• He(r) Knows Me

1K 80 13
                                    

"Maaf. Aku tidak sengaja. Kau baik-baik saja?" Suara lembut itu menyapa runguku.

"Iya, tidak apa-apa." Aku sungguh terkejut saat mendapati Yobin membantuku berdiri.

"Sekali lagi, aku minta maaf, emm--" Yobin mencuri pandang pada tanda pengenal di atas saku kananku. "Ah! Nami. Sepertinya kita baru pertama kali bertemu, benar? Tapi, aku sungguh tak asing denganmu." ujarnya begitu ramah.

Proposi tubuh yang sempurna, kulit putih yang terawat, rambut hitam yang indah, wajah alami yang teramat cantik, dan memiliki suara yang begitu halus. Rasanya aku kalah telak dari Yobin. Tinggiku bahkan hanya sebatas dagu Sehun, sedangkan Yobin, dia bahkan lebih tinggi dariku.

"Aku, Kim Yobin."

"Ya?" Sungguh aku lupa sampai mana pembicaraan tadi.

Yobin memasang wajah khawatir. "Aku benar-benar minta maaf, kau tampaknya tidak baik-baik saja."

"Aku sungguh baik-baik saja," jawabku lengkap dengan gestur.

"Aku, Kim Yobin," beritahunya sekali lagi.

Aku balas menjabat tangannya. "Aku, Boo Nami. Senang sekali bisa berkenalan denganmu secara langsung."

"Kau berlebihan." Kami sama-sama menguar tawa layaknya teman yang sudah lama tidak bertemu.

Bagai roll film yang berputar. Entah sudah berapa lama kami berkenalan. Yang pasti, saat kami bertemu pasti akan saling menegur satu sama lain. Dan seringnya karena kebutulan. "Sedang mencari seseorang?" tanyaku pada Yobin yang terlihat seperti mencari seseorang di kelasku yang sepi. "Mungkin orang yang kau cari sedang ke kantin." Mengingat ini jam istirahat.

"Sayang sekali. Padahal aku ingin memberikan bekal ini padanya."

"Siapa?" Bodoh. Aku merutuk pada pertanyaanku yang sudah jelas jawabannya.

"Sedang apa kau di sini?" Itu suara Sehun yang membuatku menoleh.

"Ini. Ibu memasak lebih." Adegan yang kuharapkan itu terjadi padaku. Jadi aku di sini jadi figuran?

"Terima kasih. Aku akan makan nanti." Sehun sepertinya mengerti lalu menerima bekal yang di bawa Yobin.

"Makanlah sekarang. Ini jam istirahat. Kau harus makan siang, jangan melewatkannya." Sehun mengangguk patuh dan memberi seulas senyum yang jarang terlihat termasuk padaku.

"Sampai jumpa lagi Nami." Yobin pamit begitu saja meninggalkanku yang jadi sangat canggung berhadapan dengan Sehun.

"Selamat makan Sehun."

"Makanlah." Aku benar-benar akan pergi sebelum Sehun lebih dulu menyodorkan jinjingannya- bukan dari Yobin, di hadapanku. "Anggap saja ini pengganti makananmu tadi pagi."

Pagi tadi memang buruk sekali untukku yang mengalami kejahilan dari para siswi sekelasku. Saat baru saja duduk, aku langsung dikerubungi siswi lain yang sepertinya memang sudah menungguku. "Hey, Boo. Si penguntit Oh Sehun!" ucap salah satu dari mereka.

"Ya!" Jelas aku tidak terima apalagi saat yang lain menertawaiku.

"Dengar Boo. Jangan pikir ini main-main! Aku memeringatimu untuk tidak dekat-dekat dengan Yobin. Apalagi jika kami tahu kau menghasutnya untuk menjauhi Oh Sehun. Kau itu tidak ada apa-apanya dengan Yobin. Jadi kau harus sadar itu!"

Semenjak aku bertukar sapa dengan Yobin di manapun, semenjak itu pula banyak orang yang tahu, dan tak merelakan hal itu terjadi. Kata mereka, aku bisa saja berbuat jahat dan mencelakai Yobin, si Anak emas. Sebenarnya aku sangat lelah dengan presepsi mereka tentangku yang begitu buruk. Sepertinya hanya Jung Yein yang mengerti dan mau menjadi temanku ketika yang lain menjauh.

Tiba-tiba semua isi tasku keluar berhamburan. Aku tersentak mendapati mereka yang sedang mengorek-ngorek tasku lebih dalam. Sungguh keterlaluan! Aku menggeram tak terima karena bekal yang jarang sekali Ibu siapkan itu ikut tumpah sampai mengotori lantai.

Dan aku tersentuh mengetahui Sehun memerhatikannya tadi pagi, meski tak menolongku.



🔜

Me after You - [Sehun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang