Sudah satu minggu semenjak kepulangan Yoongi dari rumah sakit semuanya berjalan seperti biasa. Tapi ada kejanggalan yang membuat nya heran, adalah sikap ayahnya pada Jimin yang sepertinya sudah sedikit luluh. Tidak ada lagi kekerasan, tidak ada lagi hinaan dan hal lain yang tidak menyenangkan.
*
*
*" benarkah ? " suara semangat Jimin terdengar di sebuah taman, ia sedang bersama keempat pemuda lainnya, Taehyung, Namjoon, Seokjin dan Yoongi mereka mulai akrab sekarang.
" iya , dan kata appa besok akan mulai operasinya " Taehyung bercerita dengan semangat, ia senang karena sudah ada pendonor mata untuknya.
" kalian harus datang saat aku bisa melihat ya " pinta Taehyung kepada Jimin dan Yoongi agar datang menjenguknya.
" iya, kami pasti datang. Ya kan Jimin ? " tanya Yoongi pada adiknya, Jin tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.
Tentu saja aku harus datang
*********
" belum tidur ? " suara Yoongi mengalihkan perhatian Jimin yang sedang sendirian di depan rumahnya menatap bintang - bintang di langit malam. Jimin menggeleng matanya membentuk bulan sabit karena tersenyum.
" hyung juga belum tidur ? " tanya Jimin pada Yoongi yang sudah duduk disampingnya.
" apa aku bisa tidur tanpamu ? " tanya Yoongi, Jimin menggeleng sebagai jawaban.
Memang benar Yoongi tidak bisa tidur jika Jimin tidak disampingnya, itu sudah kebiasaannya sejak kecil.
" malam ini tidak banyak bintang ya " Jimin memecah keheningan antara mereka.
" hyung tau kemana perginya ? " sambung pemuda itu, Yoongi menoleh ke arah adiknya senyumnya terukir dan tangannya mengelus lembut rambut sang adik
" tau " jawab Yoongi.
" dimana ? " tanya Jimin penasaran.
" ada dua bintang disini " ucap Yoongi menunjuk mata Jimin.
" hyung aku serius " ucap Jimin sambil mengerucutkan bibirnya lucu, Yoongi mencubit pelan bibir Jimin gemas.
" aku serius, matamu indah seperti bintang. Bahkan mungkin lebih indah dari bintang " ucap Yoongi, entah kenapa ingin sekali Jimin mengatakan kalau bintang itu akan menghilang, berpindah pada orang lain.
" hyung aku mau mengatakan sesuatu " Jimin mengumpulkan keberanian nya untuk mengatakan yang akan terjadi besok kepada hyung nya.
" iya, katakan saja " ucap Yoongi menoleh pada Jimin, pemuda itu menggigit bibir bawahnya saat melihat wajah manis Yoongi yang menatapnya dengan senyuman.
" tidak jadi " Yoongi menaikkan sebelah alisnya bingung dengan tingkah adiknya.
" hyung aku mengantuk " rengek Jimin.
" baiklah ayo tidur sekarang " ajak Yoongi, kakak beradik itu pun beranjak dan pergi ke kamar untuk tidur.
20 menit semenjak Yoongi tertidur tapi Jimin masih belum tidur, yang ia lakukan selama itu adalah hanya menatap wajah hyung nya, sesekali airmatanya menetes membayangkan ia harus kehilangan momen ini selamanya.
Tidak bisa melihat senyum hyungnya, melhat wajah dingin hyung nya itulah yang akan sangat Jimin rindukan.
Perhatian Jimin beralih pada pintu kamar yang perlahan terbuka, memunculkan wajah sang ayah yang melambaikan tangannya memanggil Jimin, ia bangun dan menghampiri ayahnya.
" aku yakin kau pasti sudah tau kapan operasi akan dilakukan " Jihoon mulai membuka percakapan mereka, Jimin mengangguk pelan sebagai jawaban
.
" aku harap kau tidak membuatku malu dengan menolak operasi secara tiba tiba " sambungnya dengan menatap Jimin tajam." ini sudah menjadi keputusanku, appa tidak perlu khawatir. Yang selama ini appa inginkan akan terjadi besok. Jadi appa bisa berpesta merayakannya malam ini " ujar Jimin dengan nada dingin, mata sipitnya menatap Jihoon denga tajam.
Tatapan ketakutan yang selama ini ia tunjukkan pada ayahnya sudah hilang dan berganti dengan tatapan dingin dan tajam.
" jaga kata kata mu " Jihoon sedikit meninggikan suaranya.
" aku mau tidur " ucap Jimin lalu pergi kembali ke kamarnya. Ia berbaring di samping Yoongi dengan posisi membelakangi nya. Bahunya naik turun karena menangis, menangis dalam diam ia tak ingin hyungnya bangun karena mendengar tangisannya.
*
*
*" Jimin ayo " panggilan Jihoon mengalihkan perhatian Jimin dan Yoongi yang sedang sarapan bersama.
" kemana ? " tanya Yoongi masih mengunyah sarapannya.
" kami ada urusan, Yoongi hari ini kau pergi ke tempat les sendiri ya " ucap Jihoon, Yoongi hanya melirik sebentar pada ayahnya lalu beralih pada Jimin yang sedang bersiap.
" tidak apa hyung, aku akan pergi bersama ayah " ucap Jimin dengan tersenyum pada Yoongi.
" baiklah, kapan kalian kembali ? " tanya Yoongi, Jimin terlihat berpikir ia bertatapan dengan Jihoon.
" tenanglah Yoongi, ayah kan juga mau menghabiskan waktu bersama Jimin, jadi tidak apa kan ? " ucap Jihoon meyakinkan. Yoongi sedikit ragu tidak biasanya Jihoon seperti itu, perhatian Yoongi teralih pada tangan Jimin yang menggenggam tangannya.
" hyung, aku akan baik baik saja " ucap Jimin sambil tersenyum, memunculkan mata bulan sabitnya, Yoongi tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban.
Jimin berdiri lalu berjalan bersandingan dengan ayahnya, sebelum benar benar pergi ia menoleh pada Yoongi yang juga menatapnya dengan senyuman, Jimin membalas senyuman itu. Senyuman terakhir yang ia lihat,
Terima kasih untuk senyum mu hari ini hyung.
*
*
*" ah kalian sudah datang " dokter Kim menyambut Jimin dan Jihoon yang baru datang ke rumah sakit, mereka saling membungkuk memberi hormat satu sama lain.
" semuanya sudah siap, kita bisa mulai sekarang " ucap dokter Kim.
" bisakah aku berbicara sebentar pada Jimin ? " pinta Jihoon.
" tentu saja, aku akan menunggu di ruang operasi ya " ucap dokter Kim menyetujui, lalu pergi meninggalkan Jimin dan Jihoon.
" dengar Jimin, kau melakukan ini untuk Yoongi. Kau bilang kau menyayangi Yoongi kan ? jadi jangan pikir kau melakukan ini untukku. Aku melakukan ini semua demi kelangsungan hidup Yoongi. Mengerti " jelas Jihoon tanpa rasa iba.
" appa tenang saja, aku tahu untuk siapa aku melakukan ini dan untuk siapa juga hasilnya. Jadi appa tidak perlu khawatir. Yang harus appa khawatirkan sekarang adalah bagaimana caranya menghadapi Yoongi hyung saat di tahu apa yang terjadi padaku " jawab Jimin datar.
" apa yang harus ku khawatirkan ? Yoongi putraku dia tidak akan melawanku " ucap Jihoon dengan smirk diwajahnya.
Jimin hanya mengangguk tidak berniat menanggapi " bisakah aku pergi sekarang ? " pamit Jimin,
" pergilah dan nikmati kegelapanmu sebentar lagi " ucap Jihoon, Jimin pergi meninggalkan Jihoon dengan seringai jahatnya.
Kedua kaki Jimin melangkah masuk ke dalam ruang operasi yang tampak dingin, disinilah tempat matanya akan di pindahkan. Tepukan di pundak membuyarkan lamunan nya, seorang dokter muda tersenyum padanya,
" kau yakin ? " tanya dokter tampan itu, Jimin mengangguk pelan. Dokter itu tersenyum kembali lalu menuntunnya untuk berbaring di ranjang pasien, dimana disampingnya sudah ada Kim Taehyung yang sudah tertidur efek obat bius.
Jimin menatap taehyung, sebelum akhirnya ia pun terlelap karena obat bius sudah masuk dalam tubuhnya.
*
*
*Di tempat les, tangan lentik Yoongi sedang memainkan piano coklat sendirian. Suara piano yang merdu menggema diseluruh ruangan, jika biasanya suara Jimin yang terdengar mengiringi kali ini hanya lantunan piano milik Yoongi yang terdengar.
Yoongi menghentikan permainan pianonya, sesekali ia menghela nafas. Entah kenapa hatinya sedikit tidak tenang hari ini, seperti ada yang mengganjal.
Ada apa dengan ku ? kau baik baik saja kan Jim ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Eyes : Daegu Version
Fanfiction[COMPLETE] "kenapa kau memberikan sesuatu yang penting pada orang lain demi aku?" "masa depan hyung lebih penting dari apa pun" "kehilangan matamu berarti kau harus kehilangan hidupmu" "aku tidak kehilangan hidupku. hyung, kau adalah hidupku kau ju...