Dua bulan sudah Jimin pergi meninggalkan Yoongi, setiap hari Yoongi selalu meluangkan waktunya untuk pergi ke makam adiknya.
" Yoongi ? Benarkan ? " panggilan seseorang membuat Yoongi yang sedang berjongkok di samping makan Jimin menoleh, seorang pemuda yang tidak asing baginya, Kim Seokjin mendekat kearahnya.
" kau sedang mengunjungi siapa ? " tanya Seokjin.
" Jimin " jawab Yoongi singkat, pemuda jangkung itu sedikit bingung.
" maksudnya ? "
" aku mengunjungi Jimin, dia sudah pergi, hyung. Dia pergi meninggalkan kita " Yoongi mulai menangis, mata bulat Seokjin menatap makam di depannya memang benar ada nama Min Jimin disana, tapi benarkah Jimin sudah tiada ?
" aku turut berduka, tapi aku penasaran kenapa tiba-tiba, perasaan satu bulan yang lalu aku melihat nya bersama ayahmu " ungkap seokjin dengan nada sedih.
"Dia mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang" jawab Yoongi matanya masih menatap makam sang adik.
" sabarlah, semua yang ada di dunia pasti akan tiada. Tidak ada gunanya sedih berlama-lama itu juga tidak akan membuat Jimin kembali " Seokjin kasihan melihat tubuh Yoongi yang mengurus, matanya juga sembab artinya selama satu bulan ini dia tidak mengurus dirinya sendiri.
Yoongi hanya mengangguk lemah " kau pasti belum sarapan, kan ? " tanya Seokjin, pemuda di sampingnya hanya menggeleng.
" ayo kita makan akan ku traktir "ajak Seokjin menggantungkan lengannya di pundak pemuda yang sudah menjadi sahabatnya itu.
***
" ini bayaran kalian, pekerjaan kalian bagus sekali " puji seorang pria paruh baya sembari menyodorkan sebuah amplop yang cukup tebal pada beberapa orang.
" terima kasih,tuan " jawabnya lalu pergi setelah membungkuk sopan.
" ini menyenangkan " pria paruh baya itu tersenyum miring saat melihat banyak sekali uang yang ada koper hitam di depannya.
" tuan Jihoon, terima kasih " dokter Kim datang mendekati pria paruh baya itu.
" tidak, akulah yang terima kasih. Bukaknkah ini terlalu banyak ? " tanyanya.
" tidak, itu setara dengan pengorbanan putramu jadi, tidak perlu sungkan " dokter Kim tersenyum,
sedangkan Jihoon cuma tersenyum. " baiklah, saya pergi dulu " pamit dokter muda itu, Jihoon mengangguk.
" ayo kita berpesta "
****
" bagaimana keadaan taehyung ? " tanya Yoongi pada Seokjin yang sedang asik memakan ramen, " operasinya sudah berjalan lancar, mungkinsore ini dia sudah mulai bisa melihat karena perbannya sudah bisa dibuka " jawab Seokjin.
" datanglah besok, meskipun tidak bersama Jimin setidaknya kau bisa membuatnya senang dengan kau berkumpul bersama kami " sambung Seokjin.
" tentu saja aku akan datang " jawab Yoongi tanpa semangat.
Seokjin semakin iba pada pemuda dihadapannya, tangannya terulur menggenggam tangan Yoongi
" kau masih punya kami, Yoongi-ya. Jadi jangan merasa kesepian datanglah pada ku kapanpun kau mau " Seokjin tersenyum menenangkan Yoongi.
" terima kasih, hyung " jawab Yoongi.
" ah... Aku kekenyangan " keluh Seokjin sambil mengusap perutnya yang datar, Yoongi hanya tersenyum melihat pemuda disampingnya.
" Ayah " gumam Yoongi saat melihat ayahnya terlihat senang sambil membawa sebuah koper hitam di tangannya.
" hyung aku duluan, ya. Kau akan kemana ? " tanya Yoongi.
" hmm... Aku akan ke rumah sakit dulu " jawab Seokjin, Yoongi mengangguk lalu pergi setelah melambaikan tangannya pada Seokjin.
" semoga kau kuat Yoongi " gumam Seokjin lalu pergi menuju rumah sakit.
" apa yang ayah bawa " suara dingin Yoongi mengalihkan perhatian Jihoon dari koper hitam itu,
" oh ! Kemarilah lihat ini " dengan semangat Jihoon menarik tang Yoongi agar mendekat, perlahan ia membuka koper hitam yang dibawanya, mata sipit Yoongi melebar saat melihat tumpukan uang yang tertata rapi di dalam koper itu
" darimana ayah dapat uang sebanyak ini ? " selidik Yoongi, yang ia tahu ayahnya tidak bekerja.
" dari menjual ad- , ah maksudku menjual beberapa barang yang sudah tidak terpakai " jawab Jihoon sedikit gugup.
" barang apa yang ayah jual ? Kita sudah menjual barang-barang berharga di rumah ini " Yoongi semakin curiga.
" tidak, masih ada yang berharga. Jadi ayah menjualnya " jawab Jihoon santai.
" sudahlah, karena sekarang kita punya banyak uang jadi bagaimana kalau kita makan enak hari ini ? " ajak Jihoon, " tidak, aku sudah kenyang " jawab Yoongi dingin lalu pergi ke kamarnya, meninggalkan Jihoon yang hanya menatap remeh pada nya.
****
" appa, aku ingin melihat siapa orang yang sudah mendonorkan matanya padaku " pinta taehyung semangat satu jam setelah perbannya dibuka.
" baiklah, akan kuajak dia kemari " jawab dokter Kim lalu pergi menjemput seseorang yang sudah dengan baik mendonorkan matanya pada Taehyung.
" berhentilah menatap cermin itu, kau sudah menatapnya selama satu jam Kim Teahyung " omel Namjoon.
" aku benar-benar tampan, hyung " ucapnya asal.
" aku lebih tampan " timpal Seokjin.
" aku "
" aku "
" aku "
" bisakah kalian diam, kepalaku pusing tidak ada diantara kalian yang tampan. Mengerti " ucap Namjoon memisahkan kedua saudaranya yang bertengkar hanya karena masalah sepele.
" ah iya... kau tadi kemana, hyung ? " tanya Namjoon memecah suasana.
" aku tadi ketempat nenek, danjuga aku bertemu Yoongi " jawab Seokjin.
" Yoongi hyung ? Kenapa dia di makam ? " tanya Namjoon.
" kau tidak mengajaknya kesini, hyung ? " timpal Taehyung.
Seokjin menghela nafasnya pelan, wajahnya berubah lesu " kenapa hyung ? " tanya Namjoon menyadari perubahan wajah hyungnya.
" kita tidak akan bertemu Jimin lagi " jawabnya lirih.
" Kenapa ? " tanya Taehyung khawatir.
" Jimin sudah pergi meninggalkan kita semua, dia meninggal karena mengalami kecelakaan " jelas Seokjin.
Namjoon dan Taehyung terdiam tidak tahu harus berbuat apa, mereka semua sedih atas kepergian sahabat mereka Min Jimin.
"kenapa dia pergi cepat sekali ? Padahal dia janji akan datang. Aku bahkan belum sempat melihatnya" keluh Taehyung.
" jadi besok saat Yoongi datang, pastikan kalian juga menghiburnya " pinta Seokjin.
" siap " jawab Namjoon dan Taehyung serempak.
Suara pintu terbuka mengalihkan atensi ketiga Kim bersaudara itu, menampakkan ayah mereka dan seorang pemuda dengan perban dimatanya.Jimin ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Eyes : Daegu Version
Fanfiction[COMPLETE] "kenapa kau memberikan sesuatu yang penting pada orang lain demi aku?" "masa depan hyung lebih penting dari apa pun" "kehilangan matamu berarti kau harus kehilangan hidupmu" "aku tidak kehilangan hidupku. hyung, kau adalah hidupku kau ju...