I,m so addicted to him, his touch, smell, the way he looks at me, the way he talks to me.
-Alice_
Sinar hangat mentari pagi ini membangunkan Alice, ia menggeliat diatas tempat tidur. Matanya mengerjap-erjap, butuh beberapa detik untuk membuatnya sadar kalau aroma yang diciumnya pagi ini adalah aroma Satya, tatapannya bergeriliya ke sekililing ruangan. Benar saja ia tertidur di kamar Satya, berdua dengan Satya saja, ah...membayangkannya saja dia hampir gila. Ia menggigit bibirnya sendiri, geram dengan kesembronoannya. Untung saja Satya tidak melakukan hal yang aneh-aneh padanya. Dia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya semalaman. Tinggal dirinya sendiri yang ada dikamar ini, pastilah Satya sudah bangun lebih dulu. Alice terlebih dahulu mencuci muka dan berkumur di wastafle kamar mandi Satya, Satya memang masih sama seperti dulu gumam Alice, selalu bersih dan rapi.
Alice turun dari lantai 2 wangi telur goreng menyeruak, sepertinya Satya sedang membuat sarapan. Benar saja Satya sedang memasak sarapan, sepertinya nasi goreng. Ia sudah mengenakan setelan kemeja putihnya, lengan panjang ia lipat hingga siku dan dengan lincah menggerak-gerakkan spatulanya. Pemandangan pagi yang membius Alice hingga memaku tak berkedip dibalik pintu. Bagaimana bisa hanya dengan melihat lelaki itu memasak saja, sudah mampu mengalihkan dunianya pada satu fokus saja. Satya. Begitulah cinta bekerja pada Alice.
Sesaat kemudian Alice tersentak karena Satya berbalik badan dan mengucapkan selamat pagi. Alice menjadi canggung karena ketahuan menatapi punggung lelaki itu tanpa berkedip. Ia berharap semoga Satya tidak menyadarinya. Alice membalasnya dengan senyuman.
"Duduklah !" perintah Satya. "Aku akan menyiapkan sarapan untukmu," sambungnya.
Alice menurut saja, ia duduk manis di meja makan sambil memandangi punggung cowok yang sedang memasak itu. Ia selalu berharap pagi semanis ini baginya, tapi ia yakin ia tak terlalu pantas untuk itu.
"Bagaimana tidurmu nyenyak?" tanya Satya sambil menghidangkan nasi goreng dengan asap yang masih mengepul.
Alice menganggukkan kepalanya.
"Maaf merepotkanmu!" Satya kembali lagi dengan dua gelas teh madu. "Minumlah aku takut kau meriang, soalnya bajumu basah bukan?" ia mendekatkan segelas teh madu itu kearahku. Aku meraihnya dan menenggaknya perlahan.
"Untuk tadi malam, aku benar-benar berterimasih," tambahnya lagi.
"Tidak masalah, bukankah kita harus saling membantu," jawab Alice.
"Aku jadi malu, kau tahu kelemahanku," kalimat Satya menjadi canggung.
"Tidak apa-apa, begitulah teman," jawab Alice pelan sambil menyuapkan nasi goreng panas itu kedalam mulutnya.
Satya menghentikan kunyahannya dengan minum teh madu itu "Jika memang kita teman mengapa kau lebih memilih lelaki itu untuk menemanimu dibanding aku?" tanya Satya kemudian.
"Setidaknya dia orang yang tulus dan tampaknya bukan tipe orang yang akan menganggap tidur dengan wanita adalah hal yang biasa saja," suara Alice kali ini terdengar sedikit bergetar. Kalimat terpanjang yang pernah didengar Satya setelah bertemu lagi dengan Alice.
"Tidur dengan siapa? Maksud mu aku? Aku bahkan baru saja tidur denganmu?" Satya malah balik bertanya, dari pertanyaanya ia seolah-olah tak bersalah, hal itu membuat Alice semakin kesal pada Satya.
Alice menghentikan suapannya, "Mungkin tidur dengan wanita manapun biasa bagimu, tapi bagiku tidak," Jelas Alice. Alice berdiri, ia berniat meninggalkan meja makan, momen manis ini pada akhirnya berakhir dengan perselisihan.
"Maksudmu Evelyn? Kau bertemu dengannya bukan, aku tidak melakukan apa-apapun dengannya," sebelum Alice beranjak pergi meninggalkan meja makan, Satya langsung menanyakan hal itu.
Langkah Alice terhenti sejenak setelah mendengar kalimat Satya, "Siapapun yang melihatnya pasti akan menduga hal yang serupa apalagi jika ia sendiri mengakuinya?" kenyataan bahwa Satya mengelak membuat Alice merasa sedih bercampur kesal, matanya mendadak panas.
"Yakinlah aku hanya membiarkannya tidur di kamar atas karena saat malam itu hujan dan dia harus menginap, lagipula sudah malam sekali..." Satya memberikan alasan yang masih tak bisa Alice terima.
"Dia sendiri mengakuinya," potong Alice
"Apa kau lebih mempercayai Evelyn daripada aku?" Satya balik bertanya, sebuah pertanyaan yang Alice sendiri sebenarnya ragu untuk menjawabnya, baginya Satya selalu Satya yang ada dibenaknya sejak masa SMP dulu tapi siapa tahu bagaimana dia terbentuk setelah itu, ia bahkan telah mempunyai mantan secantik Evelyn. Alice memilih untuk tak menjawab sepatah katapun.
Sesaat mereka berdua terdiam, sampai Satya melakukan hal yang tak di duga Alice. Saya memeluknya dari belakang, mengaitkan kedua lengannya di leher Alice. Alice bisa merasakan napas Satya dilehernya. Jantungnya mendadak tak bisa berkompromi, ada perasaan yang hendak meronta keluar. Kini ia takut kalau degub jantungnya terdengar oleh Satya. Tapi jauh dilubuk hatinya ia menyukainya, saat Satya begitu dekat dengannya ada perasaan bahagia yang muncul secara gila-gilaan. Akhrnya Satya dan Alice berada di posisi itu untuk beberapa saat sebelum Evelyn muncul dihadapan mereka.
Kalian suka adegan mana di part ini?
Vommentnya ya Readers...
Luv you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine
RomanceAlice telah menarik dirinya dari dunia luar selama hampir lima tahun dan jauh sebelum itu ia telah jatuh cinta pada Satya tetangganya. Karena pobhia yang dialaminya dia kesulitan untuk mengungkapkan perasaanya, namun suatu ketika dia memutuskan untu...