Without Words [3]

627 71 66
                                    

Preview Story:

Setelahnya jantungnya langsung berdegup. Berdegup kencang ketika Jonatan menerjang tubuhnya. Membuatnya terlentang. Jonatan mencengkeram kedua lengan Anthony hingga sejajar dengan kepalanya. Kembali ia melumatnya kasar. Anthony benar-benar tidak bisa bergerak sekarang. Ia kembali mengingat kejadian malam itu. Dan diluar dugaannya, itu akan terulang kembali. Malam ini. Di kamar mandi. Di mana tubuh telanjangnya menyentuh dinginnya lantai. Menyatu dengan tubuh adik iparnya sendiri. Membuatnya kembali merintih ketika junior Jonatan merobek paksa tubuhnya.
.
.
.
[Chapter 3- Without Words]

Sudah 3 minggu Fajar pergi. Sudah 3 minggu pula Anthony menderita. Disiksa, diperbudak, dan dilecehkan setiap malamnya. Ia hanya bisa berharap Fajar cepat pulang agar semua penderitaannya juga sedikit berkurang. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi adik iparnya itu. Semakin ia melawan, semakin Jonatan mengasarinya. Pernah suatu hari ketika Jonatan mencoba memperkosanya, dan ia melawan. Ia menendang kemaluan Jonatan hingga Jonatan mengumpat kesakitan dan langsung menarik Anthony yang berusaha kabur. Membantingnya kasar di kasur dan mengikat tangan kakinya layaknya binatang. Sambil menyiksanya berkali-kali dan memperkosanya hingga esok hari. Tidak peduli Anthony yang sudah pingsan berkali-kali. Sejak saat itulah Anthony memilih untuk tidak melawan lagi.

🌺🌺🌺

Sore itu terlihat Anthony sedang mengepel lantai. Jonatan sedang duduk di sofa sambil menyalakan televisi. Tidak peduli sedikit pun pada Anthony yang sedang sakit. Lihat saja wajahnya yang pucat itu.

Jonatan sengaja tidak memanggil pembantu karena ingin menghukum Anthony yang keras kepala karena tidak mau menceraikan kakaknya. Ia tidak tahu lagi bagaimana agar Anthony mau menceraikan kakaknya. Ia sudah menyiksanya agar ia jera, tapi percuma.

Triiiiing~

Triiiiing~

Triiiiiing~

"Heh! Bisu! Angkat telepon sana!"

Anthony mengernyit. Bagaimana ia bisa menjawab teleponnya nanti?

"Cepat bodoh! Angkat lalu kau tutup kembali! Seperti itu saja tidak tahu! Merepotkan sekali memang kalau punya orang bisu sepertimu!"

Anthony pun melangkah. Tidak dihiraukannya Jonatan yang terus menghinanya.

"Halo?"

DEG

'Ini suara suamiku!' batinnya bersorak. Mendengar suaranya saja ia sudah senang sekali. Ia begitu merindukan sosoknya. Ingin mendekapnya, menceritakan semuanya, atau sekedar melihat wajahnya.

"Halo? Sayang? Apakah itu kau?"

"Hmm." Jawabnya seadanya.

"Aaaah! Aku merindukanmu! Sangat! Kau baik-baik saja kan di rumah?"

Tanpa sadar, matanya memanas. Ingin menangis.

"Sayang?"

"Eehh.. hmm."

"Syukurlah kau baik-baik saja."

'Tidak sayang, aku tidak baik-baik saja! Aku takut! Tolong aku!' batinnya menjerit.

"Oh iya, Besok aku pulang."

DEG

"Eeeh?"

"Iya, aku akan pulang. Proyeknya sukses dan aku merindukan kalian. Kau senang kan?"

Air matanya tumpah seketika. Ia gigit bibirnya agar isakannya tidak terdengar oleh Fajar. Ini semua seperti mimpi.

"Sayang?"

Story about Anthony 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang