26; Senja untuk Semesta

608 53 12
                                    

Bel yang ditunggu seluruh siswa akhirnya berdering nyaring memekakkan telinga membuat gemuruh gedubrakan khas anak sekolah yang ingin cepat-cepat pulang sampai kadang ada yang jatuh saking terburu-burunya.

Beda lagi dengan Senja. Perempuan itu malah seperti enggan meninggalkan sekolah. Tangannya lambat memasukkan buku. Langkahnya pun pelan, seperti enggan meninggalkan sekolah.

Mega yang sedang berjalan di sebelah Senja hanya bisa diam, enggan mengganggu kemurungan temannya. Padahal ia sudah mendesak agar temannya itu mau berbagi kisah, barang kali ia bisa membantu walau tak seberapa.

Lambaian tangan keduanya menjadi tanda bahwa mereka berdua berpisah. Mega sudah di dalam mobil yang menjemputnya, sedangkan Senja masih berdiri di dekat gerbang sekolah melihat hilir mudik para murid yang hendak pulang maupun yang hendak masuk sekolah lagi. Mungkin saja yang masuk ke sekolah lagi lupa piket atau barangnya ketinggalan.

Senja tersenyum tipis. Ia menundukkan wajahnya, menatap sepasang sepatu hitam yang menyelimuti kakinya, "Gue juga pengen kayak yang lainnya. Gue capek mikir yang berat."

"Huft," Senja menghela nafasnya lalu merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel. Tangannya dengan cepat mengetik nama kontak seseorang yang selama ini susah untuk ia hubungi. Bukan susah sebenarnya, tapi lebih menjuru tidak bisa dihubungi.

Bintang

P
Bintang, gue ada slh sm lo?
Kenapa off terus?
15.50

Lagi, ia tak mendapatkan balasan apa-apa dari seseorang yang ia hubungi. Dengan malas Senja memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku seragam.

Sejujurnya Senja bingung dengan keadaan ini. Dimana ia memiliki seseorang yang seharusnya bisa merangkulnya tapi ia malah merasa seseorang itu menghilang dan meninggalkannya.

Senja juga bingung perihal hubungannya. Sebenarnya Senja dan Bintang memiliki hubungan spesial tidak sih? Senja juga kadang bingung sendiri. Mungkin Senja lebih merasa ia mempunya hubungan tidak dengan Bintang, namun pada dirinya sendiri. Toh, Bintang seperti menganggapnya tidak ada sekarang. Bintang hanya manis pada masa awal hubungan mereka.

Juga Senja tidak menyangka bahwa orang yang selama ini ia elu-elu kan namanya kini menjalin hubungan dengannya. Yah, meskipun kalian tahu sendirilah bagaimana hubungan Senja dan Bintang. Senja kira hubungan ini berjalan manis mengingat Bintang yang respect kepada Senja dan Senja yang menyukai Bintang.

Kadang Senja berpikir bahwa mereka sepertinya tidak seharusnya bersama. Mengingat nama mereka saja sudah bertentangan. "Senja dan Bintang," sudah ketebak sendiri bahwa keduanya tidak bisa bersatu. Sepertinya Semesta (dalam artian sebenarnya) juga tidak merestui Senja  dan Bintang bersatu.

Senja sendiri dan Bintang sendiri. Keduanya mempunyai waktu berbeda untuk menempatkan dirinya. Mereka tidak bisa bersama, muncul di waktu yang sama.

Senja sang pengisi sore, penenang langit biru menuju gelap. Pemberi waktu kepada siang untuk bersiap pergi sebelum malam menjemput.

Sedangkan Bintang, ia sang pengisi malam. Penghias angkasa saat langit mulai menggelap. Sang pendamping bulan saat sang bulan merasa sendirian.

Dari pernyataan di atas sudah kelihatan bahwa sebenarnya Senja dan Bintang tidak dapat menjadi satu. Tapi Senja akan berjuang meskipun Semestanya tidak mengizinkannya.

Senja akan berusaha menjemput Bintang di malam yang gelap. Lalu meminta izin kepada Bulan untuk mengajak Bintang untuk menemaninya, menghapus kesendirian sang Senja. Ia akan berusaha meskipun Semesta berkata tidak mungkin.

semangat puasa semwaaa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang