Esoknya, aku datang ke alamat yang kudapat kemarin. Disini lah kau, berdiri terkagum-kagum akan kemewahan rumah bernuansa Italia yang sebentar lagi akan menjadi tempat ku bekerja.
Aku mulai berfikir kira-kira pekerjaan apa yang akan ku dapat ya? Sopir pribadi nya?
Tak sabar ingin tau, ku pencet bel rumah itu bertubi-tubi. Seperti nya aku terlalu semangat. Selang beberapa detik, seorang maid yang menurut ku..lumayan seksi dengan pakaian agak minim, mempersilakan ku masuk dan memandu ku ke ruang tamu lalu pergi.
Disaat bersamaan, pria yang kemarin itu datang menghampiri ku "Mari ikut dengan ku" katanya tanpa basa-basi. Aku mengikuti nya berjalan melewati lorong dengan beberapa pintu di kiri kanan nya. Sampai kami berhenti di pintu terakhir. Di bukanya pintu itu oleh sang pria. Maid yang tadi menyambut ku, kini diambang pintu tersenyum dan menunduk hormat pada tuannya. Sang pria langsung masuk, diikuti oleh ku, kemudian maid yang tadi berjalan paling belakang membuntuti kami.
Ruangan yang kami masuki ternyata cukup luas. Dikelilingi oleh dinding berlapis baja. Dan di hadapan ku sekarang ada delapan orang dalam posisi berlutut yang ditutup mata nya dengan kain hitam, tampak gemetar ketakutan. Aku sendiri kaget dan kebingungan. Untuk apa semua ini? Darah ku serasa naik ke ubun-ubun, tenggorokan ku kering, tapi seolah dialiri rasa penuh gairah.
Nampak seperti mengetahui isi pikiran ku, maid yang entah siapa namanya itu, mendekati ku dan memberi sebuah pistol dengan beberapa peluru. Kedua benda itu menjawab semua kebingungan dan rasa penasaran ku yang bertumpuk menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Sang pria seorang pembunuh..
"Ini adalah tes. Tes yang menentukan apakah kau layak jadi asisten ku" ujar pria itu tampak merendahkan. Kalau di pikir-pikir, jika aku menolak mungkin aku tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup. Tapi mungkin juga nasib ku sama saja jika gagal tes.
"Kau tidak harus membunuh mereka" ucapannya membuyarkan lamunan ku. "Jawab saja pertanyaan ku.." kalimat terakhir itu seolah menghancurkan harapan dan gairah ku. Sang pria melanjutkan "Kau sudah lihat ada delapan orang dihadapan mu. Tapi..kau hanya punya sebuah pistol berisi lima peluru". Pria itu memberi jeda, tersenyum lebar menatap ku lekat-lekat "Apa..kau pikirkan?"
Pertanyaan nya itu membuat ku diam sejenak. Seperkian detik kemudian senyum mengembang di wajahku, semakin lebar, mengembalikan gairah ku bercampur nafsu sampai nafas ku terengah-engah. Aku terkekeh, tertawa, tertawa semakin menjadi-jadi, menggelegar di ruangan itu.
"BISA!! TENTU BISA!!" kuberi jeda untuk tawa ku "AKU..BAHKAN BISA MEMBUNUH 12 ORANG DENGAN SANGAT MUDAH!!" sungguh aku masih tak bisa berhenti tertawa.
"12 orang hanya dengan 6 peluru... Caranya?" tanya sang pria membuat tawa ku mereda. Berganti dengan tatapan liar nan dingin, memunjuknya sambil tersenyum lebar memamerkan gigi-gigi yang menggretak hebat.
"Beri aku enam ibu hamil!"
________________
-ENDTypo bertebaran bangs―!
Arigatou dah baca dan jangan dilupakan vote nya ya maniss~