10

1.4K 133 10
                                    

" jja, kau sudah bisa pulang sekarang " ucap dokter Kim pada Jimin.

" terima kasih,dok " jawab Jimin ramah, " akulah yang seharusnya berterima kasih padamu " dokter Kim mengusap kepala Jimin lembut.

" apa Jimin harus terus memakai perban itu ? " tanya Yoongi.

" sebenarnya kau bisa melepasnya, tapi akan lebih baik kau masih menggunakan itu agar tidak ada sesuatu yang masuk melewati lubang mata nya " jelas dokter Kim " kau bisa menggunakan kain bersih atau tetap mengunakan perban "

Yoongi mengangguk lalu menuntun Jimin, kedua pemuda itu membungkuk sopan sebentar pada dokter Kim lalu pergi.

" kalian beruntung memiliki satu sama lain "

*****

Yoongi dengan setia menggenggam tangan Jimin, ia benar-benar tidak ingin kehilangan adiknya lagi. Setelah mereka sampai di depan rumah, Yoongi mendudukkan Jimin ke kursi yang ada depan rumah mereka " kau diam disini dulu, ya. Hyung akan masuk kedalam mengambil beberapa barang yang diperlukan lalu kita pergi dari sini " pinta Yoongi, Jimin hanya mengangguk patuh.

Yoongi membuka pelan pintu rumahnya, bau alkohol menyeruak ke dalam indra penciumannya, rumahnya sangat berantakan botol berserakan dimana-mana, makanan berceceran, perabotan tidak pada tempatnya lagi, mata Yoongi menangkap seseorang yang ia cari, ayahnya.

Pria itu sedang tidur di sofa dengan kaki kanan yang di tempatkan pada senderan sofa, tangan kirinya menggantung sambil menggenggam botol soju yang tinggal separuh.

Tangan Yoongi mengepal kuat menekan semua amarahnya, baginya yang terpenting sekarang bukan memberi ayahnya pukulan, tapi ia harus segera membawa Jimin pergi dari sana.

Yoongi masuk ke kamar dan membawa beberapa pakaiannya dan Jimin, ia juga membawa foto keluarganya, Yoongi keluar dengan dua tas ransel berisi pakaian mereka, mata Yoongi menangkap koper yang terbuka, isinya berceceran itu adalah satu-satunya yang mereka perlukan, uang.

Yoongi mendekati koper hitam itu memasukkan beberapa lembar uang dan menyisakan beberapa untuk ayahnya, lalu pergi keluar menemui Jimin.

" baiklah, ayo kita pergi " ajak Yoongi setelah membantu Jimin memakai tas ranselnya.

" tapi kita akan kemana, hyung ? " tanya Jimin.

" kemanapun, yang penting jauh dari rumah " jawab Yoongi.

-------

Malam sudah datang, dan mereka masih berjalan tanpa tujuan.

Yoongi melirik kearah Jimin yang kelihatannya juga sudah lelah, " kau lapar, Jimin - ah ? " tanya Yoongi, Jimin mengangguk ia memang lapar.

" baiklah kita cari tempat makan dulu,ya " ajak Yoongi.

Mereka pergi mencari tempat makan yang tidak jauh dari sana lalu makan dengan uang yang Yoongi ambil dari koper ayahnya.

Setelah makan mereka melanjutkan perjalanan lagi, tapi harus terhenti karena hujan turun sangat deras. Mereka duduk di depan sebuah toko yang sudah tutup, Yoongi memeluk Jimin yang menggigil kedinginan.

" kita akan benar-benar pergi dari sini besok " gumam Yoongi. Lalu tertidur sambil memeluk Jimin yang sudah tertidur terlebih dulu.

" hei ! Bangun aku harus membuka toko ku sekarang " teriakan seseorang membangunkan dua pemuda itu.

" kenapa kalian tidur disini, cepat pergi ! Menganggu saja " bentak pria itu, membuat amarah Yoongi naik. Tapi dia harus menahannya karena Jimin bersamanya.

Lagi-lagi mereka berjalan tanpa arah, tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihat mereka dengan tatapan jijik karena mereka benar-benar kotor sekarang.

" wah wah lihat siapa ini " beberapa pria datang mengitari Jimin dan Yoongi.

" apa yang kalian inginkan ? " tanya Yoongi waspada, ia mencoba melindungi Jimin yang terlihat ketakutan.

" tenanglah, justru kami memberikan kalian penawaran bagus " ucap seorang pria meyakinkan Yoongi.

" penawaran ? Penawaran apa ? " selidik Yoongi.

Pria pria itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Yoongi.

Selamat hari raya idul adha bagi yang merayakan.
Jangan lupa vote dan komen untuk ceritaku ya 😊

Take My Eyes : Daegu VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang