Keenam - Realita Tengah Hari

4 2 0
                                    

Realita Tengah Hari

"Mahal Kita, Rayja," sebuah pernyataan darinya.

Setelahnya Arzan tersenyum kepadaku, "Apa, sih?" tanyaku, heran. Bahasa Indonesia ngawur-ngidul itu.

Dia mengeluarkan sebuah cincin dari saku celananya, "Ini," ucapnya masih memerhatikan cincin itu dengan saksama, "bakal jadi cincin berlian pendamping hidupku nanti." lanjutnya.

Kalian tahu apa reaksiku? Tertawa lepas sembari menghentakkan meja, lelucon macam apa ini? Cincin itu hanya sebuah cincin seribuan yang dapat dari hadiah makanan snack.Yaampun!

"Cukup cukup," tegurnya.

Aku mengindahkan perkataanya, "Relevansi antara cincin dan kaumenceritakan hal tersebut padaku, apa?"

Aku menanti jawabannya, dia menggaruk rambutnya, "Ini hanya sebuah... realita tengah hari."

Subhanallah, Arzan!
Dia benar-benar harus mengikuti remedial pelajaran bahasa Indonesia; sebab perkataannya terlalu ambigu jika disebut sebuah kode.

Interpretasi ReminisensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang