Dulu saat kakak mengenalkan Baekhyun sebagai pacarnya, aku sedikit ragu karena itu pertama kalinya kakak menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria. Namun, lambat laun aku yang mengenal Baekhyun pun mulai menerimanya begitu pula keluargaku.
Naas, saat mereka baru merayakan hari jadi yang ke-4, Baekhyun harus rela ditinggalkan kakakku untuk selamanya di tahun kemarin. Kesedihan yang mendalam dialami Baekhyun hingga berbulan-bulan, atau mungkin sampai detik ini karena pancaran sendu masih terpancar dari retinanya setiap kali melihatku yang mungkin mengingatkannya pada mendiang Boo Yuna.
"Berhenti menatapku, Kak. Ishh, aku tidak ingin merona," sergahku dengan tampang menyibir.
Baekhyun tertawa lalu menyuap kembali es kacang merah di mangkuknya. "Masih mengejar Oh Sehun?"
Karena telah terlalu nyaman aku bahkan menceritakan apapun pada Baekhyun setiap malam. "Aku tidak tahu kapan akan berhenti," jawabku.
"Kau harus berhenti. Katamu dia sudah memiliki kekasih?"
Sekakmat.
Tepatnya saat itu di perpustakaan, aku yang sedang rajin berinisiatif mencari buku referensi untuk tugas ilmiahku tak sengaja mendapati Sehun di lorong buku sejarah yang sepi dari kunjungan murid. Dengan langkah pelan aku mendekatinya dan ingin membuatnya terkejut. Jarak kami terhalang satu rak buku yang membatasi, aku tidak tahu bahwa ternyata Sehun sedang menelepon entah dengan siapa. Aku pun menunggunya tanpa berniat menguping pembicaraanya.
'Kapan kau kembali ke sekolah, Yobin?'
Entah mengapa aku jadi tertarik menguping saat Sehun menyebut nama tersebut. Yobin? Yang kutahu nama itu hanya ada satu pemilik di sekolah ini dan dia, Kim Yobin. Atlet renang kebanggaan sekolahku. Gadis itu jarang sekali masuk karena sering mengikuti turnamen yang kudengar. Aku tidak pernah sekelas dengannya dan bertegur sapa pun tidak sama sekali. Wajahnya selalu terpampang di majalah sekolah beserta prestasi yang di raihnya. Aku bahkan berkeinginan untuk bertemu dan mengajaknya berkenalan. Jadi Sehun dekat dengannya?
'Aku belajar dengan baik. Dan aku selalu menunggumu.'
Sangat dekat sepertinya. Tiba-tiba aku mencengkram buku referensiku dengan kuat. Aku sangat berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun.
'Minggu? Tentu saja bisa. Aku akan menjemputmu.'
Bahkan saat aku mengajaknya keluar di hari libur, Sehun selalu menolakku dengan alasan akan mengikuti les tambahan. Namun, mengapa Yobin begitu mudah? Aku iri hingga membuat buku yang kupegang terjatuh. Dengan segera aku mengambilnya, tapi sepatu seseorang mengalihkanku.
"Kau ini ceroboh sekali."
Aku mendongak dan wujud Sehun begitu mengintimidasiku. Lantas aku mencoba tertawa senatural mungkin. "Kebetulan sekali. Apa kau juga sedang mencari buku?"
"Ya." Sehun menjawab tanpa raut ragu.
Saat aku berdiri tetap saja aku harus mendongak. "Kalau begitu kita bersama saja mencarinya."
"Apa yang kau cari buku sejarah?"
"Tidak," pungkasku.
"Lalu mengapa mencarinya hingga kemari? Aku sedang mencari buku sejarah."
"Aaaa..." Tolong, aku kehilangan kata-kata.
Sehun melirik buku yang kupegang, spontan aku menaruhnya di belakang punggungku. "Mungkin aku salah lorong. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai bertemu di kelas, sayang." Aku pura-pura cekikikan padahal dalam hati aku merasa gundah.
Jadi yang dikatakan para penggosip tentang Oh Sehun yang memiliki kekasih itu benar?
•
•
•
•🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Me after You - [Sehun]
FanfictionSetelah melihat rupaku sendiri di cermin, aku merasa jika diriku ini tidak terlalu buruk untuk seorang Oh Sehun. Jadi bolehkah aku berharap dia mau menemaniku? •Me after You• Art & Story by ketsputih