Retorika
Kadang kala kau terlalu naif untuk menatap masa depanmu sendiri, bukannya tak habis pikir, aku cuma bingung, apasih yang kau harapkan dari majas-majas yang mereka utarakan itu?
Sesuatu hal tak melulu soal persetujuan orang di belakang, sekitar, ataupun, yang sedang lewat, hidupmu tak baik jika hanya dipenuhi oleh ekspektasi dan benak-benak mereka.
Kadang kala kau pun perlu melakukan kartasis, itu sangat baik untuk seorang kau yang masih bodoh akan kehidupan ini.
Kadang kala kau masih saja berlagak seperti orang yang sedang berlakon, biar kuberitahu tahu sesuatu; awalnya aku bisa saja terpana oleh aksimu, tetapi sekarang aku sudah cukup muak dan yakin--kau sudah terperangkap dalam pedenganmu itu.
Kadang kala kau terlalu tinggi untuk kuanggap rendah, jatuhnya aku hanya membisu dalam atmosfer yang kaubagikan.
Kadang kala kau memang seantagonis itu, tapi tak bisa kubantah; kadang kala, seorang kau juga bisa menjadi sosok pratagonis yang tak terlupakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Interpretasi Reminisensi
RandomRampungan kata yang berhasil diproses dalam bentuk sebuah diksi. © NisrinaRhmwti 2018 Menjelang 2019