Part 3

23 10 4
                                    

Bisakah kau membuka jendela hatimu untukku, agar kau bisa melihat bahwa aku lah, sosok yang setiap pagi menunggu jendelamu terbuka.

-Joshua-

Alice tak bergerak dari tempat persembunyianya. Meskipun lelaki itu telah berkali-kali memencet bel. Melihat lelaki itu tak kunjung pergi, Alice mulai gelisah "Dia mau apa ya?" Alice membatin. Apakah dia seorang sales man? Gumamnya. Dari tampilannya ia tidak buruk, lumayan tampan namun ia memang kurang rapi. Apa ia seorang yang berniat jahat? Tapi ia tidak kelihatan seperti orang yang jahat. Beberapa saat kemudian muncul ide Alice untuk bertanya pada lelaki itu secara tidak langsung dengan menggunakan kertas dan spidol. Alice mulai menuliskan beberapa kalimat pertanyaan untuk diajukan kepada Lelaki yang menunggu di depan pagar tersebut. Dilembar pertama berukuran legal itu, ia menuliskan kalimat "SIAPA?". Setelah itu ia memukul-mukulkannya ke jendela kaca itu dalam posisi tubuh masih bersembunyi. Beberapa saat kemudian sang lelaki memberikan jawaban, "Aku Joshua, kurirmu apa kau lupa?" ia menjawab dengan keras. Alice berpikir sejenak, apakah dia memang memiliki kurir yang bernama Joshua. Ia kemudian mengingat seseorang yang seminggu belakangan ini mengantarkan pesanan bunga dan tanaman hias miliknya. Rupanya kurir itu bernama Joshua.

Ia lantas mengambil kertas dan menuliskan beberapa kalimat kembali.

"Apa yang kau inginkan ?" tulisnya lagi.

Joshua membacanya, dan menjawab dengan lantang, "Aku Cuma memastikan apakah kau ada pesanan untuk diantar hari ini?" jeda sesaat, Alice tak merespon. "Aku sudah meninggalkan nomor teleponku padamu beberapa hari yang lalu, tapi kau tidak menghubungiku, sampai sekarang." Katanya menjawab keraguan Alice. Alice kini merasa iba pada kurir itu.

Ia kemudian menuliskan beberapa kalimat lagi pada kertas tersebut. "Maukah kau menunggu sebentar?" lelaki bernama Joshua itu menggangguk sambil berujar, "Ok lah," katanya.

Alice berlari ke kebun belakang dan memeriksa meja kerjanya, di sisi-sisi dindingnya tertera pesanan tanaman dari pelanggannya, hampir saja ia melupakan pesanan itu. Ia memeriksa dengan hati-hati pesanan bouqet dan tanaman hias yang di minta pelanggan. Seketika ia sibuk dengan bunga-bunga itu, hampir seperempat jam kurir yang bernama Joshua itu menunggu di depan pagar.

Joshua sudah gerah menunggu di depan pagar sedari tadi, "Apakah kau butuh bantuan?" tanya nya. Tak ada jawaban, apakah dia baik-baik saja di dalam. Joshua menggumam. Beberapa saat kemudian Alice keluar dengam membawa beberapa bouquet bunga. Kepalanya menunduk dalam, rambut panjangnya jatuh tergerai menutupi wajah ayu itu. Joshua tak bergeming, ia mengintip wajah murung Alice. Alice kemudian menyerahkan bouquet bunga kepada lelaki itu lengkap dengan alamatnya lewat atas pagar yang sedikit lebih tinggi dari tubuh Alice. Dalam posisi menunduk dalam, Joshua bertanya "Apakah ada lagi?" tanyanya. Alice mengangguk, tidak satu kalipun pandangannya lepas dari Alice. "Apa kau butuh bantuan?" tanya Joshua. Alice menggeleng, lantas terus berjalan kebelakang rumah. Joshua memandangi punggung gadis itu hingga menghilang di balik rimbun tanaman bunga matahari didepan rumah. Beberapa saat kemudian Alice datang dengan keranjang besar berisi bunga dengan pot nya.

Joshua ingin sekali menarik beban yang dibawa Alice ditangan kecilnya itu. Tapi apa daya, jarak yang di buat pagar rumah ini menghalangi langkahnya. Bahkan gadis itu tidak berniat untuk membukakan pagar itu untuknya. Alice mengangkat keranjang tadi melewati pagar itu, secara otomatis Alice harus mendongakkan kepalanya, Joshua yang tinggi, tentunya dapat melihat dengan jelas wajah Alice yang berkeringat diterpa sinar mentari pagi. "Cantik seperti dewi," gumamnya. Ia tertegun sejenak menyaksikan wajah itu. pemandangan indah beberapa detik berlalu seketika saat Alice menyadari Joshua memperhatikannya. Alice seketika membalikkan badan berlari kedalam rumah. Sesaat kemudian ia menatap kedepan pintu pagar, lelaki itu tak kunjung beranjak ia menatap tepat kearah jendela, tempat dimana Alice mengirim pesan sebelumnya. Alice tersadar ia belum menyerahkan seluruh alamat pengiriman. Alice keluar dengan menunduk dan menyerahkan kertas-kertas yang berisi alamat lengkap pelanggan itu kepada Joshua. Setelah menyerahkannya ia langsung berlari kedalam rumah. Tak bicara, Joshua hanya bisa tersenyum simpul.

You Are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang