Part 8

14 7 5
                                    


Because it's you

Apapun bisa kulakukan

-Joshua-

Satya tak habis pikir kenapa, Alice mengusirnya. Dan lebih memilih bersama lelaki yang entah siapa itu. Tapi apa yang membuat penyakit social phobia Alice menjadi kambuh seperti itu? Pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya, tapi apa ya? Satya mencoba mencari alasan, tapi ia tidak menemukan dengan pasti, kecuali Alice sendiri yang akan menceritakannya.

"Kalau begitu aku akan menelpon pada kakaknya saja," gumamnya diperjalanan pulang menuju rumahnya, tetapi tepat didepan pagar rumahnya ia menemukan sekop yang biasa Alice gunakan untuk merapikan kebunnya.

"Jangan-jangan," Pikiran Satya langsung tertuju pada Evelyn. Apakah tadi pagi dia kerumahku dan bertemu Evelyn. Apakah Evelyn mengganggunya? Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?

Satya menelepon Evelyn, barangkali Evelyn masih didalam Taxi. "Hallo, apakah tadi pagi kau bertemu dengan Alice?" tanya Satya to the point.

"Ya, aku bertemu dengannya pagi tadi, lantas kenapa?" jawab Evelyn.

"Apa kau melakukan suatu hal yang membuatnya kaget?"

"Sepertinya tidak, memangnya kalau seorang pacar tidur di rumah pacarnya, adalah suatu yang mengagetkan," ketus Evelyn.

"Dia pasti telah salah paham," Satya memegangi kepalanya, kini ia telah tahu apa masalahnya.

"Sekarang kau lebih peduli pada perasaannya, daripada perasaanku, pacarmu sendiri?" balas Evelyn.

"Sudah berapa kali kukatakan, kita sudah putus," ungkap Satya kesal.

"Apa...," suara Evelyn terpotong karena Satya sudah mematikan ponselnya.

Satya buru-buru mengirim pesan singkat kepada Alice.

Alice, apakah Evelyn mengatakan hal yang tidak baik kepadamu?Dia bilang ia bertemu denganmu pagi tadi. Mungkin kau tidak perduli, tapi dia itu mantan pacarku.

Seperti dugaannya, pesan itu tak juga di balas oleh Alice. Sebegitu marahnya kah dia kepadaku? pikir Satya.

Aku tidak tahu apa yang Evelyn katakan padamu, tapi aku minta maaf jika ia menyinggung perasaanmu ! Mungkin dia tidak bermaksud seperti itu.

Alice yang menerima pesan singkat dari Satya menjadi bingung sendiri, Evelyn mengatakan bahwa mereka akan segera menikah sementara Satya sendiri berkata bahwa dia hanya mantan. Tentu tidak akan ada seorang wanita pun yang akan percaya jika ia jelas-jelas melihat wanita itu ada di rumah Satya dengan kondisi yang seperti itu. Kenyataan bahwa Satya mencoba menghindar membuat Alice menjadi semakin kesal pada Satya, ditambah lagi Satya meminta maaf atas nama Evelyn. Itu saja sudah cukup membuktikan, betapa Satya memahami wanita itu. Semua isi chat Satya itu membuatnya Muak.

Disaat yang bersamaan Joshua mengirim pesan singkat juga pada Alice.

Joshua: Bagaimana kondisimu malam ini?

Alice : Aku sudah merasa lebih baik, terimasih sudah menanyakan kabarku

Joshua : Aku senang bisa membantumu.

Alice : Terimakasih banyak

Joshua : Aku bawakan bubur ayam untukmu !

Alice : Tidak usah, aku sudah makan...

Joshua : Aku sudah di depan rumahmu.

Alice : Yang benar ?

Joshua :...

Benar saja lelaki itu sudah muncul didepan pagar. Sebenarnya Apa yang dipikirkan lelaki ini? pikir Alice.

Pintu pagar dibuka, Joshua berdiri disana dengan senyuman manis seperti biasa, ia menyodorkan bungkusan ditangannya.

"Terimakasih, tapi kau tak perlu melakukan ini lagi," ucap Alice pelan sambil menunduk sejurus kemudian ia menyodorkan beberapa uang pecahan 50 ribu. "Aku tidak mungkin membiarkan kau menanggung biayanya,". Kalimat seperti ini lah yang paling takut keluar dari mulut gadis itu, hingga ia tak pernah berani mendekatinya. Seolah ia hanya seorang pengganggu. Ia menatap lekat-lekat gadis berrambut panjang yang tergerai menutup wajahnya itu, bahkan penampilan dan caranya hidup cukup menunjukkan bahwa ia tidak ingin siapapun masuk kedalam hidupnya, apalagi membuka pintu hatinya. Tapi ia sudah selangkah lebih dekat dengan gadis itu, bagaimanapun ia akan terus bersabar. Joshua akhirnya menghela napas.

"Aku senang melakukannya, dan kau juga tak perlu mengembalikan uang itu padaku, lagipula tagihannya tidak sebanyak itu, dokter itu temanku didekat sini dia sangat baik padaku, jadi aku tidak membayar apapun padanya," Joshua kemudian memaksa tertawa, seolah-olah kebohongannya itu nyata. Kemudian hening sesaat, Alice mengintip ekspressi Joshua. "Aku serius," sambung Joshua.

"Terimakasih, tapi lain kali tidak usah baik kepadaku lagi, Tolong!" Joshua terpaku mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis itu, sebuah permohonan yang sangat sulit ia kabulkan saat ini.

"Alice, kau tahu aku tidak merasa repot apalagi karena itu kau," jawab Joshua. Ia kemudian berbalik hendak pergi. Alice terpaku mendengar kalimat Joshua barusan. Apakah maksud pernyataan Joshua barusan. Kalimat itu sukses membuatnya merasa tidak nyaman.

***

You Are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang