7

1.4K 144 5
                                    

Dua bulan sudah Jimin pergi meninggalkan Yoongi, setiap hari Yoongi selalu meluangkan waktunya untuk pergi ke makam adiknya.

" Yoongi ? Benarkan ? " panggilan seseorang membuat Yoongi yang sedang berjongkok di samping makan Jimin menoleh, seorang pemuda yang tidak asing baginya, Kim Seokjin mendekat kearahnya.

" kau sedang mengunjungi siapa ? " tanya Seokjin.

" Jimin " jawab Yoongi singkat, pemuda jangkung itu sedikit bingung.

" maksudnya ? "

" aku mengunjungi Jimin, dia sudah pergi, hyung. Dia pergi meninggalkan kita " Yoongi mulai menangis, mata bulat Seokjin menatap makam di depannya memang benar ada nama Min Jimin disana, tapi benarkah Jimin sudah tiada ?

" aku turut berduka, tapi aku penasaran kenapa tiba-tiba, perasaan satu bulan yang lalu aku melihat nya bersama ayahmu " ungkap seokjin dengan nada sedih.

"Dia mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang" jawab Yoongi matanya masih menatap makam sang adik.

" sabarlah, semua yang ada di dunia pasti akan tiada. Tidak ada gunanya sedih berlama-lama itu juga tidak akan membuat Jimin kembali " Seokjin kasihan melihat tubuh Yoongi yang mengurus, matanya juga sembab artinya selama satu bulan ini dia tidak mengurus dirinya sendiri.

Yoongi hanya mengangguk lemah " kau pasti belum sarapan, kan ? " tanya Seokjin, pemuda di sampingnya hanya menggeleng.

" ayo kita makan akan ku traktir "ajak Seokjin menggantungkan lengannya di pundak pemuda yang sudah menjadi sahabatnya itu.

***

" ini bayaran kalian, pekerjaan kalian bagus sekali " puji seorang pria paruh baya sembari menyodorkan sebuah amplop yang cukup tebal pada beberapa orang.

" terima kasih,tuan " jawabnya lalu pergi setelah membungkuk sopan.

" ini menyenangkan " pria paruh baya itu tersenyum miring saat melihat banyak sekali uang yang ada koper hitam di depannya.

" tuan Jihoon, terima kasih " dokter Kim datang mendekati pria paruh baya itu.

" tidak, akulah yang terima kasih. Bukaknkah ini terlalu banyak ? " tanyanya.

" tidak, itu setara dengan pengorbanan putramu jadi, tidak perlu sungkan " dokter Kim tersenyum,

sedangkan Jihoon cuma tersenyum. " baiklah, saya pergi dulu " pamit dokter muda itu, Jihoon mengangguk.

" ayo kita berpesta "

****

" bagaimana keadaan taehyung ? " tanya Yoongi pada Seokjin yang sedang asik memakan ramen, " operasinya sudah berjalan lancar, mungkinsore ini dia sudah mulai bisa melihat karena perbannya sudah bisa dibuka  " jawab Seokjin.

" datanglah besok, meskipun tidak bersama Jimin setidaknya kau bisa membuatnya senang dengan kau berkumpul bersama kami " sambung Seokjin.

" tentu saja aku akan datang " jawab Yoongi tanpa semangat.

Seokjin semakin iba pada pemuda dihadapannya, tangannya terulur menggenggam tangan Yoongi

" kau masih punya kami, Yoongi-ya. Jadi jangan merasa kesepian datanglah pada ku kapanpun kau mau " Seokjin tersenyum menenangkan Yoongi.

" terima kasih, hyung " jawab Yoongi.

" ah... Aku kekenyangan " keluh Seokjin sambil mengusap perutnya yang datar, Yoongi hanya tersenyum melihat pemuda disampingnya.

" Ayah " gumam Yoongi saat melihat ayahnya terlihat senang sambil membawa sebuah koper hitam di tangannya.

" hyung aku duluan, ya. Kau akan kemana ? " tanya Yoongi.

" hmm... Aku akan ke rumah sakit dulu " jawab Seokjin, Yoongi mengangguk lalu pergi setelah melambaikan tangannya pada Seokjin.

" semoga kau kuat Yoongi " gumam Seokjin lalu pergi menuju rumah sakit.

" apa yang ayah bawa " suara dingin Yoongi mengalihkan perhatian Jihoon dari koper hitam itu,

" oh ! Kemarilah lihat ini " dengan semangat Jihoon menarik tang Yoongi agar mendekat, perlahan ia membuka koper hitam yang dibawanya, mata sipit Yoongi melebar saat melihat tumpukan uang yang tertata rapi di dalam koper itu

" darimana ayah dapat uang sebanyak ini ? " selidik Yoongi, yang ia tahu ayahnya tidak bekerja.

" dari menjual ad- , ah maksudku menjual beberapa barang yang sudah tidak terpakai " jawab Jihoon sedikit gugup.

" barang apa yang ayah jual ? Kita sudah menjual barang-barang berharga di rumah ini " Yoongi semakin curiga.

" tidak, masih ada yang berharga. Jadi ayah menjualnya " jawab Jihoon santai.

" sudahlah, karena sekarang kita punya banyak uang jadi bagaimana kalau kita makan enak hari ini ? " ajak Jihoon, " tidak, aku sudah kenyang " jawab Yoongi dingin lalu pergi ke kamarnya, meninggalkan Jihoon yang hanya menatap remeh pada nya.

****

" appa, aku ingin melihat siapa orang yang sudah mendonorkan matanya padaku " pinta taehyung semangat satu jam setelah perbannya dibuka.

" baiklah, akan kuajak dia kemari " jawab dokter Kim lalu pergi menjemput seseorang yang sudah dengan baik mendonorkan matanya pada Taehyung.

" berhentilah menatap cermin itu, kau sudah menatapnya selama satu jam Kim Teahyung " omel Namjoon.

" aku benar-benar tampan, hyung " ucapnya asal.

" aku lebih tampan " timpal Seokjin.

" aku "

" aku "

" aku "

" bisakah kalian diam, kepalaku pusing tidak ada diantara kalian yang tampan. Mengerti " ucap Namjoon memisahkan kedua saudaranya yang bertengkar hanya karena masalah sepele.

" ah iya... kau tadi kemana, hyung ? " tanya Namjoon memecah suasana.

" aku tadi ketempat nenek, danjuga aku bertemu Yoongi "  jawab Seokjin.

" Yoongi hyung ? Kenapa dia di makam ? " tanya Namjoon.

" kau tidak mengajaknya kesini, hyung ? " timpal Taehyung.

Seokjin menghela nafasnya pelan, wajahnya berubah lesu " kenapa hyung ? " tanya Namjoon menyadari perubahan wajah hyungnya.

" kita tidak akan bertemu Jimin lagi " jawabnya lirih.

" Kenapa ? " tanya Taehyung khawatir.

" Jimin sudah pergi meninggalkan kita semua, dia meninggal karena mengalami kecelakaan " jelas Seokjin.

Namjoon dan Taehyung terdiam tidak tahu harus berbuat apa, mereka semua sedih atas kepergian sahabat mereka Min Jimin.

"kenapa dia pergi cepat sekali ? Padahal dia janji akan datang. Aku bahkan belum sempat melihatnya" keluh Taehyung.

" jadi besok saat Yoongi datang, pastikan kalian juga menghiburnya " pinta Seokjin.

" siap " jawab Namjoon dan Taehyung serempak.
Suara pintu terbuka mengalihkan atensi ketiga Kim bersaudara itu, menampakkan ayah mereka dan seorang pemuda dengan perban dimatanya.

Jimin ?

Take My Eyes : Daegu VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang