, pria tampan yang sangat cerdas di angkatanku. Dan dia sekelas denganku, itu yang paling penting.
"Boo Nami," aku kegelian saat telingaku dibisikan dengan suara di sampingku. Saat menoleh, dia mengintruksikanku untuk melihat ke depan.
"Ada apa?" Aku bertanya hanya dengan gerakan mulut. Dia menggeleng dan menyuruhku untuk langsung lihat sendiri saja.
Betapa terkejutnya aku saat Guru Lim menunjukku dengan spidol dan menyuruhku ke depan. Aku menuruti dan menyengir kuda di hadapannya.
"Harus berapa kali saya memanggilmu, Boo Nami? Apa kedua telingamu itu kau simpan di matamu yang terus memperhatikan pria? Kau ini niat belajar atau berimajinasi menjadi kekasih Oh Sehun?" Seketika kelasku riuh oleh para murid yang menertawakanku. Aku ini lelucon yang sangat ampuh seperti biasanya. Menyedihkan sekali.
"Oh Sehun? Kau mau memiliki kekasih seorang maniak akut seperti Boo Nami?"
"Guru Lim!" Aku berseru dengan bersemu merah ketika yang lain tertawa kembali.
Sepanjang pelajaran aku terus menggerutu sampai tiba waktu istirahat.
"Ya, Boo!"
"Kau mengganggu konsentrasinya, pergilah!"
"Si Maniak Oh itu memang memiliki tampang kebal."
"Shttttt..." Aku berdiri dan mengintrupsi mereka yang memberi tatapan cemooh padaku. "Bukan aku. Tapi, kalian yang mengganggu Sehun. Kalian itu berisik sekali, ckck. Telingaku sampai merah. Lihat! Lihat tidak?" Gesturku menyibak rambut dengan histeris.
"Ishh, menjijikan. Ayo, bubar!" Ucap salah satu dari mereka yang terlihat ingin menjadi pemimpin.
"Lebih menjijikan lipstik yang menempel pada gigimu, asal kau tahu!" Jawabku setelah melihat mereka benar-benar pergi.
"Di gigimu pun ada, jadi jangan mengejek yang lain." Setelah bersuara Sehun pergi meninggalkanku yang langsung membuka aplikasi kamera pada ponselku.
"Aku tidak!" Protesku pada ruang hampa karena sepertinya jam pelajaran sudah akan di mulai. "Apa benar dia bisa berbohong?" tanyaku yang malah keheranan.
Aku berlari meninggalkan perpustakaan. Dan terkejut saat tahu Sehun masih di luar. "Kau menungguku?" Tiba-tiba senyumku merekah.
"Ketua kelas mana yang membiarkan murid nakalnya masih berkeliaran saat jam masuk?" Ujarnya bijak seperti hari, hari, dan hari-hari sebelumnya.
"Ngomong-ngomong kau tadi berbohong. Itu perbuatan dosa. Aku yakin kau sangat tahu akan itu." Seperti hari, hari, dan hari-hari sebelumnya aku pun terkadang menjawab acak pertanyaannya menjadi sebuah pernyataan.
Sehun terlihat menghela napas. "Boo Nami, kita akan telat. Cepat jalan dan jangan mengelak."
"Iya, Tampan." Aku mengerlingkan mata dan jalan mendahuluinya.
Saat di kelas, tepatnya saat mata pelajaran yang berhubungan dengan menghitung aku kadang berpikir, mengapa aku hanya mengerti saat Guru menjabarkan namun nihil saat mengerjakannya sendiri? Setiap harinya aku mencoba untuk mengerti tetapi otak lemahku yang hanya mempu menghafal tidak bergerak saat harus berlogika. Melihat kawanku yang hilir mudik menjawab dan giat berlomba maju ke depan untuk menuliskan jawaban, aku hanya duduk diam di bangku Dan menyalin jawaban mereka yang dinyatakan benar. Dan saat giliran Oh Sehun tiba memberi jawabannya, yang aku lakukan adalah melihat bagaimana menawannya dia, lalu melupakan fakta jika aku masih bodoh untuk sekedar maju ke depan sana. Aku benar-benar buruk.
"Boo Nami!"
Aku terlonjak dan melirik sekitar yang sudah kosong. "Kemana yang lain, Yein?"
"Pulang tentu saja. Aku heran kenapa kau sering melamun ketika yang lain sibuk berhitung?" Yein lekas berdiri siap meninggalkanku. Mengapa orang-orang senang sekali meninggalkanku?
"Jangan tinggalkan aku!" Aku dengan cepat membereskan peralatan belajarku dan bergegas merangkul Yein yang baru tiba di pintu. "Ngomong-ngomong, berimajinasi menjadi pacar Oh Sehun di jam pelajaran menghitung itu menyenangkan."
Yein memutar bola matanya dan berkata ketus, "Dasar budak cinta."
Aku tertawa dengan lelucon menyedihkanku di awal musim baru kali ini. Bukan, tapi musim sebelum, sebelum dan sebelumnya pun sama.
•
•
•
•🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Me after You - [Sehun]
FanfictionSetelah melihat rupaku sendiri di cermin, aku merasa jika diriku ini tidak terlalu buruk untuk seorang Oh Sehun. Jadi bolehkah aku berharap dia mau menemaniku? •Me after You• Art & Story by ketsputih