24; Senja Untuk Semesta

592 42 10
                                    

Di kamar Senja mereka bertiga duduk dalam kebisuan. Sesekali terdengar isakan pelan Laras yang masih bungkam serta suara pelan tepukan tangan Semesta di pundak Laras agar Laras tenang.

Sedangkan sang pemilik kamar alias Senja bingung hendak bicara apa. Situasinya terlalu mengintimidasi Senja, menyuruh Senja agar tetap bungkam.

"Laras?" Senja akhirnya buka suara.

Laras menoleh, menegakkan badannya yang tadi bersandar pada Semesta. "Iya, Kak?"

"Lo kalo belum siap pulang, lo boleh nginep sini dulu."

Laras bungkam lalu tersenyum tipis, "Makasih, Kak. Aku nggak tau harus gimana lagi ngungkapin cara terima kasih aku ke Kak Senja."

Senja tersenyum tipis. "Gue ijin keluar dulu ya? Mau cari angin sambil cari wedang jahe."

Laras mengangguk. "Hati-hati. Lo jangan balik malem-malem. Kan tadi katanya ngantuk?"

"Bawel lo, Ta. Gue pergi dulu ya."

Setelahnya, Senja benar-benar beranjak dari duduknya dan segera meninggalkan ruangan yang dulu menjadi tempat favoritnya tapi entah mengapa sekarang terasa aneh saat ada Laras dalam ruangan itu, parahnya sih Laras duduk berdua dengan Semesta.

•••

Huft, Jakarta.

Senja menghela nafas lalu mengusap wajahnya yang terasa lengket karena diam-diam air mata menetes tanpa ada yang mengkomando.

Berjalan tanpa tahu arah tujuan, Senja sebenarnya tadi berbohong hendak mencari wedang jahe. Percayalah, membuat alibi adalah kelebihan yang dimiliki Senja.

"Gue kenapa kayak gini sih? Ah goblok nggak ada faedahnya padahal." kembali air mata Senja menetes, "Kan gue udah sadar Ata tuh punya Laras, sebaliknya juga! Kan gue udah punya Bintang!"

Kaki jenjang Senja menendang botol air mineral kosong dengan kesal. "Bangsat! Gue kenapa sih?!"

"Aduh! Selow dong setan! Kena kepala gue nih!"

Netra Senja langsung melihat ke arah suara berasal. Terdapat seorang cowok yang kira-kira umurnya sepantaran dengan Senja sedang memegang dahinya sambil mengaduh.

"Woy, mbak tanggung jawab woy!"

Sesegera mungkin Senja berjalan ke arah cowok yang sepertinya tengah ngedumel.

"Kepalanya bocor, mas?" tanya Senja polos.

"Heh!" cowok itu malah menyentak Senja dan membuat Senja berjengit kaget dibuatnya, "Kok lo malah kesannya ngarep kepala gue bocor sih, ha?!"

"Ya terus gue harus gimana?" cicit Senja takut.

"Nggak tau! Makin pusing gue gara-gara lo!"

Senja yang bingung harus apa hanya diam sambil menatap dahi cowok galak tersebut yang memerah. Coba saja kalau Senja dalam keadaan kuat dan tidak ambyar, sudah Senja pites kali kepala si cowok galak itu.

"Siniin coba nomor whatsapp lo. Biar nanti kalo kepala gue kenapa-napa gue tinggal minta tanggung jawab ke elo." ucap cowok itu sambil menyodorkan ponselnya.

Dengan cekatan Ssnja mengetikkan nomor whatsappnya. Jujur, Senja tajut memberi nomornya kepada orang yang belum ia kenal. Tapi karena kali ini Senja yang salah, jadi Senja mau tidak mau harus memberi si cowok galak itu nomor whatsappnya.

"Udah nih." Senja menyerahkan ponsel milik cowok tersebut.

Cowok galak itupun mengambil ponselnya lalu mengecek ponselnya, "Senja? Nama lo Senja?"

"Iya."

"Asli nggak nih nomornya? Gue laporin polisi ya kalo sampe palsu."

"Terserah lo deh. Gue juga nggak maksa lo buat percaya sama gue."

"Hmm," cowok itu memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, "Senja, kenalin gue Jingga."

"Nggak nanya. Absurd banget sih jadi orang." sengak Senja yang mulai tersulut emosinya.

"Halah, ya udah." mata Jingga menatap balik mata tajam Senja yang kini mulai berapi-api. "Balik sono lu. Menghalangi dan memperburuk pandangan aja."

"Oh, oke." Senja pun berbalik hendak pergi dari hadapan Jingga sang cowok nyebelin yang super absurd tersebut. Tapi setelah itu Senja berbalik lagi untuk berhadapan dengan Jingga lalu berdiri dengan sedikit berjijit.

Tangan usil Senja yang gemas ingin menampar Jingga namun tak tega akhirnya hanya menekan bagian dahi yang memerah akibat terkena botol.

Setelahnya, Senja buru-buru berlari menghindari Jingga yang sudah siap meledak karena ulah usil Senja.

"WOI SAKIT JANCUK!"

Senja Untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang