Attention

12 1 2
                                    

Malam semakin larut. Faleshia masih stay di meja belajarnya. Mencari jawaban dari materi pekerjaan rumahnya kali ini. Lagi-lagi matematika yang harus ia kerjakan. Lembaran kertas dipenuhi dengan angka coretan.

Tersisa lima soal lagi dari dua puluh soal. Kebayangkan gimana pusingnya kepala Faleshia. Ditambah tadi dia tidak masuk pelajaran matematika karena ia akan mempersiapkan dirinya untuk olimpiade Kimia.

Ponsel yang sedari tadi berbunyi tidak menganggu konsentrasi Faleshia. Ia terus menggoyangkan penanya di atas kertas. Sesekali Faleshia melihat ke layar ponselnya. Kebanyakan dari grup kelas dan tak lain sahabatnya. Biasa, mereka sedang mencari jawaban dengan cara mudah.

Namun, Faleshia tetap tak menghiraukannya. Dia kembali fokus ke soal yang ada di depannya. Tangan kanan menulis, tangan kiri membuka lembar-lembar buku.

"Woy, anjir! Gila nih soal. Susah amat sih" gerutu Faleshia. Mungkin dia lelah. Ralat, dia sangat-sangat lelah.

Faleshia berteriak kencang. Bodo amat malam-malam berteriak. Ia sudah sangat lelah. Kepalanya pusing kembali, kali ini begitu sakit. Tugas belum selesai, ditambah lagi ia harus belajar kimia. Cobaan apa lagi ini?!
batin Faleshia.

"Dek, lo kenapa?" Terdengar suara dari balik pintu. "buka pintunya." lanjutnya.

"Buka aja kak, nggak dikunci." ucap Faleshia lemah.

Segera Zavier membuka pintunya. Zavier melihat ke arah kasur Faleshia tapi tidak ada. Sekali lagi ia menoleh ke arah meja belajar Faleshia ketika mendengar ringisan dari Faleshia. Alangkah terkejutnya ia melihat keadaan Faleshia.

"Astaga, lo kenapa dek?" tanya Zavier panik.

"Gapapa-gapapa." Faleshia tersenyum lusuh. Ia kembali mengerjakan tugasnya tetapi Zavier langsung menarik tangannya.

"Lo mimisan dek. Lo sakit, huh?" Ucapan Zavier membuat Faleshia menyentuh hidungnya. Dan benar saja ada darah yang mengalir segar disana. Faleshia meringis ketakutan melihat darahnya.

Zavier yang cepat tanggap langsung mengambil tisu yang ada di meja dan membersihkan darah mimisan itu. Zavier memberi intruksi kepada Faleshia untuk menuruti sesuai dengan Zavier ucapkan. Faleshia hanya mengangguk. Setelah bersih Zavier menyuruh Faleshia untuk segera tidur.

"Jujur deh sama gue, lo sakit apa?" ucap Zavier khawatir, sangat khawatir.

"Nggak, gue nggak sakit. Mungkin kecapean aja." jelas Faleshia.

"Are you sure?" tanya Zavier memastikan.

Faleshia mengangguk sambil tersenyum. Zavier menyuruhnya untuk tidur sekarang juga. Sebenarnya Faleshia masih ingin mengerjakan tugasnya tapi apa daya Zavier masih tetap berdiri dan bersender di lemari Faleshia sambil memainkan ponselnya.

🌹🌹🌹

Pak Bento sedang menjelaskan pelajaran Fisika. Sebenarnya Revan tak suka dengan pelajaran satu ini. Ribet menurutnya. Rumus-rumusnya hampir sama semua, jadi bingung membedakannya. Ia malah ikut-ikutan nyanyi bersama Darrel yang merupakan teman barunya disini, tak lupa juga dengan Zainal yang kerap dipanggil Zen.

"Bapak Zen bento, rambutnya nggak ada. Mana rumusnya sama semua." senandung Darrel sembarang.

"Bukan bapak gue ya. Bapak gue punya banyak rambut." tukas Zen.

"Itu bapak angkat lo." ucap Revan kepada Zen.

Sontak Darrel tertawa kencang. Semua yang ada di kelas langsung menoleh cepat ke arah sumber suara, tak terkecuali Pak Bento.

FELICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang