Setelah melihat rupaku sendiri di cermin, aku merasa jika diriku ini tidak terlalu buruk untuk seorang Oh Sehun. Jadi bolehkah aku berharap dia mau menemaniku?
•Me after You•
Art & Story by ketsputih
Di usiaku yang kini menginjak 17 tahun, tidak pernah sekalipun aku merasakan bagaimana memiliki seorang kekasih. Terlebih Ayah dan Ibu yang mengharuskanku untuk fokus pada pendidikan, serta mendiang Kak Yuna yang tak segan memotong uang sakuku jika ketahuan berpacaran.
Rasanya hidupku tidak berwarna sama sekali. Mendengar teman sekelasku yang sering bergosip ria membahas kekasih mereka. Aku hanya berkhayal bisa pula memilikinya dan mengeluhkannya pada Yein.
Mendengar keluhanku Yein selalu berkata, "Memangnya ada yang suka padamu? Apa ada yang mengajakmu berkencan?"
Aku tidak yakin Yein itu sahabatku. Perkataanya selalu pedas, namun semua yang dikatakan Yein pasti benar.
Mengapa tidak ada yang datang padaku untuk menyatakan cinta? Terlepas dari larangan keluargaku, mungkin memang tidak ada yang benar-benar menyukaiku.
Tidak ada hari yang kuhabiskan tanpa insecure.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku memindai hasil jepretanku. Menilai penampilanku sendiri dengan serius.
"Aku yang sekarang jauh lebih baik," gumamku dengan yakin.
Dulu sewaktu umurku genap 9 tahun, aku sudah mengenal umpatan dan sindiran. Jadi ketika aku dan Kak Yuna berselisih, kerap kali kata-kata menyindir terucap oleh kami.
Bibirmu tebal.
Hidungmu pesek.
Gemuk sekali.
Kau lebih hitam.
Banyak jerawatnya.
Dasar cengeng.
Meski kami saling mengejek, tapi dalam hati berterima kasih karena sudah saling mengingatkan untuk memperbaiki penampilan kami.
Jadi saat masuk ke sekolah menengah atas dengan penampilan baruku yang tidak seurakan dulu, aku dengan percaya diri menyapa teman sekelasku yang tak kalah cantik dan tampan. "Salam kenal. Aku, Boo Nami."
Mungkin sudah sebulan aku beradaptasi di sekolah elit ini. Beberapa orang sudah kuhafal karakternya. Dan beberapa orang juga sudah kuhafal visualnya. Ralat. Sepertinya hanya satu yang visualnya melekat pada benakku. Dia, Oh Sehun si ketua kelas.
Awalnya aku pikir Sehun akan mudah didekati karena penampilanku yang tidak buruk. Bahkan ada beberapa murid pria yang mengakui jika aku cantik. Tapi, Sehun tampak tidak tertarik sama sekali padaku yang gencar menyapanya. Malah sebaliknya, siswa-siswi yang mulanya merangkul kini sudah tidak respect lagi padaku.
"Ternyata Dia hanya tukang tebar pesona. Menjijikan." Hanya kalimat ini yang masih terekam dari banyaknya kalimat kasar mereka yang ditujukan padaku.
Aku menghela napas setelah menyadari jika sepertinya aku harus menyerah. Terhitung sudah hampir 2 tahun, namun tidak ada perubahan yang signifikan perihal hubunganku dengan Sehun yang hanya sebatas teman. Ditambah Sehun memiliki Kim Yobin yang bisa menjadi alasan agarku menjauh darinya.
Tapi, rencana hanyalah rencana. Sepekan sudah berlalu saat Sehun menunjukkan perhatiannya padaku. Sampai saat ini euforia itu masih bersemayam di hatiku yang biasanya hanya mampu menyimpan kesedihan. Aku tersenyum sepanjang waktu layaknya orang gila yang sedang kasmaran. Yein bahkan sampai menyerah untuk menyadarkanku.
"Aku tidak jadi menyerah. Sehun sepertinya sudah mulai luluh padaku," ucapku sore itu pada Baekhyun di sebrang sana yang senantiasa mendengarkan semua ceritaku yang katanya tidak akan pernah membuatnya bosan. • • • •