13; Senja Untuk Semesta

646 55 0
                                    

Malamnya Senja sudah siap untuk mengembalikan jaket Semesta yang ia pinjam. Sudah ia cuci tentunya jaket yang ia pakai saat hari jadi sekolah. Tidak lupa, parfum sudah tersemprotkan di kedua jaket milik Semesta agar wangi.

Dimasukkan dua jaket tersebut ke dalam kantong kresek warna hitam. Lalu Senja melangkah hendak menghampiri rumah Semesta yang jaraknya hanya selisih satu rumah dengan Senja.

"Mama, aku ke tempat Ata dulu ya mau ngembaliin jaket!" teriaknya sambil berjalan.

"Iya!" jawab Mamanya sambil berteriak juga.

Mendapat ijin dari Mamanya, langsung saja Senja membuka pintu rumah dan memakai sandalnya yang berjajaran di teras.

Dengan langkah santai Senja berjalan ke rumah Semesta. Sesekali ia mengamati orang yang lewat depan rumahnya dan juga genjrang-genjreng para anak SMP yang sedang bermain gitar.

Sampailah Senja di depan rumah Semesta. Namun Senja tidak melanjutkan langkahnya sampai ke depan pintu untuk sekedar mengetuk pintu rumah Semesta.

Alasan Senja berhenti di dekat pagar rumah Semesta adalah karena di teras rumah Semesta terdapat seorang perempuan yang duduk dan tengah mengobrol dengan Semesta. Perempuan yang sedang bersama Semesta sepertinya adalah perempuan yang Senja lihat tadi waktu di sekolah.

Ragu, Senja tetap melangkahkan kakinya menghampiri Semesta yang sedang asik mengobrol. Tidak enak sebenarnya mengganggu orang yang mengobrol terutama cewek dan cowok yang kemungkinan —sedang pacaran.

"Ata, mau balikin jaket." ucap Senja to the point.

Semesta yang sedang mengobrol menghentikan obrolannya sebentar dan mengalihkan atensinya kepada Senja. "Oh, iya, sini-sini."

Sesegera mungkin Senja menyodorkan kantong kresek yang ia bawa ke Semesta. "Makasih ya, Ta."

"Iya," jawab Semesta. "Eh Senja bentar deh. Laras, sini! Ayo kenalan sama Senja."

Laras buru-buru bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak Senja bersalaman, "Hallo Kak Senja. Aku Laras."

"Senja." balas Senja kaku lalu membalas uluran tangan.

"Weits, kaku amat kayak kenalan formal." Semesta melihat Senja dan Laras secara bergantian.

Senja hanya tertawa pelan dan Laras tersenyum dengan anggunnya. Tawanya hambar dan terkesan dipaksakan. Memang itu hanya tawaan yang Senja buat-buat agar suasana tidak terlalu awkward.

"Em, gue balik dulu ya, Ras, Ta. Soalnya gue baru ada tugas nih."

Bohong, yang dikatakan Senja itu bohong. Padahal biasanya Senja itu paling malas kalau mengerjakan PR. Walaupun hanya sedikit, Senja biasanya memilih mengacuhkan tugas sekolah dan memilih mencontek jawaban Mega lewat foto jawaban yang dikirim Mega melalui Line. Senja itu penganut SKS, Sistem Kejar Semalam yang berarti hanya belajar saat ada ulangan saja.

"Hati-hati ya, Kak!"

"Halah pake hati-hati segala. Orang rumahnya cuma selisih satu rumah sama aku.

Senja mengangguk dan tersenyum kepada Laras. Lalu tatapan Senja beralih kepada cowok yang berdiri di samping Laras dengan menatapnya melotot. Sedangkan yang dipelototi hanya menjulurkan lidahnya mengejek Senja.

Malas mengurusi Semesta yang tidak ada warasnya, Senja sebagai orang yang waras memilih mengalah dan meninggalkan rumah Semesta dengan hati yang kesal. Semesta itu sepertinya akan mati jika tidak mengganggu Senja sehari. Jadi tiada hari tanpa membuat Senja kesal.

Dirumah Senja langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya. Ia memejamkan matanya untuk menikmati posisi rebahan yang sangat nyaman.

Sesaat kemudian Senja bangun dari tidurnya untuk mengambil ponselnya yang di charger di atas nakas. Di cabutnya kabel charger ponsel dengan pelan, takut jika lubang charnger ponselnya menjadi kendor.

"Wah, lumayan banyak juga nih notifnya. Berasa orang penting hehehe." monolog Senja kepada dirinya ketika melihat pop-up ponselnya yang dipenuhi oleh notifikasi.

Dibukanya aplikasi Line. Bibir Senja berdecak saat membuka aplikasi tersebut. "Yaelah ini mah pada spam stiker doang. Kirain ada yang nanyain 'Kamu kemana? Kok nggak bales line aku?'. Halaaaah!"

Padahal Senja tau sendiri bahwa mustahil jika ada yang mengiriminya pesan seperti itu. Paling juga Mama atau Papa Senja yang mengirimi pesan seperti, 'Senja ada dimana, nak? Pulang, udah gelap langitnya nanti di culik wewe gombel kalo pulang malem-malem'.

Kalian sama tidak sih dengan Senja? Disaat sudah menempati Sekolah Menengah Keatas masih saja dianggap anak kecil. Tapi ya Senja maklum karena Senja sadar bahwa dia adalah anak semata wayang Papa dan Mamanya. Harapan dan kebahagiaan satu-satunya Mama dan Papanya.

Maka dari itu sesibuk apapun orang tua Senja, tidak ada yang namanya tidak ada waktu untuk keluarga karena mengejar rupiah. Keluarga adalah segalanya, yang selalu ada di masa susah maupun senang.

Kini tangan Senja masih asik menscroll layar timeline untuk melihat meme receh updatean OA yang ia add. Sesekali Senja tertawa melihat gambar yang menurut Senja sangat receh. Contohnya ;

Senja tertawa terbahak-bahak melihat gambar tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja tertawa terbahak-bahak melihat gambar tersebut. Dibacanya berulang-ulang tapi tetap saja Senja tertawa terpingkal karena melihat bentuk sandal yang sudah parah tapi belum putus.

Perlahan-lahan tawa Senja lenyap dibawa angin malam yang semilir. Satu notifikasi membuat Senja merubah mimik wajahnya menjadi tegang dan tiba-tiba tangannya berkeringat.

Bintang : Senja? Malming besok jalan yuk?

"AAAAAA!" teriak Senja pelan lalu dia menenggelamkan wajahnya dibalik bantal. Kakinya menggebrak-gebrak ranjang yang ia tiduri. Rasanya Senja ingin koprol saja diajak jalan sama doi sendiri.

Dengan gemetaran karena nervous Senja membalas pesan dari Bintang. Padahal Bintang sedang tidak berhadapan dan bertatap muka dengan Senja tapi sehebat itu efek ajakan Bintang yang Bintang kirim melalui pesan Line

Senja : Waddooo tumben bgt. Dalam rangka apa nih ngajak jalan. Ada syukuran?

Bintang : Enggak kok hehe. Pengen ngajak lo jalan aja :)

Senja : Jimayuu nih. Jamber btw?

Bintang : Sore jam 4an

Senja : Ashiap!

Bintang : Bisa aja lo. Btw besok gue jemput ya? Mau nggak?

Bintang : Eh pokoknya harus mau ya!

Senja : Terserah bapak aja deh. Selama nebengnya gratis saya mah ngikut.

Bintang : Hahaha, emang yaa ada-ada aja.

Senja : Wkwk

Pesan Senja hanya dibaca oleh Bintang. Percakapan mereka usai tapi efek chattingan dengan Bintang masih membuat Senja gulung-gulung diatas ranjang dengan mulut yang ia tutup menggunakan tangannya agar ia tidak berteriak. Ada yang begini jika dichatting dengan doi? Atau hanya Senja saja?

Senja Untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang