23. Sebuah foto

149K 12.8K 472
                                    

Ku sematkan rindu ini pada hujan.
Berharap kau bahagia walau jiwa ini telah hilang.

-Miserable

I miss you - Soyou🎶

***

Cowok dengan kaus putih polos serta kemeja hitam kotak-kotak itu terus menatap layar ponselnya. Sudah beberapa kali dia menelepon nomor yang sama, namun tidak ada jawaban. Entah mengapa, perasaannya menjadi tidak enak sekarang.

Biasanya gadis itu cepat menjawab teleponnya. Dia pun telah menelepon Shae dan Merza, namun sama saja. Tidak ada jawaban.

"Arkan." cowok itu menoleh ke belakang. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku. Melihat Audy dengan tatapan datar.

"Kamu beneran punya pacar?" tanya gadis itu.

"Lo nggak percaya?"

Audy tersenyum. "Aku percaya kok. Dan kamu tenang aja, kamu bisa batalin perjodohan ini."

Arkan menautkan kedua alisnya.

"Perasaan itu 'kan nggak bisa dipaksain. Aku yakin, cewek itu pasti lebih baik dari aku. Jadi sekarang, kamu cepat balik ke Jakarta. Masalah ini biar aku yang jelasin sama mereka," kata Audy seraya tersenyum.

Arkan berpikir sebentar. Jika dia pamit pada Neneknya, dia pasti tidak di perbolehkan untuk pulang.

"Lo yakin?" tanya Arkan memastikan. Dan dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Makasih, ya."

****
Seharusnya hari ini dia tidak masuk sekolah. Karena dia tidak ingin menangis lagi saat mengingat jika Bella sudah tidak ada disampingnya.

Namun karena cewek itu selalu bilang untuk jadi orang yang kuat, dia pun terpaksa pergi ke sekolah.

Biasanya setiap pagi Merza selalu bersemangat. Tapi tampaknya mulai hari ini dan esok, dan seterusnya, itu tidak akan ada lagi.

Matanya memandang bangku kosong milik Bella dengan tatapan nanar. Seharusnya cewek itu duduk di sana. Seharusnya saat ini Merza dapat mendengar suaranya. Melihat wajahnya.

"Za, Bella nggak masuk?" tanya Amanda yang duduk tepat di depannya. Merza hanya menggeleng lemah sebagai jawaban.

"Lo kenapa? Sakit?" pertanyaan Amanda mengingatkannya pada Bella. Dia selalu bertanya kenapa pada gadis itu. Dan Bella selalu menjawab.

'Gue nggak papa.'

"Za." tegur Amanda.

"Gue nggak papa." jawab Merza lalu berlari kecil keluar dari kelas.

Di sekolah ini temannya bukan hanya Bella saja. Sifat yang baik dan tidak sombong membuatnya banyak memiliki teman. Namun, sebanyak apapun teman yang dia miliki. Hanya Bella yang mampu membuatnya merasa nyaman.

Merza ingat. Dia dulu sering melihat Bella bertengkar dengan murid disekolah. Siapapun itu, Bella tidak pernah takut. Hal itu lah yang menjadi penyebab gadis itu tidak memiliki teman. Entah mereka takut atau benci pada Bella.

Namun Merza, dia justru sangat ingin berteman dengan gadis itu. Merza tahu bagaimana Bella. Merza sering melihatnya duduk di teman belakang seorang diri. Tetapannya begitu sendu. Terlalu kosong.

Dia juga sering melihat Bella berada di UKS. Hal yang dia pikirkan mungkin sama seperti orang lain. Bella malas berada di kelas maka dari itu dia tidur di UKS. Namun, hal itu berubah saat Bella berkata agar merahasiakan apapun yang dia ketahui tentang kondisi gadis itu pada orang lain.

Miserable [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang