MEREKA menonjokmu dengan bermeter-meter pasal pencecar dan berliter-liter ludah pencerca. ragamu memar darah. jiwamu ambyar zarah. kamu mengabu.
dan di penghabisan lolong serigala malam itu, kamu menangis dan mengais dan mengiris pergelangan nadi dengan tajam pisau harfiah.
pada mesin pengolah kata yang berdenyar siaga di sampingmu, senoktah kursor mengerling percaya. []
KAMU SEDANG MEMBACA
kamu bergantung kepada keyboard dari siksaan bully yang terburuk
Poetry[Puisi Panjang] MEREKA bilang ini dan itu dan seterusnya: kesedihanmu rebah, erupsi di haribaan gravitasi. jadilah hujan air mata, musim terpanjang di belahan bumimu. akan tetapi, pernahkah kamu berpikir, kelak, banjir air matamu itu menjelma benca...