Aku selalu meratapi takdir
Berharap bisa berubah
Walau tahu itu tak akan pernah-Cabella Aureline-
***
Sudah lima belas menit Bella duduk mengamati para tamu yang hadir. Busana yang mereka kenakan sungguh mewah dan elegan. Bella jadi merasa jika tempat ini tidak pantas untuk dirinya.
"Bella?" Bella yang merasa dipanggil pun mengangkat wajah. Dia tersenyum pada Regan yang tampak berbeda dengan jas abu-abunya.
"Lo dateng juga?" tanya Bella setelah Regan duduk di sebelahnya.
"Iya dong. Keluarga kita udah deket dari dulu." jawab Regan dan Bella mengangguk mengerti.
"Lo dateng sama Arkan?"
Bella mengangguk.
"Dia kemana?"
"Katanya ada urusan bentar,"
Regan tersenyum tipis. "Lo masih suka sama dia?"
"Kenapa lo nanya itu?"
Regan menyandarkan tubuhnya. "Nggak papa sih,"
"Regan!" beberapa cowok yang tampak seumuran dengan Regan memanggil cowok itu.
"Bell, kayaknya gue harus ke sana deh. Lo nggak papa sendiri? Ntar gue kesini lagi. Lo jangan kemana-mana. Oke?" Bella mengangguk dan Regan kembali tersenyum serta tak lupa pula mengusap pelan rambut cewek itu. Sebelum dia benar-benar pergi.
Bella kembali diam. Dia jujur merasa asing dengan sikap Regan belakangan ini. Tapi dia tidak mau ambil pusing. Cowok itu mungkin khawatir karena dia duduk sendirian.
Tadi dia sempat bertemu Mama Arkan dan sempat berbincang pula. Namun itu tidak berlangsung lama. Bella paham, orangtua Arkan pasti sibuk.
"Gue liat dari tadi lo sendirian mulu. Lo dateng sama siapa?" tiga orang cewek dengan dress pendek itu datang menghampiri Bella.
Dan Bella sendiri hanya diam dengan wajah flat nya. Malas untuk menjawab.
"Nama perusahaan orangtua lo apa?" lanjut gadis di sebelahnya.
"Apa jangan-jangan lo cuma numpang makan doang?" Bella berusaha untuk merendam emosinya. Banyak memang orang di dunia ini yang menilai seseorang dari penampilan, dan Bella baru menemukannya sekarang.
Pakaiannya memang tidak mewah, wajahnya memang di poles makeup sedikit, dan dia tidak membawa barang branded. Namun setidaknya pola pikirnya tidak sedangkal orang-orang ini.
Beruntung dari kecil dia sudah diajarkan hidup sederhana dan apa adanya. Walaupun sifat sombongnya masih melekat, tapi Bella bukan tipikal orang yang menilai sesuatu dari apa yang terlihat.
"Kayaknya dia bisu deh, Cha. Usir aja gih, di sini kan khusus buat orang terhormat dan terpandang,"
Cha atau lebih tepatnya adalah Zecha. Gadis yang berada ditengah itu menatap Bella dengan sinis. "Tau tuh, malu-maluin keluarga Arkan aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miserable [Telah Terbit]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] "Lo nganggep gue ini apa?" "Pacar," "Yang nggak pernah gue anggap." --- Di mata semua orang, Bella adalah sosok yang 'jahat'. Tidak ada yang mau menjadi temannya. Dia selalu sendiri. Mungkin ada...