Dulu, aku ingin berusaha untuk membenci,
Membuktikan jika aku telah lama tersakiti,
Namun, rasa cinta ini tak mampu pergi,
Akupun harus rela terluka lebih dalam lagi,
Hanya untuk sebuah rasa yang tak akan pernah terbalas,
Sampai mati.****
Karena seragam Bella yang basah tadi, Arkan berinisiatif untuk mengambil seragam cadangannya di dalam loker. Dia memang selalu membawa seragam cadangan, berjaga-jaga jika seragamnya kotor atau ada hal lain yang menyebabkan dia harus menganti seragam.
Dan setelah memberikan seragamnya pada Bella, Arkan pergi karena dia harus kembali ke kelas.
Sekarang Bella melihat dirinya sendiri yang memakai seragam kebesaran itu. Sedikit merasa risih. Tapi mau bagaimana lagi?
Kepalanya sudah tidak terasa sakit setelah meminum obat yang Merza berikan. Rupanya semalam gadis itu pergi ke Dokter, lalu menjelaskan tentang kondisi Bella pada Dokter yang merupakan pamannya sendiri.
Dokter Robert pun memberikan obat pereda sakit yang harganya tak bisa dibilang murah karena di Indonesia obat itu tidak ada. Melainkan hanya ada di luar negeri.
Tadinya Bella merasa ragu meminum obat itu karena Dokter Robert belum memeriksa kondisinya secara langsung, namun Merza berhasil menyakinkan, dia menjelaskan kondisi Bella pada pamannya karena dia sendiri sudah tahu bagaimana kondisi gadis itu.
"Makasih ya, Za." ucap Bella dengan tulus. Dia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Merza.
Merza yang tengah membereskan peralatannya pun hanya mengangguk dan tersenyum. "Gue bakal ngelakuin apapun buat kesembuhan lo, Bell."
Bella tersentuh saat mendengarnya. Mungkin hanya Merza satu-satunya orang yang menginginkan dirinya untuk sembuh.
"Lo baik banget. Dan maaf, gue belum bisa bales kebaikan lo,"
Merza menghela napas pelan. Ia duduk disamping Bella yang kini duduk di atas brankar. "Lo nggak perlu bales kebaikkan gue, karna gue ikhlas bantuin lo. Tapi gue minta satu. Lo harus ikut gue dua kali seminggu ke rumah sakit. Kita check up. Oke?"
****
Dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan seragam kebesaran ini. Apalagi dia ditatap aneh karena memakai seragam yang ber-name tag Arkan Ardelo Xavier.Tetapi Bella merasa bodo amat . Dia juga sudah biasa mendapat tatapan seperti itu.
Saat ini dia ingin menuju ke kelas Arkan, karena cowok itu tidak sengaja meninggalkan ponselnya diatas sofa UKS.
Namun satu notifikasi yang masuk kedalam ponsel ber-case hitam itu membuat langkahnya terhenti, ia membaca sebuah pesan yang masuk di layar lockscreen.
Arshae Claudia
Jgn temuin aku lagi ya kak. Kakak harus selalu temenin kak Bella. Dan selalu jagain dia. Shae nggak mau kak Bella kenapa-napa.
Bella tersenyum kecut. Jadi Arkan menolongnya hanya karena permintaan Shae? Dia begitu bodoh karena berpikir Arkan yang mulai peduli padanya.
Dan sekarang Bella mengerti apa yang harus dia lakukan. Dia memang egois. Dia hanya ingin Arkan mencintainya dan menjauh dari Shae. Namun kenyataannya tidak seperti itu, Arkan dan Shae saling mencintai.
Dan dia? Dia hanya benalu dalam hubungan mereka.
Tapi, apa dia sangat-sangat egois jika ingin bersama orang yang dia cintai sampai hari dimana dia akan tidur selamanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Miserable [Telah Terbit]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] "Lo nganggep gue ini apa?" "Pacar," "Yang nggak pernah gue anggap." --- Di mata semua orang, Bella adalah sosok yang 'jahat'. Tidak ada yang mau menjadi temannya. Dia selalu sendiri. Mungkin ada...