Part 1

95 22 19
                                    

Hai Readers sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai Readers sayang...saya memutuskan untuk ikutan WWF2019 nih, karena saya pikir ini saat yang bagus untuk saling support sesama penulis dan juga yang terpenting belajar dari para penulis lain serta memahami readers (so sweet banget sih saya). Kalau kamu udah daftar belum ? Yuk kita saling support, luv you

Sebelum baca baiknya sambil putar video dulu ya, biar lebih menghayati cerita ...

Mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh menjadikanmu seperti bunga matahari, mengikuti kemanapun gerik matahari. Seluruh hidupmu berpusat padanya, berhenti menatapnya berarti hidupmu usai.

-Alice-

Alice menyingkapkan tirai jendela kamarnya yang terletak dilantai dua rumah itu. Tidak ada yang berbeda dengan pagi kemarin, mentari bersinar terang dan pemandangan yang kosong, sebuah rumah besar didepan jalan perkompleksan tak bergeming. Sunyi senyap, namun Alice mensyukuri itu, sebab kesunyian lah yang memang selalu di harapnya setiap kali ia bangun pagi.

Alice bergegas pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri kemudian turun ke dapur dengan setelan casual berwarna gelap, rok kembang selutut dan kaus panjang berwarna senada, dengan gerakan pelan ia menyeduh kopi sachet yang dia beli beberapa bulan lalu, kemudian mengeluarkan roti kering dari lemari. Dan menyantapnya di meja makan yang menghadap ke jendela, pemandangan halaman belakang rumah selalu sukses membuatnya merasa lebih baik setiap pagi. Seperti pagi kemarin dan kemarin lagi, Alice tak sarapan sendiri ia tidak bisa membiarkan bunga matahari kesayangannya yang mengintip dari luar jendela, tanpa banyak bicara Alice mengambil secangkir air dari keran, kemudian membuka jendela dan menyiramkannya ke bunga Matahari yang tinggi itu.

Dalam hati Alice mengucapkan selamat pagi pada bunga matahari itu. "Selamat pagi, senang melihatmu bahagia pagi ini, pasti karena matahari bersinar terang," gumamnya. Alice menyingkap tirai tebal yang menutup hampir seluruh dapur rumah minimalis yang memang didesain untuk menyerap begitu banyak matahari, ia tidak segan-segan merentangkan kedua tangannya menghadap mentari pagi yang hangat.

Ritual pagi yang ia lakukan selanjutnya adalah menonton siaran televisi kesukaanya, acara travelling keliling dunia. Ia duduk dengan tertib diatas sofa menanti siaran televisi kesukaannya. Ia begitu antusias menunggu tayangan dimulai. Ia bahkan telah menyiapkan cemilan chocolate stick diatas meja lengkap dengan kopi yang nyaris dingin. Tidak lupa dia menyetel AC yang sesuai untuk ruangan. Tibalah acara travelling yang ditunggu-tunggu tayang, matanya tidak lepas dari layar televisi. Sesosok wanita berambut panjang berkepang satu, berkulit coklat, dengan ransel besar yang selalu dibawa dipunggungnya berbicara dalam bahasa asing, dari tampilannya bisa ditebak dia berasal dari Barat. Beberapa destinasi terkenal di dunia dikemas dengan sedimikian rupa dan disajikan ke hadapan penonton. Kali ini si gadis berkepangan dua terlihat berdiri didepan sebuah katedral bergaya eropa, disusul binatang imut berbulu hitam putih, plus jalan serupa jembatan panjang yang membentang diperbukitan. Alice tak bergeming dari tempat duduknya, dia begitu menikmati acara televisi pagi ini. Bahkan saat petugas listrik memencet bel berkali-kali ia tak mendengarnya.

Acara TV selesai pukul 09.00. dilanjutkan dengan pembacaan berita, pembaca berita menyebutkan tanggal hari ini Alice terkejut dia mengecek kalender di atas nakas. Hari ini jadwal pembayaran tagihan listrik. Ia bisa kena denda jika ia terlambat lagi bulan ini, padahal ia sudah menunggak selama beberapa bulan. Ia buru-buru mengambil topi dan masker yang tergantung sempurna dibelakang pintu, mengenakannya dengan cepat kemudian membuka pintu dengan terlebih dahulu menjulurkan kepala keluar, setelah diyakini aman ia keluar dengan pelan, benar saja surat tagihan listrirk teronggok dibawah pagar. Ia membacanya dan berdecak. "Harusnya menggunakan pembayaran online saja, padahal kan mau berhemat, eh malah harus bayar denda, "gumamnya.

Jika tidak mau aliran listirik di putus, Alice harus segera membayar listrik kekantor, itu artinya ia harus keluar rumah dan menghadapi tatapan orang-orang. Beruntungnya ini akan semakin mudah sebab dia bisa menggunakan masker, jika terpaksa dia harus menanggalkan masker, kuncinya ia hanya tidak perlu menatap wajah mereka. Perjalanan menuju kantor PLN cukup mengerikan bagi Alice. Ia tahu orang-orang barangkai memperhatikan gerak-geriknya, namun ia tahu ia hanya perlu menunduk dalam dan secepatnya pergi dari kerumunan itu. Dengan sepeda motor-nya perjalanan dengan jarak tempuh 1 km itu lebih mudah dijangkau. Setelah mengantri beberapa hampir 30 menit, tibalah giliran Alice, tetap dengan masker dan helm di wajahnya ia hanya menyodorkan tagihan dan menyerahkan sejumlah uang. Selalu seperti itu dari bulan-kebulan, hingga petugas PLN pun sudah tidak menaruh curiga lagi padanya.

Setelah urusannya kembali tanpa pikir panjang Alice kembali ke rumahnya, melihat pagar rumahnya dengan bunga matahari yang mendongak tinggi, Alice merasa kenyamanannya telah dikembalikan ke pangkuannya. Ia tidak sabar masuk kerumah besarnya dan bersatu dengan bunga-bunganya dihalaman belakang.

Ia membuka pintu pagar langsung dari atas sepeda motor, namun sebuah benda menghalangi kakinya, Alice menghentikan gerakannya, ia menoleh pada benda yang mengganggunya bersatu dengan rumah yang dirindukannya itu, sebuah bunga matahari cantik didalam pot tersenyum padanya, dan sebuah kertas berwarna biru muda terselip di bawah pot. "Siapa pula orang yang iseng meletakkan bunga disini," Alice membatin sambil ia mengalihkan pandangan ke sekitar. Tidak ada siapapun. Tanpa pikir panjang ia membawa bunga itu masuk kedalam rumah, sambil ia membaca tulisan dikertas itu.

Keluarlah, diluar mentari begitu indah.

Dari seseorang yang merindukan senyummu.

Casting Alice 

Hai Readers terimakasih sudah mampir ke cerita baru saya, langsung ke part 1 tanpa prologue nih, belum biasa buat hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai Readers terimakasih sudah mampir ke cerita baru saya, langsung ke part 1 tanpa prologue nih, belum biasa buat hehehe.

Gimana part 1 nya? Apakah membosankan atau lanjut nih?

Jika kalian suka silahkan memberi tanda bintangnya ya, jika kalian kurang suka, diharapkan komentarnya. Agar tulisan saya semakin baik.
Senang sekali dapat berinteraksi dengan para Readers...

Salam sayang

Author

You Are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang