2. Penyakit Bella

160K 12.6K 3.5K
                                    

Dalam renungan singkatku, aku bertanya.
Akankah setiap detik yang ku hitung, ada satu detik yang membuatku tak bisa untuk menatap matamu lagi?
Apakah benar, waktu dan takdir selalu menyiksa, hingga perlahan aku mulai sadar
Jika aku memang tidak pernah ada.

****

Terik matahari yang terasa menusuk kulit serta tatapan semua orang yang tertuju padanya itu dia abaikan. Berusaha terlihat biasa saja, padahal tubuhnya sudah terasa lemas lantaran belum makan sejak tadi pagi.

Sudah dua jam lamanya dia menghabiskan waktu ditengah lapangan basket. Sejak itu pula dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Sebenarnya bisa saja ia kabur sejak tadi dan tak merasa tersiksa seperti sekarang, tetapi Bella ingin membuktikan pada mereka semua jika dia bukan gadis yang lemah.

Walau kenyataannya berbading terbalik.

Arkan, penyebab semua itu hanya diam berdiri di koridor kelas 11. Menatap datar kearah Bella. Dalam hatinya dia tidak merasa kasihan sedikitpun, anggap saja itu balasan atas sikapnya yang kasar terhadap Shae.

"Ar, lo nggak kasian sama dia?" tutur Regan yang saat ini telah berada di sebelah Arkan.

"Tau tuh, pacar sendiri masa lo tega?" mendengar ucapan Davin seketika itu Arkan berdecih sinis.

"Pacar? Sejak kapan gue nganggep dia?"

Davin membuang napas kasar.

"Kalo lo memang nggak nganggep dia, berhenti buat nyakitin dia," kata Regan tanpa melihat Arkan, matanya fokus pada Bella yang masih tetap berdiri di lapangan.

"Cewek kayak dia pantes buat disakitin,"

"Tapi cara lo ini udah keterlaluan, Ar. Dia bisa aja kenapa-napa," kata Davin memperingati.

"Apa urusan gue," setelah mengucap itu, Arkan berlalu dari sana.

Regan dan Davin menggelengkan kepala melihat tingkah temannya itu. Tak habis pikir mengapa Arkan bisa sekeji itu kepada Bella. Mungkin, karena gadis itu membenci Shae yang merupakan gadis yang Arkan cintai.

Tetapi tetap saja, mereka tidak suka jika Bella diperlakukan seperti sekarang ini.

****
Shae sudah beberapa kali menghampiri Bella, meminta kakaknya itu untuk beranjak dari sana. Namun kedatangannya justru membuat Bella emosi. Dan berakhir pengusiran dengan kata-kata kasar.

Tubuhnya sudah mulai melemah, namun Bella berusaha untuk terlihat biasa saja.

Dia cewek kuat, bukan seperti Shae yang lemah.

Namun sekuat apapun Bella agar terlihat biasa, wajah pucatnya tak dapat disembunyikan. Sampai dia tidak kuasa untuk berdiri tegak lagi, dan penglihatannya pun mulai mengabur, sebelum akhirnya semua berubah menjadi gelap.

Melihat Bella pingsan, sontak saja mereka yang berada di sekitar lapangan berlari mendekati Bella yang tak sadarkan diri.

"Anak PMR mana woi! Dia mimisan, cepetan!!" teriak mereka yang berada di sana.

Namun akibat kedatangan seseorang semua perlahan mundur, tanpa aba-aba Arkan langsung mengangkat tubuh Bella lalu membawanya ke UKS. Diikuti Shae yang tampak khawatir dengan keadaan kakaknya itu.

Setelah tiba di UKS, salah satu anggota PMR yang berada disana pun memeriksa keadaan Bella. Melihat gejala serta kondisi tubuh gadis itu, membuat cewek dengan nama Merza itu mengecek berulang kali.

"Kenapa Kak? Kak Bella nggak papa kan?" tanya Shae. Di ruangan ini hanya ada mereka bertiga, karena Arkan telah keluar saat membawa Bella ke UKS, tanpa mau mengetahui kondisi gadis itu.

Miserable [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang