Siapapun pasti paham bahwa rasa yang paling berbahaya adalah kecewa. Menurut Seokjin, dokter Kim Seokjin yang itu, kecewa itu perasaan yang paling dalam, yang bisa buat siapapun yang merasakannya takut untuk luapkan isi hati pada orang lain. Ini semacam sebab-akibat yang mutlak. Ini hampir mutlak, setidaknya.
Sebab sulit untuk membuka hati yang sudah terluka.
Kim Seokjin hela napas berat. Ini melelahkan. Semua ini, mulai dari pertemuannya dengan Jungkook hingga pernyataan yang pasien itu hunuskan pada dada Seokjin, melelahkan. Ingin sekali Seokjin lemparkan semua dokumen-dokumen itu ke lantai, biarkannya berserak-serak seperti sampah. Tetapi, bukan itu tujuannya mengambil jurusan psikologi dulu. Ia ingin membantu orang-orang untuk sembuh, memahami otak manusia, dan memahami dirinya sendiri.
Kim Seokjin angkat tas kerjanya ke atas bahu. Ia sekali lagi hela napas berat. Matanya yang sayu hadap ke bawah, lihat sepatunya yang dulunya mengilap. Kim Seokjin ingin pulang, temui kekasihnya yang selalu dudukkan diri di rumah. Ingin istirahat.
Lalu, ia masuk ke dalam mobil.
Mobilnya berjalan membelah jalanan. Pandangan Kim Seokjin selalu ke depan selama pegang setir, tetapi pikirannya dipanah ke hal yang berbeda. Jeon Jungkook, misalnya. Otaknya munculkan kilas lagi sewaktu Jeon Jungkook kunyah-kunyah daun mint. Mungkin pula sewaktu Jeon Jungkook bahas tentang film-film kartun Jepang.
Dering ponsel Seokjin buyarkan semua hal tentang Jungkook yang tertempel di dalam kepala. Ia mengambil ponselnya, lantas mulai bicara, "Halo, dengan Kim Seokjin."
"Halo. Maaf, Dokter, karena mengganggu cuti satu hari Dokter."
"Tidak apa-apa." Seokjin menggeleng lesu. "Ada apa?"
"Seperti yang Dokter minta sebelum pergi untuk laporkan hal-hal mengenai Jeon Jungkook, saya ingin beri tahu kalau pasien Jeon dibesuk tamu."
"Siapa?"
"Orangtuanya, Dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hari Ini
Fanfiction"Hei, cepat! Jauhkan pasien Jeon Jungkook dari vas bunganya!" Fail #2 (oleh Dr. Kim Seokjin) Seingatku, pasien bernama Jeon Jungkook terlihat baik-baik saja. Sekilas. Tetapi, ternyata bukan begitu. Sebab .... Ah, kamu akan mengerti kenapa ia terpera...