22. So What?

339 14 3
                                    


"Tya...", lirih Rimi.

Tya sontak tersadar bahwa dirinya tak boleh berada di posisi saat ini. Dadanya naik turun. Napasnya tak beraturan. Dia merasa malu, kagum, dan sedikit... Senang. Entahlah. Mungkin, dia sedang jatuh cinta lagi. Upss.

Rimi mengangkat badannya berdiri dan berjalan ke arah tembok pagar. Dia menatap langit sambil menghembuskan nafas. Dia ingin mengatakan hal penting.

"Kalau lo mau lupain Bisma, apa yang bakalan lo lakuin buat bisa mewujudkan itu?", tanya Rimi pada Tya yang sekaranh terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

"Gu-gue...", Tya bingung harus menjawab apa. Dia tak tahu juga akan melakukan apa setelah membuat keinginan. Aneh. Punya harapan yang ingin terwujudkan, tapi tak tahu sarananya.

Rimi berbalik ke arah Tya yang masih duduk. Dengan sekali buangan napas, dia bicara dengan lembut.

"Boleh gue coba isi hati lo?", katanya.

**

"Gue pulang dulu, ya.. Take care, geulis.", kata Rimi serasa menaiki angkot tujuan ke rumahnya. Tya mengangguk dan segera kembali ke rumahnya. Sore itu, Tya diantar pulang oleh Rimi dengan angkot. Kata Rimi, naik angkot lebih enak buat pasangan yang mau mulai cerita baru dibandingkan harus naik motor yang udah terlalu monoton.

Jadi, Tya merasa alasan Rimi untuk mengisi hatinya adalah Rimi memang suka padanya. Isn't it? Tya kemudian menjawab bahwa dirinya memang butuh seseorang tuk jadi pengganti Bisma. Dan itu dia lakukan pada Rimi. Entahlah kisahnya akan seperti apa. Entah endingnya akan sama atau tidak, yang penting Tya ingin lupa.

Tya tersenyum mengingat kembali perkataan Rimi. Dia kemudian menambah kecepatan berjalannya agar bisa sampai rumah dengan cepat.

"Assalamu'alaikum.. Tya pulangg!", sahut Tya sesampainya di rumah. Tak ada yang menjawab. Apakah tak ada manusia pun di rumah itu?

Tya berjalan ke arah dapur. Tak ada siapa-siapa di sana. Tya merasa ini adalah ide yang tepat untuk membuatnya tenang. Tak ada siapa pun, tak ada pula yang bisa mengganggu dia untuk dengarkan musik sekeras-kerasnya untuk menghilangkan penat di kepalanya.

Tya mengganti pakaian seragamnya dengan baju tidur. Tya pikir, sore hari tak akan lama akan berganti menjadi malam. Jadi, dia langsung saja memakai baju tidur. Dia memastikan di rumahnya memang tak ada siapa-siapa. Dia menyalakan lagu-lagu kesukaannya. Mulai dari lagu sedih, bahagia, sampai rock dia putar dengan volume yang keras. Dia menghilangkan pikiran, sakit, serta lelah di tubuhnya di dalam kerasnya suara musik-musik itu.

Hp-nya mengeluarkan suara notifikasi. Tya penasaran dengan pemberitahuan itu. Ia menyalakan kembali hpnya dengan musik yang masih menyala. Ternyata dari Rimi. Tya tersenyum membaca pesan masuk dari laki-laki yang baru saja menyampaikan perasaanya kepada Tya. Rimi mengirimkan pesan teks berupa penjelasan tentang "Hubungan setelah Patah Hati". Tya membacanya dari awal sampai beres. Lalu dia tersadar. Dia menatap layar ponselnya dengan kosong. Namun, pikirannya yang sedang bekerja. Di antara musik yang sedang diputar dengan volume keras, dia berkata, "Apa gue bakalan jadiin Rimi pelampiasan dengan memulai kisah ini?".

***

Paginya, Tya berangkat ke sekolah dijemput oleh Rimi. Tya asalnya menolak. Tapi kata Rimi, gak baik kalau nolak tawaran gebetan barunya. Tya terpaksa menerima tawaran Rimi. Yang Tya takutkan adalah dia malah lupa akan perasaan dan pikiran pelampiasannya terhadap Rimi. Semalam, dia pikirkan baik-baik. Apakah dia akan memulai? Atau berhenti?

Tya hanya diam selama di perjalanan ke sekolah. Rimi juga tak berani membuka suara. Rimi mengerti, mungkin suasana hati Tya tidak baik karena paksaan dirinya.

Sesampainya di parkiran sekolah, Tya langsung meninggalkan Rimi. Rimi heran kenapa Tya bersikap aneh pagi ini. Rimi berusaha mengejar Tya. Tya beberapa kali disapa oleh teman-temannya. Tapi, dia tetap berjalan dan menghiraukan mereka. Dia takut akan tertangkap oleh Rimi.

Rimi terus berlari mengejar Tya. Sampai pada akhirnya dia menarik tangan Tya di tengah lapangan.

"Mi.. Lepasin! Apaan, sih?!", tanyanya galak.

"Lo yang apaan? Aneh banget lo pagi ini.", jawab Rimi. Mereka berada di tengah lapangan. Hal ini membuat seluruh warga sekolah menonton drakor di pagi hari secara gratis.

"Apaan sih, lo?! Gue gak apa-apa juga.", jawab Tya.

"Dasar cewek!", kata Rimi. Tya menatap ke arah Rimi dengan mata melotot.

"Apa?! Belum kenal cewek ribet kayak gue?", tanya Tya lebih galak. Rimi tertawa dan mengusap kepala Tya degan lembut. Tya terdiam. Lalu kembali ia mengingat ketakutannya semalam.

"Udah ah. Gue duluan!", kata Tya masih dengan nada galak. Rimi menahan Tya.

"Lo kenapa? Gak mau ya mulai kisah sama gue?", tebak Rimi. Tya terdiam. Dia tak punya jalan lain. Dia harus ungkapkan kerisauannya.

"If I start everything, can I forget the old one? Without giving you an outlet? Gue takut lo dijadiin gue pelampiasan dong, Mi.", katanya.

Rimi terdiam. Lalu, "Apa alasannya lo jadiin gue pelampiasan?". Kini Tya yang terdiam. "I'm afraid I can't forget him.", jawabnya. Rimi kembali terdiam. "Gue bakalan jadi dia buat lo. Dengan nama baru.. Alkarimi... Lo bisa panggil gue Rimi. Bukan Bisma. Tapi, gue bisa jadiin lo Tya yang pernah Bisma lakuin."

Tya terdiam. Kepalanya kembali diusap oleh Rimi. Bahkan, Rimi langsung memeluk Tya. Hal itu membuat semuanya yang sedang menonton heboh.

Kira-kira seperti ini katanya:

"Hadeuhh. Isuk-isuk, euy!"

"Anjir, aku mau dong, kakak."

"Ahhh... Suami aku direbut orang!"

"Ya Allah.. Persatukanlah mereka.. Aamiin."

"Rimi... Selingkuh terus kamu!!"

"Tya... Aingg sakit hatii!"

"Kepada seluruh siswa-siswi dipersilahkan untuk memasuki ruang kelasnya masing-masing!"

Sorry-sorry. Yang terakhir suara ibu TU.


~~

Vote
Komentar
Kritik
Saran

Next...





Ty.

.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bahasa Inggris Vs MatematikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang