04. End of The Night

18.9K 2.3K 339
                                    

"Let us be grateful to the people who make us happy; they are the charming gardeners who make our souls blossom."Marcel Proust

"– Marcel Proust

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar Delvita...." Resaka tersenyum simpul memikirkan Delvita yang begitu kejam tidak ingat dengan kewajiban memberi makan peliharaannya.

Setelah menutup panggilan dari Delvita, ia langsung mandi. Tubuhnya memang sudah sangat lelah, pegal dari leher sampai pergelangan kaki, rasanya ingin langsung tidur. Tapi bukan Resaka namanya kalau sejorok itu, dia tidak pernah tidak mandi dua kali sehari, bahkan kalau bisa mandi lebih dari dua kali pasti dilakukan sesuai kebutuhan.

Selesai mandi, Resaka langsung rebahan, tubuhnya lelah, tetapi isi kepalanya terlalu banyak. Memikirkan presentasi besok, memikirkan Delvita yang keras kepala, dan memikirkan kenapa ia sulit tertidur padahal sudah hampir jam sebelas.

Tidak ingin memaksakan diri, Resaka pun berinisiatif cari angin, mungkin setelah itu ia akan mengantuk. Saat keluar kamar, ia tidak menyangka ada perempuan yang juga baru saja keluar dari kamar. Mereka saling berpandangan masih dengan memegang kenop pintu hendak menutupnya dari luar.

Thalia tersenyum canggung. "Kak Resaka juga belum bisa tidur?" terkanya.

Resaka mengangguk dan keduanya berakhir jalan berdua di sekitaran hotel. Mereka bisa menyaksikan kehidupan malam di mana masih ada beberapa tenda kecil mengeluarkan cahaya atau pedagang makanan keliling yang masih ngider.

"Mau ke angkringan situ?" ajak Resaka memecah keheningan setelah sekian lama mereka hanya jalan tanpa saling ngobrol.

Resaka dan Thalia pun melangkah menuju angkringan terdekat di mana ada satu pelanggan yang sedang makan gorengan sambil minum teh.

"Susu jahenya dua, Pak." Resaka memesan. Thalia agak terkejut karena ternyata Resaka minum banyak sekali. "Lo mau kan susu jahe?" tanya Resaka yang notabene membeli dua untuk diberikan salah satunya pada Thalia. Thalia tidak menolak karena kebetulan malam ini dingin dan ia hanya pakai baju tidur. Susu jahe pasti akan menghangatkannya.

"Dari mana Mas?" tanya bapak angkringan itu ramah, logatnya terdeteksi beliau bukan orang Jakarta.

"Dari hotel depan." jawab Resaka singkat.

Lelaki paruh baya itu terkekeh pelan, "Maksud saya dari mana, masnya sepertinya bukan orang sini."

"Oh." ekspresi Resaka sangat datar meskipun kalau orang lain mungkin sudah tertawa karena salah memahami. Bahkan Thalia sedikit menahan senyum. "Dari Jogja. Ada lomba di sini."

"Oalah, dari Jogja. Tapi kok logatnya bukan logat Jogja ya? Bukan asli sana ya, Mas? Saya asli Jogja soalnya, tinggal di sini ikut anak saya. Sudah dua tahun."

Resaka mangut-mangut, ia bisa mengenali logat bapak angkringan ini dan tidak meragukan beliau berasal dari kota pelajar itu juga. "Anak rantau. Saya aslinya Riau."

RESAKA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang