19.Dunia Baru

258 21 2
                                    


Aku hanya ingin berucap. Namun tak ingin mendengar. Aku ingin terseyum namun tak ingin terlihat. Aku ingin kamu, tapi tak bisa.

.
.
.
.

Setelah kejadian dimana Rimi menemukan Tya menangis, hubungan Tya dengan Rimi semakin dekat. Malah.. Bisa dibilang sangat dekat.

Sekarang, Tya sudah tak lagi murung. Sudah mulai berkomunikasi dengan teman sekelasnya yang lain.

Jadi, saat Rimi mendapatinya sedang menangis, Tya menceritakan segalanya pada Rimi. Rimi tidak buruk. Dia pendengar yang cukup baik. Tya merasa nyaman dengan Rimi.

Tya sadar. Bahwa sebenarnya Bisma sudah mendapatkan pengganti. Yang seharusnya Tya lakukan bukanlah larut dalam masalah. Tapi, harus bisa bangkit menjadi seorang Tya yang baru.

" Ty! Nuju naon? " (Lagi apa?) tanya Rimi yang duduk di depan bangku Tya.

Tya tersenyum. " Ini we lagi baca materi Matematika yang kemarin"

Rimi membulatkan mulutnya sambil mengangguk. " Tya.. Gue tuh mau bilang sesuatu deh.."

Tya memalingkan wajahnya ke arah Rimi.
"What?"

Rimi menghembuskan nafasnya kasar. Lalu menatap Tya intens. "Tapi... Jangan marah ya? Atau kepikiran gimanaa gitu?"

Tya semakin penasaran. Lalu dia mengangguk

"Bisma itu.. Anak tante gue"

Nafas Tya tercekat. WTH? Kenapa harus sesempit ini?

"Kok bisa gitu?" Tanya Tya tak percaya.

Rimi mengangguk. "Hem.. Nyokap gue punya adik. Dan adiknya itu.. Indungna si Bisma.(Ibunya si Bisma) Gue ajj baru inget tadi malem. Pas nyokap gue bilang kalau dia mau ngirim parcel ke rumah dia"

Tya mengangguk. Dia masih tak sadar dan tak percaya dunia dia bisa sesempit ini.

"Ehh.. Udahlah gak usah dipikirin. Jajan yuk! Bu Tania gak datang kok! Lagi rapat!" Ajak Rimi untuk mengalihkan pikiran Tya.

"Oke deh"

Rimi menarik tangan Tya keluar kelas. Itu yang membuat anak-anak dikelasnya meneriaki mereka.

.
.
.
.
.

"Nih.." Ucap Bisma pada Icha sambil menyodorkan sebotol air mineral.

Icha mengambil alih botol tersebut dan langsung membuka tutupnya untuk diminum.

"Cha... Lo gak Ekskul kan hari ini?" tanya Bisma.

"Enggak ada kok" jawab Icha sambil melihat ke arah Bisma.

"Gak apa-apa sih. Gue, pulang sekolah ada latihan futsal. Jadi lo pulang sendiri gak apa-apa kan?" tanya Bisma sambil menatap mata Icha.

Icha mengangguk. Dia mengerti, akhir-akhir ini Bisma selalu dibawa persiapan dalam perlombaan oleh guru-guru. Kemarin saja, Icha pulang sendiri karena Bisma disuruh ikut seleksi persiapan Olimpiade Matematika.

Dari kejauhan ada suara tawa yang nyaring. Yang Bisma masih harapkan bahwa dirinya masih bisa membuat tawa itu. Membuat dirinya ada di sisi seseorang yang sedang tertawa itu.

Bahasa Inggris Vs MatematikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang