seminggu kemudian
—"ma, vio sekolah dulu!"
"iya, hati-hati bilang ke zayn!"
"vio sama eline, zayn sakit!"
"oh, ya udah. hati-hati!"
"iya! daaaah!" gue nutup pintu setelah teriak-teriakan sama mama.
mobil eline udah bertengger di samping mobil mama. gue ketok jendelanya biar eline buka kuncinya.
"zayn gak masuk, vi?" tanya eline pas gue masuk ke mobilnya.
gue geleng, "mules katanya, boker-boker. hamil kali."
kepala gue dijitak sama eline, "kalo hamil tuh, muntah. bukan boker."
gue masang seatbelt sebelum bales jitakan eline, "sakit, bangke."
"serah ah."
eline ngendarain mobilnya keluar dari pekarangan rumah gue.
"lin."
"hm?" jawab eline tanpa ngelirik gue.
"mau cerita."
"cerita, lah." gue tau banget, temen-temen gue itu bukan orang yang maksa gue buat cerita. mereka bakal nungguin gue sampe gue siap cerita.
"gue bingung deh, harus gimana."
"emang kenapa? hamil?" nah ini yang gue kesel. kepo sih, enggak. tapi responya macem anjing.
gue jitak kepala eline yang langsung ngaduh kesakitan, "SAKIT, NYET!"
"ya kali gue hamil. mau digorok gue sama talia?!"
eline ketawa, "bukannya takut ke respon mama, takutnya ke respon talia, anjir."
"bodo ah, gak jadi."
eline makin ngakak, "HAHAHAHAHA BAPERAN BANGET ANJIR PAGI-PAGI."
gue diem. eline noel-noel pipi gue, "cie, lagi kasmaran, nih?"
"anjir."
"jadi gimana-gimana. lanjut, dong. penasaran, nih." eline mulai benerin posisi duduknya dan posisi tangannya di kemudi.
"gue takut baper sama zayn, deh."
"lah," eline nengok ke gue, "bukannya udah?"
gue geleng, "gak tau, lin."
"gini gini, waktu sama dia lo ngerasanya apa?"
"seneng." jawab gue.
"selain itu?"
"nyaman." jawab gue lagi.
"ada lagi?"
gue mikir, "gue kayak gak mau kehilangan gitu, lin. kayak gimana, ya. gue bahkan berusaha untuk ngurangin grayakan gue."
"cieeee, takut kegilangan, euy." kata eline sambil noel pipi gue.
"ah, anjir lo mah, lin. gak ngebantu."
eline ketawa, "ampun, ampun."
gue cemberut. eline belokin stir masuk ke parkiran sekolah. "trus sekarang lo maunya gimana?"
"mau gimana apanya? emang yang nembak gue?"
eline diem gak nanggepin. sampe mobilnya keparkir sempurna baru dia ngomong, "jadi maunya pacaran?"
gue ngangkat bahu gue, ngelepas seatbelt, gue buka pintu. keluar dari mobil. disusul eline yang langsung jalan di samping gue.
"gak tau gue. mau tapi takut. gak mau tapi nanti diambil orang."
eline ngibasin tangannya ke udara, "itu mah, dilema remaja sekarang. ibarat hidup segan mati tak mau."
"trus gue harus apa?"
eline mukul-mukul pipi gue pelan, "let it flow aja, sistur. nanti juga kebuka jalan."
kebuka jalan...
gimana, tuh, maksudnya?
eline nangkep raut muka gue yang bingung. dia dorong gue masuk ke dalem kelas, "udah ah, gak usah dipikirin. sana belajar, biar pinter."
gue ngacungin jari tengah gue, "udah pinter. lo sana yang belajar. biar lulus."
"bacot." eline keluar dari kelas gue dan pergi ke kelasnya dia.
gue liat talia udah duduk di bangku samping gue. ralat, bukan duduk, tapi tidur. tidurnya yang nelungkupin kepala gitu. ngerti, kan?
gue duduk di bangku gue dan ngecek handphone. belom ada chat dari zayn. fix sakit beneran nih anak. ya udah lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKET ft. Zayn Malik [ODS;3]
Fanfiction'bisa gak gue maju selangkah daripada yang dulu-dulu?' -zayn 'nanti ya, tunggu mood.' -viola [3/5 dari ONE DIRECTION SERIES] [COMPLETED on 11th of July, 2019; 23.10] rank ; - #79 in niall