18 "Badut dan Ladang Pembantaian"

18 3 0
                                    

ו×

Tahun ini, di daerah tempatku tinggal akan dibuka sebuah taman bermain dan hiburan. Tempat itu megah sekali.
Waktu terus bergulir, taman bermain itu akhirnya resmi dibuka juga. Dalam waktu dekat, seperti yang telah diprediksi banyak pihak, taman bermain itu melejit. Fantastis memang, mengingat taman bermain itu benar-benar baru saja resmi dibuka, mungkin sekitar 6-7 bulan yang lalu.

Selama ini, aku hanya melihat taman bermain itu dari TV saja. Bagus memang menurutku. Aku pun memiliki niat mengunjunginya bersama keluargaku saat aku dapatkan hari libur kerjaku nanti. Namun, ada sisi kelam dari taman bermain tersebut yang belum terungkap sampai sekarang.

Setiap minggunya, selalu saja ada pengunjung yang hilang dan tak pernah ditemukan. Bahkan, jumlah perminggunya tidak hanya satu atau dua, tetapi bisa sampai dua puluh sampai tiga puluh orang. Juga tidak mengenal usia, dari muda sampai tua semuanya bisa hilang.

Hari demi hari berlalu, dan aku dapatkan hari liburku. Aku bergegas bersama keluargaku pergi ke taman bermain itu. Bukan tanpa persiapan, aku bilang kepada keluargaku untuk selalu bersama dan tidak jauh-jauh satu sama lain. Aku mencintai mereka, dan aku tidak mau kehilangan mereka.
Ketika sampai di taman bermain tersebut, kami langsung bergegas masuk. Aku dan keluargaku menjajal beberapa wahana di sana. Lalu kami berhenti sejenak, karena anak-anakku sudah mulai lapar. Kami mencari area yang menyediakan makanan. Istri dan anak-anakku pun makan dengan lahap di sana. Tapi, aku tidak makan karena rasa tidak puas menghantuiku. Ya, ternyata yang ku lihat di TV dan langsung di sini sangat berbeda. Di sini kurang menarik.

Memang, taman ini tetap megah seperti apa yang ku lihat di TV, tapi kebersihannya masih kurang. Dan juga, beberapa badut di sini ku rasa kurang profesional. Mereka terlihat lusuh dan kotor dengan senyuman dari topeng dan terus saja melambai-lambai tangan dengan sangat pelan. Bahkan, di ujung jari-jari mereka, terdapat bercak merah yang terlihat sangat jelas. Bukan lucu dan menghibur, malah terkesan menakutkan. Jujur, aku tidak nyaman dengan hal itu. Apalagi, mereka terus melihat ke arah pengunjung dengan tatapan datar, termasuk ke arah ku dan keluargaku.

Anak-anak dan istriku selesai makan. Aku mengajak mereka pulang, tetapi anak-anakku justru mengajakku dan istriku ke tempat sirkus yang berada tepat di depan tempat kami makan. Sial, itu adalah tempat badut-badut sialan itu. Tetapi, anakku terus saja merengek. Jadi, aku menurutinya.
Tak ada masalah ketika sirkus dimulai. Hanya badut-badut yang berdiri di dekat pintu masuk itu, terus saja melambai-lambai pelan. Aku risih, dan mulai ingat dengan penculikan di taman bermain ini. Tapi, sekejap aku mampu mengatasi perasaan itu semua. Aku kembali fokus ke acara sirkus bersama keluargaku. Tidak ada masalah, justru beberapa kru sirkus berpenampilan amat baik. Berbanding terbalik dengan penampilan badut-badutnya. Mulai dari penampilan anjing sirkus yang melompat-lompat, pasangan sirkus yang menari-nari. Sampai perasaan takutku kembali ketika acara sulap pemenggalan kepala badut. Tapi, lagi-lagi perasaan takut itu hanya di awal, karena aku lihat setelah dipenggal dan terlihat tanpa badan, muka badut itu baik-baik saja dan mengangguk-angguk. Spektakuler!
Di tengah acara, anak-anakku ribut meminta ke kamar kecil. Istriku pun mengantar mereka ke kamar kecil.
Tak terasa, pertunjukan sudah selesai, tetapi anak-anak dan istriku belum juga kembali. Aku sangat khawatir akan hal ini. Di dalam ruangan panggung sirkus yang sudah mulai kosong, aku tetap menunggu anak-anak dan istriku. Kru-kru dan badut-badut mengerikan itu masuk ke belakang panggung. Entahlah, mungkin mereka ingin siap-siap pulang.

Satu jam berlalu, aku semakin khawatir. Seluruh kursi sudah kosong, hanya tinggal aku saja dan kru-kru sirkus di balik panggung. Tetap saja, dari depan panggung tidak ada seorangpun kecuali aku.

Aku tak tahan lagi, aku masuk ke balik panggung untuk bertanya pada penyelenggara sirkus di mana anak istriku. Ketika aku memasuki belakang panggung, semua tampak normal. Beberapa kru yang ku saksikan tadi sedang beres-beres. Aku bertemu dengan penyelenggaranya, dan katanya anak istriku ada di bawah. Ya, aku memang melihat ada ruang bawah tanah di sana. Aku bersama si penyelenggara ini menuruni anak tangga untuk ke bawah. Alangkah terkejutnya aku. Di sini sedang terjadi ladang pembantaian. Manusia diikat, lalu dikuliti dan dicincang-cincang dagingnya. Aku juga melihat badut-badut sedang disiksa. Ya, yang disiksa hanya badut-badut saja.

"Sial! Apa yang terjadi di sini?"

"Tuan Jake, tenang. Memang seperti ini. Mereka yang dagingnya dicincang-cincang akan dijadikan stok bahan makanan untuk area yang menyediakan makanan di taman ini. Salah satu yang menyebabkan taman ini ramai. Yang berusia tua, akan dijadikan makanan hewan sirkus kami, untuk menjaga agar mereka tetap atraktif. Yang remaja, ya untuk stok makanan tadi. Yang masih kecil, untuk makanan kami"

"Siapa yang kau maksud kami?"

"Tentu saja aku dan para kru!"

"Lalu, bagaimana dengan badut-badut itu?"

"Mereka? Mereka bukan kru kami. Mereka awalnya adalah manusia-manusia yang kami culik, lalu kami suruh kerja paksa, tapi pada akhirnya juga mereka akan mati"

"Mengapa mereka kau siksa?"

"Itu? Untuk membuat mereka diam, tidak terlalu banyak melakukan aktivitas saat bekerja. Setiap satu kali bekerja, jari tangan mereka akan kami potong satu. Ketika sudah habis, maka saat itu ia akan menemukan ajalnya. Ya sama seperti manusia yang sedang dicincang-cincang ini"

"Jadi itu mengapa jari mereka selalu terdapat bercak merah. Sialan, di mana anak istriku? Katakan di mana mereka bangs*t! Cepat!"

"Kau pikir di mana mereka tuan Jake? Itu mereka sedang dikuliti!"

"Sialan kau bangs*t! Kau membunuh anak istriku! Aku tidak akan memaafkanmu! Setelah ini akan aku laporkan kalian ke polisi!"

"Aku tidak perlu minta maaf padamu tuan. Lagipula, kau yakin bisa keluar dari sini tuan Jake?"

Seringainya terlihat sangat licik. Dia menyuruh kru-krunya menangkap ku untuk segera dikuliti juga. Aku melunta-lunta membayangkan kematian di depanku.

Namun, ketika aku ditangkap, salah satu badut yang sedang disiksa berteriak sangat kencang.
"BODOH! SEMUA PENGUNJUNG SAMA SAJA BODOHNYA! SEMUA BODOH! MEMANGNYA, MEREKA PIKIR UNTUK APA SELAMA INI AKU DAN BADUT LAIN MELAMBAIKAN TANGAN? MENGAPA MEREKA TETAP MASUK JUGA?"

ו×

ICE CREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang