Di setiap detak jantungku, bagimu tidak berarti.
Namun disetiap detak jantungmu, adalah satu kesempurnaan di dalam duniaku.****
Sebenarnya Bella malas untuk datang ke rooftop sesuai pesan Arkan tadi. Tetapi saat ia baru saja keluar dari gerbang Sekolah,Arkan menelpon. Cowok itu berkata jika ia menunggu Bella di rooftop. Jadilah saat ini Bella berada di atap sekolah,bersama Arkan yang sedang memandang kedepan dengan wajah dinginnya.
"Ada perlu apa lo nyuruh gue kesini?" tanya Bella.
"Apa alasan lo benci sama Shae?" Arkan bertanya tanpa mengalihkan pandangannya. Membuat Bella mendengus dan menyesal datang kesini jika untuk menanyakan hal yang tidak penting.
"Apa urusannya lo nanya itu?" Bella tidak menjawab, dan malah balik bertanya dengan nada ketus.
"Dia cewek gue."
Cukup. Satu kalimat itu cukup melukai perasaan Bella. Walaupun kalimat itu berhasil menciptakan luka di hatinya, dia tetap menampilkan raut wajah biasa saja.
Bella tersenyum tipis. Ia mengangguk pelan. "Gue tau."
"Berhenti buat nyakitin dia."
Bella mengangkat wajahnya. Sial, kenapa dia jadi ingin menangis sekarang?
"Itu urusan gue."
Arkan berdecih sinis. "Iya. Urusan lo yang ngebuat cewek gue sakit hati."
Bella menarik napas dalam-dalam. Berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Sakit hati dia nggak sebanding sama sakitnya perasaan gue sekarang, Ar.
"Lo tau kenapa gue benci sama dia?" tanya Bella. Kali ini dia menatap mata hitam Arkan.
"Alasan gue satu. Supaya dia nggak ngerasa kehilangan." kata Bella lalu berlari menjauh dari sana. Sedangkan Arkan, dia tidak mengerti ucapan Bella tadi.
Kehilangan?
Siapa yang akan pergi?
****
Tadinya Bella berusaha agar tidak menangis. Namun sakit di hatinya sudah terlampau dalam. Ia berulang kali mengusap air matanya. Agar tak ada orang yang melihat dia yang sedang menangis.Karena dia cewek kuat.
Bella berjalan pelan menuju halte. Perkataan Arkan tadi masih ia ingat dengan jelas.
"Dia cewek gue."
Seandainya saja Arkan tidak berada disampingnya. Maka ia akan berkata,
"Cewek lo itu gue. Bukan dia."
Itu adalah fakta.
Namun perasaan memang tidak bisa dipaksa. Jika Arkan menyukai Shae, maka dia bisa apa?
Saat ini Bella duduk di halte bis. Menatap kosong kearah jalanan yang memang lumayan ramai pada sore hari seperti ini. Pikirannya masih terisi oleh kata-kata Arkan tadi. Kata-kata singkat namun menyakitkan.
"Pulang bareng gue yuk," sebuah motor ninja hitam berhenti tepat di depan Bella. Regan membuka kaca helm full face nya, tersenyum tipis pada Bella. Bella mengangguk, lalu naik keatas motor tanpa berkata apapun.
"Mau langsung pulang apa mau singgah dulu?" tanya Regan sedikit berteriak.
"Singgah dulu. Gue mau makan."
****
Mereka memilih singgah di kafe yang letaknya memang tak jauh dari sekolah. Bella dan Regan naik ke lantai dua, lalu memilih meja yang berada paling sudut, agar dapat melihat pemandangan dari sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miserable [Telah Terbit]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] "Lo nganggep gue ini apa?" "Pacar," "Yang nggak pernah gue anggap." --- Di mata semua orang, Bella adalah sosok yang 'jahat'. Tidak ada yang mau menjadi temannya. Dia selalu sendiri. Mungkin ada...