9

1.4K 145 2
                                    

Bibir tipis Yoongi tersenyum miring dan tangannya sibuk mengusap airmata yang terus jatuh di pipi mulusnya. Miris, itulah yang ia rasakan sekarang, bagaimana dia bisa hidup bersama seseorang kejam seperti ayahnya, mengingat bagaimana pria itu bersenang-senang saat adiknya menderita disini.

Yoongi mendekat menyerahkan gelas yang dicari oleh Jimin sejak tadi, " terima kasih suster " ucap Jimin masih belun menyadari kedatangan Yoongi.

Yoongi hanya diam menatap adiknya yang sedang minum dan mengembalikan gelas di tempatnya.
" bagaimana keadaan Taehyung ? Apa dia baik-baik saja ? " tanya Jimin.

Yoongi menatap keatas, mencegah airmatanya jatuh lagi. Dia benar-benar baru tahu ada seseorang semulia Jimin, Taehyung sudah mengambil matanya, tapi adiknya itu masih memperdulikan keadaan Kim Taehyung.

" Suster ? " panggil Jimin karena tidak ada jawaban.

Yoongi menggenggam tangan Jimin, raut wajah pemuda itu berubah saat merasakan genggaman yang sudah lama tidak ia rasakan. Genggaman tangan Yoongi, hangat seprti biasanya. Tapi Jimin tahu hyung nya pasti sedang menangis sekarang.

Jimin tersenyum " jadi kau disini, hyung. Bagaimana kabarmu ? Maaf ak- " ucapan Jimin terpotong saat ia merasakan pelukan erat, lebih erat dari biasanya.

Tangan Jimin terulur mengusap punggung Yoongi yang sudah terisak di pelukannya " uljima, hyung. Aku tidak suka melihatmu menangis " Jimin menenangkan hyung nya.

" bagaimana... Bagaimana kau bisa melihatku... Saat matamu saja... Matamu sudah tidak ada... Padamu " jawab Yoongi ditengah isakannya.

" hyung " panggil Jimin lirih, lalu melepaskan pelukan mereka.

Jimin tersenyum, sangat manis. Kalau saja perban itu tidak menutupi mungkin sudah membentuk lengkungan seperti bulan sabit yang indah.

" kau lakukan ini untukku ? Kenapa ? Jika kau kehilangan matamu, itu artinya kau kehilangan hidupmu. Kau kehilangan cahaya untuk selamanya. Kenapa... Kenapa kau menyiksaku dengan cara seperti ini, jimin-ah " Yoongi kembali menangis.

Pemuda berkulit pucat itu mendongak saat merasakan tepukan pelan di pundaknya, ia melihat senyuman Jimin, senyuman yang sangat ia rindukan selama dua bulan ini, senyuman yang ia pikir sudah hilang selamanya.

" aku tidak kehilangan hidupku, selama hyung disisiku hyung adalah hidupku. aku juga tidak kehilangan cahayaku karena cahayaku satu-satunya adalah kau, hyung. Jangan pernah berpikir setelah ini aku menderita, jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini adalah rencana yang sudah tuhan siapkan untuk kita, aku yakin akan ada akhir indah setelah ini " jelas Jimin " meski aku tidak tahu apa itu " guman Jimin pelan.

Yoongi lagi-lagi terdiam hari ini dia benar-benar sering terdiam, bahkan lebih diam dari biasanya.
" kau tahu, entah kebaikan apa yang kulakukan di kehidupanku sebelumnya sampai aku bisa mendapat adik seperti dirimu. Aku benar-benar beruntung memilikimu, terima kasih sudah terlahir dan menjadi adikku " ucap Yoongi kembali memeluk adiknya.

Jimin hanya tersenyum ia juga senang memiliki hyung seperti Yoongi, baginya Yoongi adalah segalanya, ia rela lakukan apapun bahkan harus memberikan nyawanya sekalipun.

" baiklah, kau sudah baikan ? " tanya Yoongi. Jimin mengangguk mengiyakan.

" kalau begitu, kita bisa pulang, kan ? " tanya Yoongi.

" hmm... Tapi bagaimana dengan ayah ? Dia pasti tidak suka aku kembali. Apalagi selama aku disini aku dikabarkan meninggal " jawab Jimin

" kita tidak akan pulang kerumah, kita cari tempat lain untuk pulang " ucap Yoongi.

Jimin bingung, kemana lagi mereka akan pulang ?

" kau tenang saja, hyung akan pastikan kita lebih baik di tempat itu, tanpa melihat kemunafikan orang-orang " Yoongi melirik kearah tiga orang pemuda yang tidak asing masuk ke dalam ruangan itu.

Ketiga Kim bersaudara itu menunduk, " h-hai Jimin apa kabar ? " Taehyung memberanikan diri mendekat kepada Jimin.

" aku sudah baikan kok, bagaimana denganmu ? " tanya Jimin dengan senyumannya.

" iya aku juga sudah baikan " jawab Taehyung.

Suasana hening selama beberapa menit, canggung, itulah yang terjadi di sana. Tidak ada yang berani membuka percakapan lebih dulu, suasananya benar-benar berbeda saat mereka hanya dengan Jimin.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian kelima pemuda itu, Kim Jinyoung masuk dengan senyuman diwajahnya, ia mendekat kepada Jimin
" bagaimana kabarmu, Jiminie ? " tanyanya ramah.

" aku baik-baik saja, dok" jawab Jimin semangat. Jinyoung tersenyum mendengar jawaban Jimin.

" kapan adikku bisa pulang ? " tanya Yoongi dingin.

" mungkin besok dia bisa pulang setelah melakukan pengecekkan terakhir " jawab Jinyoung, ia masih mencoba mengerti perasaan Yoongi sekarang.

" berapa biaya nya ? " Yoongi bertanya lagi.

" semua sudah dibayar, kau tenang saja " jawab dokter Kim. Yoongi hanya mengangguk, ia tidak mau tahu siapa yang audah membayar biaya rumah sakit Jimin.

" baiklah pengecekannya sudah selesai " ucap dokter tampan itu " Taehyung, ayo kembali ke kamarmu " ajak dokter Kim pada putra-putra nya. Ketiga pemuda itu mengangguk, setelah pamit pada Jimin dan Yoongi mereka keluar dari ruangan Jimin.

Yoongi menatap lekat punggung keluarga Kim itu, tatapannya benar-benar tajam, ia membenci mereka, semua yang sudah membuat adiknya menderita Yoongi membencinya.


Nulis ini sambil dengerin lagu light, pas part nya Jimin jadi gatega, akhirnya jadi gulung-gulung sendiri dikasur 😁 untung nyampe nulisnya.

Jangan lupa vote & komen nya ya 😊

Take My Eyes : Daegu VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang