Prolog

343K 15.3K 2.6K
                                    

Nelangsa rasa yang merasuk lara,
Mengukir luka berunjung derita,
Adakah sinar dalam suram?
Adakah senyum dalam sunyi?
Bagiku mencintai adalah menyiksa diri,
Karena dapat mematikan hati.

••Miserable••

Hujan yang turun dengan derasnya membuat orang-orang yang berada di bawah sana sibuk mencari tempat untuk berteduh. Termasuk seorang gadis yang memakai seragam khas SMA, dia duduk di halte dekat sekolah.

Kedua netra cokelatnya tampak setia melihat dua orang yang masuk ke dalam sebuah mobil berwarna putih itu, tanpa ekspresi, tidak marah ataupun bahagia.

Saat mobil itu berhenti di depan halte, ia lantas ingin pergi dari sana. Tetapi seruan seseorang terpaksa memberhentikan langkahnya.

"Kak, pulang sama kita yuk," seorang gadis dengan poni yang mempermanis wajahnya itu berkata dengan senyum di bibirnya.

Bella, yang dipanggil 'Kakak' oleh gadis tadi berdecih sinis.

"Kaki gue masih lengkap. Gue bisa pulang sendiri." jawabnya lalu berlari menerobos derasnya hujan.

"Masuk." kaca hitam mobil pengemudi yang tadinya tertutup kini terbuka sedikit.

Shae menghela napas pelan, matanya melihat punggung Kakaknya sekilas dengan pandangan sendu, lalu masuk ke dalam mobil dengan suasana hati yang tak sebahagia tadi.

"Kenapa ya, Kak Bella nggak bisa bersikap baik sama Shae?" gumam Shae. Arkan yang berada disampingnya menoleh sesaat.

"Apa karena Shae deket sama Kakak?" kali ini Shae bertanya pada Arkan.

"Apa hubungannya?" tanya balik cowok itu dengan nada tidak suka.

"Kakak 'kan pacarnya kak Bella?" perkataan Shae membuat Arkan tersenyum sinis.

"Kamu yang minta, kan?"

"Iya. Shae tau kak Bella suka sama Kakak. Shae cuma nggak mau ngeliat Kak Bella menderita terus,"

"Bukan dia yang menderita. Tapi kamu, Sha."

Shae menunduk. Tetapi di matanya, Bella lah yang menderita, Bukan dirinya. Dia masih memiliki orangtua yang lengkap, memiliki banyak teman yang menyayanginya, dan memiliki Arkan yang selalu ada disampingnya.

Tapi Bella? Bella tidak memiliki apa yang Shae miliki. Maka dari itu, Shae meminta Arkan untuk berpacaran dengan Bella, dan meminta Bella untuk menerima Arkan. Karena Shae tahu, Bella mencintai Arkan. Walaupun sikapnya selalu ketus pada cowok itu, dan begitu pula sebaliknya.

"Kak Arkan nggak bisa apa, suka sama Kak Bella?" tanya Shae setelah terjadi suasana hening beberapa menit.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Karena memang aku nggak suka."

"Tapi 'kan Kak Bella cantik,"

"Percuma cantik, kalau kelakuannya jelek."

"Kak Bella itu sebenernya baik tau Kak, Kakak aja yang nggak tau," cibir Shae sedikit kesal.

"Baik dari mananya? Dia nggak pernah nganggep kamu adik,"

"Mungkin karena dia belum terbiasa sama keluarga barunya,"

"Maksudnya?"

Shae menunduk. Tidak ada yang tahu masalah ini kecuali keluarganya.

"Sebenernya, Kak Bella itu anak angkat di keluarga Shae. Orang tua Kak Bella udah meninggal tiga tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat." pernyataan Shae membuat Arkan terdiam. Dia pikir Bella dan Shae adalah saudara kandung.

Shae menghela napasnya. "Shae minta tolong banget sama Kak Arkan. Tolong bahagiain Kak Bella ya. Shae sayang banget sama dia."

"Sha--" Arkan ingin menyela ucapan Shae, namun gadis itu memotong ucapannya.

"Kak Bella udah lama menderita Kak, dia selalu merasa sendiri, tolong bahagiain dia demi Shae ya,"

****

"Lho, Kak Bella mau kemana? Udah malem loh ini," ucap Shae yang baru saja turun untuk mengambil sesuatu di dapur.

Bella yang kini memakai dress di atas lutut pun hanya memutar bola mata malas. "Bukan urusan lo!" kata Bella lalu pergi meninggalkan rumah.

"Kak Bella!" Shae berlari ingin menghalangi Bella untuk pergi, namun gadis itu telah masuk kedalam sebuah mobil yang tidak Shae tahu siapa yang mengemudi.

Shae menghela napas kasar. Pasti Bella ingin pergi ke club lagi. Saat teringat sesuatu, Shae mengeluarkan ponselnya, lalu menelpon Arkan.

****
"Bell, lo udah banyak minum dari tadi!" kata Karel yang ingin meraih gelas yang sudah ke sembilan kalinya diminum oleh Bella.

Namun gadis itu menghempas kasar tangan Karel, membuat cowok itu frustrasi. Tadinya dia menolak ajakan Bella, namun saat mendengar traktiran, jadilah dia menemani pacar temannya ini.

Saat ini Bella sudah mabuk. Kalimat-kalimat yang sama sekali tidak Karel mengerti keluar dari mulut gadis itu. Dan saat tangan Bella ingin meraih gelas untuk kesebelas kalinya, saat ini juga tangannya terasa di tarik oleh seseorang.

"Kalo lo mau mati, minum racun aja sekalian!" kata Arkan dengan sorot mata tajam.

Bella membuka sedikit matanya. "Ngapain lo di sini?" tanyanya dengan suara pelan. Lalu detik berikutnya ia tertawa keras. "Iya, gue mau mati, kenapa, hm?"

"Lo ngapain mau nemenin dia lagi?" kata Arkan pada Karel.

"Ya lo tau lah, kalo soal makanan gue bisa apa?" jawab Karel.

Arkan menggelengkan kepalanya. Dia membuka jeketnya lalu memakaikannya pada Bella dan mengangkat tubuh gadis itu menuju mobilnya.

***

Next?

Jgn lupa vote ya:)

Chairunnisamptr

1 Juni 2019

Miserable [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang