Dua kalimat itu sukses menggetarkan seluruh tubuh Alice. Ia merasa terusik sekarang bahkan dirumahnya yang nyaman, cepat-cepat ia buang surat itu kedalam tong sampah di depan rumah, tidak pandang bulu, bunga matahari yang tadinya cantik kini menjadi ancaman bagi Alice. Ia kembali masuk kedalam rumah itu meninggalkan segala pemberian mencurigakan itu di depan pintu, ia memeriksa seluruh tirai jendela, memastikan mereka tertutup rapat, sehingga tidak ada siapapun yang bisa melihat kedalam.
Alice masuk kedalam rumah, melaksanakan aktifitas paginya seperti biasa. Ia mengambil kamera, setiap pagi adalah jadwal untuk mengambil foto bunga-bunga kesayangannya, dan menguploadnya ke media sosial. Alice kembali ke dalam rumah untuk mengganti setelan celana training dan hoodie hitamnya dengan pakaian yang lebih nyaman dibawa berkebun, kaos oblong dan rok A line bermotif bunga-bunga berwarna jingga. Saat ia melirik keluar jendela ia baru sadar bahwa lampu balkon belum dimatikan sejak pagi, ia menekan stop kontak, kemudian mengeceknya dari jendela. Benar saja lampu balkon rumah memang sedikit bermasalah, biasanya akan mati setelah berulang kali di tekan, Alice menekannya berulang kali, sambil menerawang kejendela, tanpa sengaja kedua bola matanya menangkap siluet lelaki di seberang rumahnya, matanya nyaris tak berkedip menyaksikan pemandangan itu, sesosok lelaki tengah bersantai membaca buku di balkon rumah. Lelaki itu sosok yang sangat di kenalnya, ia adalah tetangganya yang lama meninggalkan kota ini. Dengan melihatnya saja, jantung Alice nyaris meloncat keluar. Bila terus berlama-lama memandangnya, Alice khawatir jantungnya tak bisa kompromi, Alice lantas berbalik memunggungi jendela kaca itu. Ia memegangi dadanya yang kini berdebar kencang.
Ia terduduk dengan lemas di bawah jendela, "Apakah itu benar dia?" Alice membatin. Aku harus memastikannya lagi, Alice bersikeras. Tangannya bergetar menyingkapkan sedikit tirai jendela. Namun ia tak menemukan sosok yang di carinya di atas balkon, matanya liar mencari sosok itu, ada perasaan khawatir yang menyelinap. "Bagaimana jika, ia hanya berhalusinasi, Ia pernah mendengar karena kerinduan yang begitu dalam bisa membuat seseorang berhalusinasi," pikirnya.
Tak kunjung di temukannya sosok itu, ia mendesah, kepalanya menunduk layu. Dengan enggan ia menutup celah jendela yang dibuatnya. Kali ini matanya menangkap sosok itu lagi, muncul dari balik sofa putih itu, bersama dengan seekor kucing berbulu lebat di pelukannya. Alice kini tersenyum lebar, harapan untuk bisa melihatnya akhirnya terpenuhi. Ia merasa sangat senang kali ini. Sambil memerhatikannya dengan teliti, Alice tiba-tiba mengingat bunga matahari yang pagi tadi ditinggalkannya di depan pagar. Alice berlari dengan tergesa-gesa menuju halaman depan rumah, ia melihat bunga matahari itu masih bertahan di depan rumah, kemudian buru-buru ia membongkar tong sampah di samping rumah, tempat ia membuang kertas berisi pesan tadi, beruntungnya ia langsung menemukan kertas berwarna biru itu. Ia menatap sebentar rumah berwarna krem di seberang, kemudian sambil tersenyum membawa bunga matahari dan dan sehelai kertas berwarna biru langit itu kedalam kamarnya, dan meletakkannya di tempat paling strategis menurutnya, di dekat jendela kamar yang menghadap langsung ke arah kamar Satya tetangganya.
"Apakah memang ia yang memberikan bunga matahari ini ?" Alice menggumam matanya masih mengintip seseorang di seberang sana. Barangkali Satya merasa di perhatikan, ia lantas sedikit melirik ke arah jendela Alice. Alice cepat-cepat bersembunyi dibalik tirai. Beberapa saat kemudian Alice mengintip lagi dari balik jendela, disaksikannya Satya sudah fokus lagi pada buku bacaannya. Alice kembali memperhatikan sosok yang dirindukannya itu, tidak jauh berbeda dari yang dilihatnya setiap hari di media sosial. Tampan dan berkarisma, lekuk wajahnya, postur tubuhnya, semua terlihat mengaggumkan, sayangnya dengan melihat secara langsung, rindu di hati Alice bukannya terobati malah semakin menjadi-jadi. Hanyut dalam perasaan haru karena bisa melihat kembali Satya, Alice tak sadar Satya sedang memperhatikannya juga yang tengah mengintip dari jendela. Alice terkejut bukan main saat mata mereka bertemu. Cepat-cepat Alice menutup jendela, sambil mengutuki kebodohannya sendiri. Cepat-cepat dia meraih air putih di sisi meja kerjanya, ia meneguknya sampai habis. Ia sudah ketahuan, apa yang harus dilakukannya. Ia memberanikan diri untuk mengecek kembali kebalik jendela, ia menemukan Satya kini bersender pada balkon, sambil melambaikan tangan dengan kaku kepadanya. Alice menutup jendela rapat-rapat dan tak menoleh sedikit pun ia turun ke ruang televisi untuk menonton, menghilangkan gejolak perasaanya yang kini tak karuan.
Saat ia mengganti chanel televisi, saat itu pula sebuah bel berbunyi. Alice ketakutan, ia meringkuk, sampai kemudian bel berbunyi untuk yang kedua kalinya.
"Apakah itu Satya, kenapa dia secepat itu menemuiku, apa dia begitu merindukanku, " Alice sangat penasaran, bercampur cemas ia mengintip dari balik jendela depan, ia melihat sosok yang tak diinginkannya telah berdiri didepan pagar rumah sambil tersenyum manis. "Tuhan bagaimana kali ini aku menghadapinya?" Alice membatin.
Hai...Readers tersayang. Gimana part 2 nya nih? Rencana bakal update setiap hari sih, cocok nggak tuh?
Vommentnya sangat dinantikan ^^
Salam Sayang
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine
RomanceAlice telah menarik dirinya dari dunia luar selama hampir lima tahun dan jauh sebelum itu ia telah jatuh cinta pada Satya tetangganya. Karena pobhia yang dialaminya dia kesulitan untuk mengungkapkan perasaanya, namun suatu ketika dia memutuskan untu...